Bab 2

13 6 3
                                    

Sekumpulan Remaja Bodoh ini Mencari Alasan untuk Membolos

✿✿

"Liam!"

Laki-laki itu mengetuk cepat jendela kamar Liam dari luar. Kaca helmnya dinaikkan, memperlihatkan wajah tampan dengan sedikit kumis tipis di wajahnya. Laki-laki itu adalah Mada. Sepertinya ia sedang membolos sekolah, terlihat dari seragam yang ia kenakan pada pukul sembilan pagi.

Tirai jendela itu dinaikkan, memperlihatkan sosok laki-laki seusia Mada yang baru saja bangun tidur. Ia menggaruk perutnya sambil menguap, kemudian membuka jendela kamarnya untuk menyapa Mada.

"Bolos?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Tanpa basa basi, Mada melompat ke jendela Liam. Ia masuk ke dalam kamar Liam dan membuka lebih lebar jendelanya. Liam yang terbiasa dengan tingkah laku Mada hanya bisa menghela nafas kesal. Sudah menjadi makanan sehari-harinya seorang Mada masuk begitu saja ke kamarnya melalui jendela ketika membolos.

Mada segera menaruh tas selempangnya di kursi belajar Liam. Kemudian ia mematikan pendingin ruangan dan duduk di dekat jendela sambil melepas sepatunya. Diambilnya sebungkus rokok dari tas selempangnya bersama korek pemantik. Mada menyalakan rokoknya, menyesapnya, dan menghembuskan asap ke udara di luar kamar Liam.

Mada menyodorkan sebungkus rokok kepada Liam yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh si pemilik ruangan. Membolos dilanjutkan dengan sesi merokok di kamar Liam. Ah, sangat menyenangkan.

"Sorry ya, kamarmu aku jadiin tempat bolos plus ngerokok," ucap Mada dengan nada santainya.

Liam hanya berdecak kecil. Sesungguhnya, ia juga membolos hari ini. Tadi pagi kakak laki-lakinya mengajak Liam ke sekolah. Tetapi, Liam berkata bahwa ia tidak enak badan. Nyatanya remaja laki-laki itu hanya ingin membolos.

"Dah biasa juga kamu bolos ke sini. Kenapa bolos? Kayanya jadwalmu sekarang mapel penting semua," tanya Liam sambil memantik koreknya.

"Kemarin aku ketemu sama kakak kelas." Mada membuka topik.

"Terus?"

"Rambutnya panjang sepinggang lebih, panjangnya hampir sepantat. Sedikit ikal tapi tidak keriting, bergelombang juga bukan. Berwarna merah kecoklatan alami, tetapi wajahnya menyebalkan. Dia ... ekhem. Dia lebih tinggi dariku," lanjut Mada mendeskripsikan kakak kelas yang ditemuinya kemarin.

"Terus?"

Mada melirik Liam. Ia menaruh rokoknya di asbak dan mendekati Liam. Laki-laki itu berbisik, "kayanya dia mau ngelakuin sesuatu ke aku, deh."

Sial, bahasanya ambigu sekali hingga membuat Liam merinding. Sontak Liam mendorong Mada menjauh dan mengusap kasar lengannya. Entahlah, teman Liam kali ini sedikit gila.

"Pulang sebelum Masku pulang," tegur Liam yang hanya diangguki Mada.

✿✿✿

"Ayo jadi koordinator divisi seni. Kamu jago gambar, musik, fotografi, sinematografi. Lengkap, lho," bujuk Dimas kepada Arga.

Dimas—laki-laki yang menjabat sebagai ketua umum MPK—kini sedang merayu teman kelasnya untuk mendaftarkan diri sebagai calon anggota OSIS tahun jabatan masa ini. Arga-yang sedang Dimas rayu-menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia sudah mendapat bujukan dari banyak anggota MPK, bahkan sampai ketua umumnya turun tangan.

"Aku mau jadi koordinator divisi seni kalau dikasih liquid," jawab Arga santai sambil memasukkan barang bawaannya.

Laki-laki itu menenteng tasnya dan melangkah keluar kelas. Dimas bertanya, "bolos lagi?"

Salahkan SutradaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang