Jongin mengendarai motor besarnya menuju sekolah dengan suasana hati yang buruk kali ini, karena dirinya dengan menurut mengikuti mobil kedinasan milik adik ibu jennie dari belakang. Jennie berada di dalam mobil tersebut dan entah kenapa Jongin merasa aneh dengan sikap jennie yang cenderung kekanak-kanakan jika bersama lisa, berbeda ketika dengan nya yang melirik dirinya saja tidak pernah.
Mobil itu berhenti di depan pintu masuk dan Jongin menghentikan motornya lalu melihat sosok lisa turun untuk membukakan pintu jennie, lihatlah bagaimana jennie nampak tersenyum antusias ketika melihat wajah damai lisa.
"Apa kamu akan berdiam diri seperti itu Jongin? " Suara lisa membuat Jongin tersadar dari pikiran jauhnya.
Ia mengangguk sopan lalu turun dari motornya dan menuntun masuk meninggal jennie dengan lisa di depan sekolah, ia masih sesekali menengok kebelakang untuk melihat setiap gerak gerik jennie dan lisa. Gadis berusia sembilan belas tahun itu nampak terlihat bahagia di dekat adik ibu jennie, dan nampak tidak ada raut pemarah atau sensitif di wajahnya.
Jongin ingat ada panggil asing di antara mereka berdua dalam memanggil satu sama lain tadi, Nini dan Lili itu cenderung terlihat seperti kakak adik tapi dari pandangan mata jennie tidak memancarkan kasih sayang seorang adik melainkan tentang hal lainnya.
"Aku akan pulang untuk mengurus barang barang ku yang lain. " Lisa memberi tahu sembari menatap jennie yang mengangguk.
"Arraseo." Sebenarnya gadis itu belum ingin berpisah lagi dengan lisa, tapi suatu kondisi membuat dirinya harus berpisah sesaat.
Lisa menarik senyum lalu tangannya bergerak menyentil kening jennie hingga membuat sang pemilik meringis dan menggerutu kesal. "Tunjukan senyum mu saat di sekolah. "
Jennie menatapnya dengan tangan yang mengusap bekas sentilan jahilnya. "Tidak akan, senyum ku mahal. "
Ia terkekeh mendengar penuturan gadis berusia jauh di bawah nya itu. "Kalau begitu aku akan membayarnya untuk hari ini. "
Alis jennie berkerut bingung. "Dengan apa?"
Lisa menyungging senyum manisnya, lalu merentangkan tangan ke arah jennie yang menatap nya dengan tatapan heran serta bingung. "Apa kamu pikir aku masih terlihat seperti anak kecil berusia sembilan tahun?"
Ia menurunkan tangannya mendengar ucapan ketus jennie. "Ah, baiklah kalau begitu aku akan memeluk yang lain saja jika kamu ti--
Ucapannya terhenti kala tiba-tiba tubuhnya terdorong mundur beberapa langkah, jennie tanpa aba-aba memeluk erat seakan tidak Terima jika ada orang lain yang memeluk tubuh kesayangan nya itu. Lisa terkekeh kecil, ancaman main-main nya memang selalu membuat jennie menurut sejak dulu hingga sekarang.
"Berapa lama pelukan yang akan kita lakukan sekarang? " Lisa bertanya tapi jennie nampak tidak bergeming disela sela pelukan mereka ia terdiam.
"Molla, peluk aku yang erat Lili. " Ia terkekeh dan menuruti kemauan jennie untuk memeluknya erat, bahkan lisa tanpa sadar memberi kecupan manis di keningnya dan membuat jennie merasa geli di bagian perutnya akibat rasa bahagia yang berlebihan.
****
"Seharian ini Jongin seperti nya tidak menempeli mu, Jen. " Jennie menghentikan kegiatan menulisnya ketika mendengar penuturan rose.
Dia berfikir sebentar, memang benar terakhir mereka bertemu saat di depan gerbang tadi pagi dan sekarang memasuki jam terakhir tapi jennie tidak menemukan keberadaan laki-laki itu di sekitar nya. Padahal, biasanya ia akan membuntuti jennie tanpa rasa lelah atau malu terhadap yang lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/334970465-288-k906584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Manoban : [GXG] JENLISA
Teen FictionImpian ku adalah menjadi seorang captain pilot, tetapi jalan hidup ku adalah menjadi seorang yang bisa mencintai mu dengan tulus - Lalisa Manoban