9. Cool bad boy

169 14 0
                                    

Sarada mengetuk-ngetukan sepatunya di lantai koridor sekolah yang sudah sepi. Sesekali ia mengembuskan napas panjang sambil melirik jam tangan bersama birunya. Cewek itu kembali mengetuk-ngetuk, tapi kali ini jarinya bukan sepatunya.
“Lama banget, sih,” pikirnya.

Berbeda dengan Sarada yang terlihat begitu resah, Boruto yang duduk di sampingnya justru terlihat tenang-tenang saja. Padahal,  saat  ini  mereka  sedang  ada  di ruang bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalah dengan Ibu Nadia.

“Kamu mau, kan, untuk melupakan masalah ini, Boruto??"Pak Iruka bertanya dengan nada bijak. ia ingin memastikan bahwa Boruto tidak akan berubah pikiran lagi.

Beberapa menit lalu, Boruto berhasil membuat pihak guru kalang-kabut karena niatnya yang ingin membawa kasus tadi pagi ke ranah hukum.
Cowok itu bener-benar berpikir bahwa Bu Nadia sudah keterlaluan. Tapi syukurnya, setelah melewati negosiasi panjang, Pak Iruka dan wakilnya berhasil membujuk Boruto untuk mengurungkan niatnya tersebut.

“Jadi, Boruto, bagaimana??Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Kamu mau, kan, melupakan masalah ini??"ulang Pak Iruka menatap Boruto.

Boruto melirik tajam ke arah Bu Nadia. “Jika saja guru itu bukan seorang wanita, entah sudah bagaimana keadaannya sekarang. Baiklah. Tapi, dengan satu syarat.” Akhirnya Boruto menjawab.

“Apa itu.?”Alis Pak Iruka saling menyatu.

“Saya mau, Ibu Nadia juga meminta maaf kepada Sarada"Kalimat tenang Boruto membuat Ibu Nadia membulatkan matanya.
“Kenapa harus??” tanya Bu Nadia penuh rasa tidak suka.

“Ya sudah kalau tidak mau. Saya juga, kenapa harus memaafkan Ibu,Saya tidak punya alasan untuk tidak melupakan masalah ini. Padahal, mudah bagi saya untuk—"

“Baiklah, baiklah. Itu urusan gampang, Boruto.” Buru-buru Pak Iruka memotong ucapan Boruto. Kepala sekolah itu sangat sadar dengan siapa dirinya berhadapan saat ini. Seorang Uzumaki Boruto, cucu tersayang Namikaze Minato, pemilik Konoha High School. Apa yang cowok itu minta pasti akan terijabah. Termasuk untuk memecat salah seorang guru di sekolah.

Tatapan Pak Iruka kini beralih kepada rekan gurunya. “Gimana??Ibu Nadia Saya rasa itu mudah, bukan?!”

“Ya sudah, saya akan meminta maaf kepada Sarada"Setelah berpikir keras, Bu Nadia akhirnya menyanggupi. Baginya, tidak masalah jika meminta maaf pada Sarada, asalkan bukan pada Boruto yang telah bersikap kurang ajar padanya.

Sementara Boruto tersenyum miring karena merasa menang, Sarada justru tertunduk malu. Cewek itu,jujur, merasa bahwa Boruto tidak perlu bertindak hingga sejauh ini.

"Tapi Boruto,” sela Pak Iruka. “Kamu tahu, kan, sekolah kita ini terpandang akan aturan-aturan yang ketat dan juga kedisiplinan yang tinggi—"Pak Iruka menarik napasnya sebentar dan melanjutkan,

“Jadi,Untuk berapa hari??”

“Ternyata kamu memang cerdas,” puji Pak Iruka meskipun senyumnya tampak kecut karena kalimatnya dipotong. “Tiga hari. Cukup tiga hari saja kamu saya skors. Setelah itu, kamu boleh bersekolah lagi seperti biasa"

“Gak masalah buat saya, asalkan Sarada tidak ikut di skors.”

"Oh tidak, tidak. Kamu tenang saja. Sarada tidak akan di skors"

Bagus!!Sekarang semua orang benar-benar tahu bahwa Boruto begitu melindungi Sarada. Kamu menyakitinya, maka dia akan mematahkan tulang kamu.

####

Sarada memperhatikan dengan saksama pelajaran yang sedang gurunya terangkan di depan kelas. Namun, belajar kimia pada siang hari lama-kelamaan membuat matanya berat dan ingin sekali tidur. Dan bunyi bel istirahat kedua yang sedang berdering pun berhasil menjadi nyanyian pengantar tidur paling indah baginya.

Sarada sudah siap merebahkan kepala di lipatan tangannya yang tertutup switer, saat suara Mitsuki tiba-tiba terdengar.
“Sar, sini bentar, deh!!"

”Apa sih??Males, ah. Gue mau tidur. Lo yang butuh, lo yang ke sini"

“Ck, si Mager, mah. Woy! Ini Boruto barusan telepon gue,katanya suruh elo buat dateng ke warung belakang sekolah!”

Sarada mengangkat kepalanya sambil memicingkan mata. “Bohong awas lu!” ancamnya dan langsung merebut handphone Mitsuki.

“Eh, iya!!” Spontan Sarada berteriak senang begitu membaca nama yang tertera di layar handphone.

Namun, raut wajahnya berubah bingung mengingat pesan Boruto. “Eh tapi, gimana gue bisa keluar??"

“Tenang.” Mitsuki terlihat akan  memberi solusi cemerlang.

“Itu udah gue atur. Lo jalan ke gerbang depan aja,Bilangnya mau fotocopy absensi. Nah, nanti gue yang nego sama Mang Doshu"

“Yakin lo??"

Mitsuki yang gemas lantas mendorong punggung kecil Sarada.
“lye, buruan!!"

TBC

Cool Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang