Sania baru bisa meluangkan waktu dengan sahabatnya hari ini, mereka rencananya akan nonton bioskop. Tapi, film yang mau mereka tonton jam tayangnya tinggal yang jam 9 malam, padahal sekarang masih jam 5 sore tetapi tiket nonton untuk yang dibawah jam 9 sudah ludes terjual. Maklum saja film yang mereka tonton memang banyak peminatnya. Alhasil, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan saja mengelilingi Mall. Ya cuci matalah istilahnya.Sebenarnya bisa saja mereka nonton yang jam 9 malam, tetapi resikonya Tavisha harus melilih antara keluar dari rumah atau keluar dari Kartu Keluarga. Arman memberi batasan jam malam pada Tavisha, paling lambat sampai rumah itu pukul setengah sebelas malam. Kalau Sania mah enak, ia tinggal di apartemen sendirian, mau pulang jam berapapun bebas.
"Gimana dinnernya tadi malem sama Radit?"
"Kok lo tau? Gue kan belum cerita." Tadi malam memang Tavisha pergi dinner dengan Raditya. Ia menyetujui Raditya untuk menjemputnya, tidak ada yang spesial hanya sekedar makan malam biasa. Tapi bagaimana Sania bisa tau? Bahkan ia saja belum sempat cerita mengenai itu pada Sania.
"Ya itu, hmm gue nebak aja sih. Soalnya lo udah lebih happy ketimbang kemarin."
"Kaya cenayang aja lo," Cibir Tavisha.
"Orang lain juga bakal tau bedanya sikap lo kemaren sama hari ini. Kemaren aja muka lo butek kaya comberan sekarang seger kaya L-mineral."
"Ada manis-manisnya kan?"
"Iye dah, manis kok lu. Gue puji biar lo seneng."
"Makasih bestie. Gue doain cepet ketemu jodoh."
"Aamin. Jadi lo sama Radit nggak berantem lagi kan?"
"Nggak sih, cuma gue masih kesel aja. Tapi gue mencoba buat bersikap biasa aja, kalau gue terus ngibarin bendera perang berarti gue yang egois dan kekanakan. Sebisa mungkin gue bersikap normal dihadapan Raditya walaupun gue masih dongkol banget."
"Bagus deh kalau udah baikan, gue ikut seneng dengernya."
"Kesana yuk, gue pengen liat parfum." Sania menunjuk sebuah toko parfum yang lumayan terkenal.
"Bukannya lo baru beli?" Seingat Tavisha, Sania baru saja beli parfum yang harganya lumayan menguras kantong.
"Bosen, gue pengen ganti."
Tavisha kemudian mengekor dibelakang Sania. "Dasar boros." Omel Tavisha, tapi sepertinya Sania tidak peduli.
Mereka pun asik mencoba berbagai macam aroma parfum dan membuat Tavisha yang tadinya ngomel jadi pengen beli juga.
"Gue jadi pengen yang ini." Tavisha menyuruh Sania untuk mencium aroma parfum yang dia suka.
"Wangi, Tav. Ya udah ambil aja."
"Gila kali! Parfum gue udah banyak. Bahkan ada yang belum gue pake."
"Tapi yang wanginya kaya gini belum ada kan?"
"Belum sih."
"Ya udah beli aja."
"Lo pilih dulu deh mau yang mana, gue mau pikir-pikir dulu."
"Yaelah beli parfum aje pake mikir segala."
Karena Sania terlalu lama pilih-pilih parfum, Tavisha akhirnya memilih duduk saja di kursi yang sudah disediakan oleh toko parfum tersebut. Setelah dipikir-pikir lagi, ia memutuskan untuk tidak jadi membeli parfum itu. Padahal Tavisha suka sama wanginya, tapi mengingat stock parfum di kamarnya masih banyak, ia mengurungkan niatnya untuk membeli parfum lagi.
Sambil menunggu Sania yang entah sampai kapan berdiri disana memilih parfum, lebih baik Tavisha scroll aplikasi TokTok saja. Baru saja membuka aplikasi, Tavisha sudah disuguhkan oleh video yang sangat lucu, bahkan Tavisha hampir tidak bisa lagi menahan tawanya setelah membaca komentar netizen. Terkadang yang bikin lucu juga bukan karena video yang diunggah, melainkan komentar netizen yang ada-ada saja.
Tavisha bahkan tidak menyadari bahwa ada seseorang duduk disampingnya dan mengamatinya sedari tadi.
