15. Cool bad boy

136 12 0
                                    

Kantin SMA Konoha High School rasanya semakin ramai saja setiap harinya. Tak heran, sekarang sebagian murid lebih memilih membawa bekal dari rumah daripada harus antre berdesak-desakan.

Namun, ada juga yang tetap pergi ke kantin, entah karena memang ingin mengisi perut yang kosong, atau hanya sekadar nongkrong. Dan, kebanyakan dari mereka yang nongkrong adalah anak-anak cowok yang sibuk menggoda anak-anak cewek yang sedang pesan makanan. Istilahnya, sambil menyelam minum air. Perut kenyang, hati pun riang dapat incaran.

“Bangsat,kena lagi, ah! Padahal tadi udah gede!" Walaupun Mitsuki berteriak penuh kekesalan, tapi suaranya tetap kalah dengan kebisingan kantin.

Cowok dengan lesung pipit itu lantas membanting pelan handphonenya ke atas meja. Satu tangannya mengacak-acak rambutnya sebentar kemudian meraih kembali handphonenya.

Sementara itu, Shikadai dan Inojin saling bertukar pandang. Mereka tidak mengerti dengan Mitsuki yang sering bilang “padahal udah gede” akhir-akhir ini. Apanya yang udah gede, sih?

“Mit, lo main game apaan, sih Kok, kita perhatiin dari kemaren lo ngomongnya 'udah gede’ mulu.” Shikadai mencoba curi-curi pandang ke layar handphone Mitsuki.

Penuturan Shikadai rupanya menarik perhatian Baruto yang hari ini perdana kembali lagi ke sekolah.
Mata Baruto langsung melirik sekilas ke Mitsuki yang masih fokus pada benda pintar persegi panjang itu.

Inojin menambahkan, “Ho'oh, bener. Apanya yang udah gede si Mit?"

Tawa Baruto dan juga Shikadai hampir pecah kalau saja mereka tidak mendengar umpatan Mitsuki.
“Gila, bukanlah! Kotor mulu otak lo, heran gue.” Mitsuki sedikit menggebrak meja.

“Yee, biasa aje, Tai! Gue kira 'kan, begitu. Lo ambigu sih,” sahut Inojin tidak acuh sambil melahap mie ayam pesanannya.

Dua menit kemudian, mereka berempat tidak lagi meributkan masalah udah gede. Empat  Sekawan  kini sibuk dengan aktivitas masing-masing. Menandaskan mie ayam serta jus hingga tanpa sisa sedikit pun.

“Eh!" Tiba-tiba, Inojin memukul  punggung  bagian  atas  Mitsuki. Hal  itu spontan membuat Mitsuki menggeram marah.

Baru  saja  mie  ayam yang melilit di sumpit akan masuk ke mulut, Inojin lebih dulu membuatnya jatuh lagi ke mangkuk. “Kampret! Lo kenapa, sih, Jin! Ada masalah sama gue, ngomong dong! Jangan kek gini!” Aura Mitsuki begitu menyeramkan. Inojin sampai tidak percaya pada tingkat sensitivitas Mitsuki hari ini.

“Lo sensitif banget dah, mirip cewek pms.”

“Gak lucu, Bangsat!” jawab Mitsuki judes.

“Ya emang kagak niat ngelucu," ujar Inojin tidak mau kalah. "Tapi serius gue cuma mau bilang itu si Sarada disamperin ama cowok." Jari telunjuknya mengarah ke meja yang berjarak lima meja dari tempatnya.
Detik itu pula, pandangan Mitsuki mengikuti arah jari telunjuk Inojin.

Baruto dan Shikadai selanjutnya menyusul untuk melihat meja yang ditempati oleh lima cewek sekelas mereka.

Detik berikutnya, keempat cowok pembuat onar tersebut sama-sama terdiam. Tidak ada yang berani buka suara.

Shikadai memberi isyarat pada Mitsuki dan Inojin diam karena mereka masih grusak-grusuk. Dagu Shikadai terangkat menunjuk Baruto yang sedang mengepalkan kedua tangan di atas meja kantin.

Tatapan tajamnya tak lepas dari sosok cowok berkacamata yang terlihat tengah bercengkerama dengan Sarada. Sesekali mereka tertawa, membuat Baruto ingin menghajarnya.

“Dia siapa?” Nada cemburu kentara sekali dalam pertanyaan Baruto. Baruto memegang pinggiran meja kuat-kuat. Rasanya ingin sekali memukul jendela besar kantin di sampingnya.

Tapi, tidak. Lebih baik ia menghajar langsung cowok yang sudah berani-berani dekat dengan Sarada. Mitsuki, Inojin, dan Shikadai pura-pura memperhatikan.
Mereka mengangguk-anggukan kepala seolah meneliti sesuatu.
Padahal, jauh dalam benak masing-masing, ada rasa takut pada pergerakan Baruto selanjutnya.
Mereka takut Baruto langsung datang  ke meja Sarada lalu menghabisi cowok yang telah sangat berani mendekati Sarada yang menjadi milik Baruto.

“Kayaknya gua kenal tuh anak." Semuanya sontak menoleh penasaran ke arah Shikadai.

“Siapa?” tanya Mitsuki juga Inojin bersamaan.

“Bukannya dia itu anak kelas sebelas, yaw?” jeda satu detik, Shikadai menoleh kepada Mitsuki. “Yang waktu itu main futsal ama kita, loh. Masa lo pada lupa, sih?"

“Oh! lya! Siapa namanya?" Mitsuki mulai mengingat-ingat.

“Kalo gak salah nih ya, namanya Azura, tapi anak-anak manggilnya Zura."

TBC

Cool Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang