14. Tiara's Engagement

115 9 0
                                    

Tavisha saat ini sedang berada di rumah Bude Tina, ia ditugaskan Budenya itu untuk menghias ruang tamu rumahnya yang akan digunakan untuk acara lamaran Tiara nanti malam. Pukul tujuh pagi, Budenya sudah heboh menelpon-nelpon Tavisha untuk segera mendekor ruang tamu rumahnya. Padahal Tavisha saat itu masih sarapan dengan Arman.

"Nih, ngemil dulu. Biar lo fokus dan hasil dekornya gak jelek. Soalnya temen-temen gue mau pada dateng, kalau hasilnya jelek kan gue malu." Tavisha melirik sekilas sepiring gorengan yang disodorkan oleh Tiara.

"Ya lo jangan pake jasa gratisan sama gue lah, keluar duit kagak tapi banyak minta." Tavisha baru-baru ini menambah usaha floristnya, yang tadinya hanya menjual buket-buket bunga saja, kini ia mulai menerima jasa dekorasi engagement, ulang tahun, akikahan dan lainnya. Bahkan Tavisha mulai kepikiran untuk ikut les privat Make Up Artist. Cuma ia masih ragu-ragu.

"Oh jadi lo minta bayaran? berapa sih harga dekor kampung lo? tiga ratus ribu? gue bayar. Asal lo tau ya, gue maunya juga sama yang lain, tapi Mami yang minta didekorin sama lo. Lagian biar lo ada kerjaan juga, dan hasilnya bisa lo promosiin di sosmed. Kurang baik apa coba Mami sama lo."

"Dih, bilang aja mau yang gratisan, dasar gak modal." Gumam Tavisha.

"Lo bilang apa barusan?"

"Bilang apa? nggak ada." Tavisha masih fokus memilah-milah bunga.

"Barusan lo kaya ada ngomong sesuatu."

"Rumah lo nih ada setannya."

"Iya, lo setannya."

"Setan teriak setan." Balas Tavisha tak mau kalah.

"Tau ah! Gue mau maskeran, biar nanti malem gue cantik paripurna."

'TER-SE-RAH!' Ucap Tavisha dalam hati. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepupunya itu.

Tiara pergi meninggalkan Tavisha dengan langkah sombongnya. Ia tidak peduli dengan sikap Tiara kepadanya, dari dulu memang seperti itu. Ditambah calon tunangannya yang seorang abdi negara, membuat Tiara semakin sombong dan haus akan validasi. Pokoknya sekomplek ini harus tau kalau seorang Tiara akan menikah dengan seorang abdi negara. Bukan hanya Tiara, bahkan Budenya suka pamer sang calon menantu kepada para tetangga mereka. Dih, apa sih hebatnya abdi negara? menang seragam doang.

Tavisha mencomot satu bakwan yang ada di piring, ia makan sambil mengamati hasil dekornya yang sudah setengah jadi. Seminggu lalu Tiara mengirimkan foto contoh dekor yang ia inginkan pada Tavisha, mau tidak mau Tavisha harus menyanggupi. Tavisha juga harus membeli beberapa printilan yang harus sama persis dengan foto yang dikirim Tiara. Udah gratis, banyak mau pula. Saat itu Tavisha jengkel sekali dan ingin menolak saja, tapi Arman selalu membujuk Tavisha agar nurut saja dengan Bude Tina dan Tiara. Papanya itu selalu menyuruh Tavisha sabar dengan kelakuan ibu dan anak itu. Hah! Mana bisa.

"Tav, sebelum Ashar udah harus selesai ya semuanya, Bude gak mau tau. Kamu jangan santai-santai, agak gercep dikit ya."

Tavisha menghela napas pelan. "Iya, Bude."

"Soalnya Bude liat kamu dari tadi kerjanya terlalu santai."

'Santai gundulmu.'

"Iya, Bude." Tavisha mencoba senyum semanis mungkin.

"Assalamualaikum." Terdengar ucapan salam dari teras depan. Tavisha menghela napas, ia lega ada tamu yang datang. Sehingga tidak perlu lagi mendengar suara Budenya yang selalu terdengar menyebalkan di telinga Tavisha.

"Walaikumsalam," Bude Tina buru-buru keluar melihat siapa yang datang.

"Eh, Mbak April. Masuk-masuk. Yang mau didandanin ada didalem." Bude Tina mempersilahkan Mbak April masuk ke dalam rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang