Boruto memasuki lobi gedung apartemen tempat Inojin tinggal setahun belakangan ini. Sahabatnya itu sengaja memilih hidup terpisah dari keluarganya di rumah karena kesal harus selalu mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.
Memiliki konflik dengan keluarga memang tidak enak. Boruto pun merasakannya. Hanya saja, keadaan Inojin masih lebih baik dari dirinya. Inojin masih punya Vino, kakaknya yang sekarang sedang kuliah kedokteran semester tiga. Dan walaupun Boruto juga memiliki Karin yang sabar mengurusnya, kedudukan seorang tante dan saudara kandung itu tetaplah berbeda.Setelah menekan tombol lift bertuliskan 8 dengan telunjuk kirinya, Boruto memasukkan kedua tangannya ke saku jaket. Kepalanya menunduk, melihat sepatu Adidas putih yang melindungi kakinya. Terlihat keren, tapi Boruto memandangnya tanpa minat.
“Dia siapa, si! Ko, ganteng banget" Boruto mengangkat kembali kepalanya saat mendengar bisik- bisik dua orang perempuan di belakangnya.Melalui dinding lift yang dilapis kaca, Baruto dapat melihat pantulan dua perempuan itu sedang senyam-senyum ke arahnya.
Bagi Baruto, ini adalah adegan klasik. Ia hanya mengedikkan bahu tak peduli sambil berharap lift akan segera tiba di lantai delapan.
Baruto merasa sakunya bergetar entah yang ke berapa kali bertepatan dengan dirinya yang baru saja duduk di sofa apartemen Inojin.Ketiga temannya melirik Baruto dengan alis terangkat.
“Kenape, tuh??” Mitsuki menyenggol tangan Inojin. Dagunya menunjuk Baruto.“Kagak tau" Yang disenggol pun sama tidak tahunya.
Tiga dari Empat Sekawan itu melirik Baruto dengan alis terangkat. Namun sedetik kemudian, mereka langsung mengangkat bahu bersamaan.
Sementara itu, Baruto tak sadar sedang diperhatikan. la terlalu fokus pada layar Handphone-nya.
24 missed calls
From : Naruto
2 messages
From: NarutoKenapa gak diangkat Baruto Ayah denger dari tante kamu, kalo kamu mau ke Amerika
Katanya buat ziarah ke makamnya bunda,bener?
Ibu jarinya bergerak, membuka isi pesan berikutnya.
From: NARUTO
Kalo kamu udah terima pesan ayah, telepon balik, ayah mau bicara sama kamu. Sebentar aja.Baruto hanya membaca pesan-pesan itu, tapi enggan sekali untuk membalas. Apalagi untuk menelepon balik. la lebih memilih untuk membanting handphone-nya ke samping tubuhnya lalu mengeluarkan napas berat.
*****
Pasca seminggu dirawat di rumah sakit, keadaan Sakura sudah semakin membaik. Bahkan, ibu dari Sarada dan Shinsi itu sudah diizinkan pulang dari rumah sejak dua hari lalu.
Maka, di sinilah wanita itu sekarang berada. Berdiri di depan wastafel dapur sambil mencuci tangannya yang lengket terkena selai cokelat.
Begitu mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga, Sakura segera memutar tubuhnya. Betapa terkejut wanita itu saat mengetahui suara tersebut berasal dari sepatu Converse putih putri sulungnya, Sarada.
Sakura melirik jam yang tergantung di salah satu sisi dinding dapur. Pukul 05.25 dan Sarada sudah rapi dengan balutan seragam juga tas yang ia gendong.
“Tumben bangun Jam segini. Kesambet apaan, ya??” Sakura tampak berpikir keras.
“Loh, kamu ngapain bangun jam segini?!!"
“Aku bangun siang salah, bangun pagi juga salah. Selalu salah emang, ” sahut Sarada sambil mengambil roti bakar yang masih hangat. Posisinya sekarang sudah duduk manis di kursi makan.
Sakura yang masih mengenakan piyama berjalan ke meja makan kemudian duduk berhadapan dengan Sarada.
“Dasar baperan,” ejek Sakura seraya meletakan dua mug berisi susu di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy
Teen FictionBingung gue,mau buat deskripsi kek mana. Langsung baca aja deh di jamin seru-oke, langsung aja. Boruto itu nyebelin,dan Sarada itu cewek yang anti dengan hal-hal ngerepotin. Pertemuan pertama keduanya, sungguh meninggalkan kesan yang sangat tidak me...