Bab 1

32 6 1
                                    

Sekumpulan Remaja Bodoh ini Menjadi Tumbal Proyek Guru BK

✿✿

Brak! Pria itu menggebrak mejanya dengan penuh amarah. Ia menatap tajam empat siswa berpakaian dinas lapangan dengan bawahan seragam abu-abu. Mereka berempat berdiri sambil menundukkan kepala mereka. Sementara itu, di samping empat siswa tadi adapula seorang siswa dan dua siswi berpakaian sama duduk sambil menyesap teh mereka.

Perkenalkan, empat siswa yang berdiri adalah bagian dari kru utama proyek film pendek. Yang paling tinggi dan berisi bernama Gibran, seorang ¹boom operator. Di sebelahnya adalah yang paling tinggi tetapi kurus, asisten sutradara, namanya Juan. Di sebelah Juan adalah seorang siswa pendek dan kurus bernama Mada. Posisinya adalah sebagai ²DOP (Director of Photography). Terakhir adalah seorang siswa pendek berisi bernama Arga, dia bertugas sebagai editor sekaligus asisten DOP.

Sementara itu, tiga orang yang duduk sambil membolak-balikkan naskah dan menyesap teh dengan santai adalah Reyhan, Nafira, dan Arshela. Reyhan sebagai produser, Nafira sebagai produser eksekutif sekaligus penanggung jawab proyek, dan Arshela sebagai sutradara utama proyek film pendek. Dan pria yang baru saja menggebrak meja adalah guru muda di sekolah mereka yang berposisi sebagai guru BK. Panggil saja Pak Elang. Pria muda paling galak satu sekolah.

"Maaf menyela amarah Bapak. Boleh saya bertanya? Mengapa tiga orang di sebelah yang diberikan teh sedangkan kami tidak ya, Pak?" sela Gibran dengan wajah tidak bersalahnya.

"Ya ya ya! Kami hanya menjalankan perintah dari mereka bertiga, lantas mengapa hanya kami berempat yang dimarahi?" lanjut Mada mulai memprovokasi.

Pak Elang menarik nafasnya perlahan. Wajahnya yang memerah sedikit mereda karena ia mencoba untuk lebih sabar. Pria itu menatap keempat siswa di depannya dan bertanya, "kalian mau teh?"

Dengan semangat keempatnya mengangguk.

"Kalau begitu minumlah secangkir teh itu. Penuhi cangkirnya, jangan kalian muntahkan," jawab Pak Elang yang langsung dilaksanakan oleh keempat siswa tadi.

Gibran, Juan, Mada, dan Arga berebut cangkir dan menuang teh ke cangkir mereka. Reyhan, Nafira, dan Arshela saling menatap satu sama lain. Hanya dengan ekspresi, ketiganya dapat berkomunikasi dengan lancar. Kira-kira seperti ini percakapan mereka.

Reyhan, "mereka berempat anak sinting."

Nafira, "kita saja lebih memilih dihukum berdiri daripada minum teh."

Arshela, "biarkan mereka merasakan apa yang kita rasakan."

Bruh! Juan menyemburkan teh yang baru ia sesap. Itu adalah teh herbal dengan campuran telur mentah. Gibran dan Arga menahan bau amis yang menusuk hidung mereka dan berusaha menghabiskan tehnya. Mada? Ah, dia belum mulai meminumnya.

"Mada," panggil Nafira datar. Mada menoleh ke arah Nafira yang tersenyum iblis. "Di.mi.num," perintah Nafira.

Mendengar keluhan dan teriakan dari siswa-siswanya, rasanya Pak Elang ingin membuang mereka ke selokan depan sekolah. Suara mereka sangat nyaring seolah siapapun yang mendengarnya akan mengalami kerusakan gendang telinga.

Jelaskan pada Pak Elang, mengapa hidupnya dipenuhi dengan murid-murid unik dan ajaib seperti mereka. Ah, satu lagi. Gila adalah nama tengah murid-muridnya. Meskipun hukuman meminum teh ini juga termasuk gila.

Kisah ini berawal dari Pak Elang yang bosan dengan kegiatan event sekolah, sehingga ia menyarankan untuk membuat film pendek yang akan diproduksi oleh siswa-siswi di sekolahnya. Sayangnya, ia tidak tahu siapa saja siswa yang berbakat dalam produksi film pendek sehingga ia memanggil salah satu anak MPK yang dikenalnya. Ah, tentu saja ketua umum MPK yang ia panggil.

Salahkan SutradaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang