"Ma, kenapa kita harus pindah, di Suna jauh lebih enak daripada di Konoha,"katanya sedikit kesal. Dengan nada jengkel, ia melanjutkan"terus sekolah aku juga ikutan pindah. Nanti kalo aku susah dapet temen gimana?"Sakura—ibu dari gadis itu, menolehkan kepalanya sekilas kemudian fokus lagi dengan aktivitas Packing-nya.
“Lebaynya kumat, kebiasaan. Lagian kita cuma pindah rumah, bukan pindah negara, apalagi planet"gurau Sakura berusaha meringankan kesal di hati putrinya.Sarada Uchiha, cewek berusia tujuh belas tahun itu sama sekali tidak merasa terhibur oleh gurauan ibunya. Ia justru makin merengut kesal karena melihat kamar ibunya yang sudah hampir kosong.
Dalam hati, Sarada merutuki adiknya—Shinsi, yang tidak mau diajak kerja sama membujuk ibu mereka agar mengurungkan niat untuk pindah ke Konoha.
Sakura melirik putrinya yang masih terdiam. "Cepet beres-beres, Sarada!Nanti kalo ada yang ketinggalan, Mama gak tanggung jawab, ya."
Sarada mendengus. la bukannya tidak suka untuk memulai kehidupan baru. Sebaliknya, ia suka segala sesuatu yang baru. Hanya saja, jika pilihannya dengan meninggalkan rumah yang ia tempati saat ini, Sarada tidak setuju.
Rumahnya terlalu bersejarah. Rasanya ia ingin menangis mengetahui rumah penuh kenangan bersama almarhum ayahnya akan menjadi milik orang lain.“Ma, Sarada tinggal sama Oma aja, yah,Mama sama Shinsi aja yang ke Konoha. Entar kalo libur Sarada ke sana. Janji,deh"bujuk Sarada, berharap ibunya akan setuju dengan opininya.
Sakura mengembuskan napas berat. “Nak, bukannya Mama larang kamu tinggal sama Oma, tapi Mama akan lebih tenang kalo kamu Mama sendiri yang urus,Mama juga gak mau ngerepotin Oma"
“Tapi, Ma... aku udah gede, udah mau delapan belas tahun. Pasti bisalah ngurus diri sendiri.’’Sarada menjawab cepat, berharap kali ini ia berhasil mengubah keputusan ibunya.
“Enggak, Sar. Kalo Mama izinin kamu tinggal sama Oma, yang ada pergaulan kamu makin bebas. Masih sama Mama aja, kamu pulang main suka jam sebelas malem,apalagi gak ada Mama, jam tiga subuh baru pulang,kali ya"sindir Sakura seraya mengangkat koper besar berisi baju-baju ke atas sofa. Sarada mengerucutkan bibirnya. Bujukannya gagal lagi.
“Kan, aku gak keluyuran ke mana-mana. Aku cuma di rumahnya Takara, kalo enggak Ayumi. Pulang malem juga karena maen uno, bukan ke club"bantahnya.
“Nah, kalo gak ada Mama pasti dugem,” tuduh Sakura tanpa babibu lagi.
Sarada mencengkeram kepalanya dengan gemas.
“Ya ampun, Ma, ya enggak mungkin!!! Aku kan anak soleha"bela Sarada untuk dirinya sendiri.Sakura mengibaskan satu tangannya. “Alesan mulu kamu, tuh. Udah sana ke kamar!!Sekalian liat adik kamu, dia udah beres atau belum"
Sarada mendengus lagi. “Hm. lya... iya..."Saat Sarada hendak melangkahkan kaki keluar kamar, Sakura kembali memanggil Sarada.
“Apa, Ma.?"“Ikhlasin Yah, Mama yakin ko,kalo di Konoha akan lebih baik"Sarada hanya diam tidak menjawab.“Hmm??"Sakura bertanya memastikan. Wanita itu benar-benar ingin putri sulungnya itu bisa ikhlas menerima keputusannya.
“aku akan coba melakukannya,ma” Embusan napas Sarada terdengar setelahnya.
Mendengar jawaban itu, Sakura tersenyum bangga. “Nah, good girl"
Sarada menyusuri lorong menuju kamarnya. Hatinya masih bimbang. Namun, ibunya sudah menentukan. la tak bisa menyanggah lagi. Sepertinya, ia memang harus mengikuti kata ibunya."Ikhlas"
Masih berjalan dengan lesu, tak sengaja Sarada melirik Shinsi yang baru saja keluar kamar.
Sarada langsung pasang wajah jelek melihat adiknya tengah membawa-bawa boneka Teddy bear cokelat kesayangan yang diberi nama Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy
Teen FictionBingung gue,mau buat deskripsi kek mana. Langsung baca aja deh di jamin seru-oke, langsung aja. Boruto itu nyebelin,dan Sarada itu cewek yang anti dengan hal-hal ngerepotin. Pertemuan pertama keduanya, sungguh meninggalkan kesan yang sangat tidak me...