"Seru banget kayanya, liat apa sih?"
Tavisha menoleh ke sumber suara. "Javas! Sejak kapan lo ada disini?"
"Baru aja." Bohong Javas, padahal waktu Tavisha dan Sania masuk ke toko parfum, Javas sudah lebih dulu ada disana. Tavisha saja yang tidak menyadarinya.
"Oh,"
"Sama siapa lo? Sendiri aja?"
"Tuh sama temen." Tavisha menunjuk kearah Sania.
"Oh itu temen lo?"
"Iya, kenapa? Naksir lo?"
"Nggaklah, orang gue naksirnya sama lo kok."
"Hah? kocak lo."
"Temen lo punya pacar?"
Tavisha sontak tertawa. "Jomblo. Lo punya temen yang single nggak? Biar gue kenalin sama Sania."
"Bukannya dia punya pacar ya?"
"Nggak ada, Bambang."
"Tapi kemaren-"
"Tav, ay-"
Ucap Sania dan Javas secara bersamaan. Dan mereka pun saling pandang.
"San, kenalin ini Javas." Tanpa basa basi Tavisha langsung saja memperkenalkan Javas pada Sania.
"Ddia Javas?" Bisik Sania pada Tavisha.
"Iya."
Dengan canggung Sania menyambut uluran tangan Javas.
"Kita ketemu lagi, Mbak." Ucap Javas setelah memperkenalkan diri dan dengan senyum penuh arti.
"Kalian pernah ketemu?"
"Iya, beberapa hari lalu. Belum lama kok. Yakan, Mbak? Oh iya, satu lagi bilangin sama cowoknya ya, mukanya jangan serem-serem amat saya takut liatnya. Merinding."
"Cowok? Siapa?" Tanya Tavisha penasaran dan bingung, Javas lagi ngomongin apa?
"Tav, gue lupa. Gue ternyata masih ada urusan. Gue duluan ya? Lo nggak papa kan gue tinggal?"
"Nggak bisa gitu dong, gue kan tadi dijemput sama lo. Terus gue pulangnya gimana?"
"Lo naik taksi aja ya? Ya udah gue buru-buru. Bye."
"Sania! Tunggu woy!" Tanpa mendengarkan Tavisha terlebih dahulu, Sania langsung buru-buru keluar dari toko parfum tersebut.
Tavisha terlihat sangat kesal, sementara manusia berbadan tinggi yang berdiri disampingnya malah senyum-senyum seperti orang gila.
"Ngapain lo senyum-senyum? Gila ya? Lo kalau mau ngetawain gue ketawa aja. Lo pasti mau ngetawain gue kan? Karena gue ditinggalin temen gue disini. Mana disuruh pulang naik taksi lagi."
"Tuh mulut kalo ngomong pake jeda kenapa."
Tavisha tidak mempedulikan Javas, ia meninggalkan pria itu. Lebih baik ia pulang juga, ngapain keliling Mall sendirian. Lihat saja, Tavisha akan ngambek sama Sania hingga beberapa hari kedepan.
"Tav, mau kemana?" Javas menarik lengan Tavisha.
"Pulanglah, ngapain gue sendirian disini kaya orang bego."
"Lah kan ada gue." Javas menunjuk dirinya sendiri.
"Terus gue jadi anti nyamuk lo sama istri lo gitu?"
Javas tidak bisa menahan tawanya. "Gue sendirian, Tavisha. Emang lo liat istri gue dari tadi?"
Tavisha menggeleng. "Ya udah sama gue aja."
"Iih takut banget lho jalan sama suami orang."
"Nggak usah mikir aneh-aneh deh. Mending lo ikut gue ya, temenin gue belanja bulanan."
"Gue mau pulang aja deh, Jav."
"Tav, please. Temenin gue ya?"
"Please." Javas memohon lagi dengan muka memelasnya.
"Oke, tapi nggak gratis." Senyum Javas langsung terbit dari bibirnya.
"Siap, lo minta apa aja disini gue turutin."
"Bener ya?"
"Iya, jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAVAS
RomanceTavisha Khanza tidak menyangka kalau calon suaminya ternyata diam-diam berselingkuh. Bahkan Tavisha baru mengetahuinya di saat mereka sedang melangsungkan foto prewedding. Marah? Tentu saja. Kecewa? Sudah pasti. Tavisha pergi begitu saja meninggalk...