11. Rawat

180 11 1
                                        

Nala membuka matanya perlahan sebab merasakan gerakan yang mengusik tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nala membuka matanya perlahan sebab merasakan gerakan yang mengusik tidurnya. Entah sudah berapa lama dirinya tertidur sehingga netranya memburam. Perlahan tapi pasti, fokus netra sang dara mendapati figur cowok yang di kenalinya.

Kening Nala mengkerut, ia tidak bisa melihat dengan jelas dan kepalanya masih terasa nyut-nyutan. Sakit ini tiba-tiba menyerangnya begitu Nala merapikan barang-barangnya. Benar-benar tidak di sangka.

"Sakit banget, ya?" tanya cowok itu, menggerakkan ibu jemarinya untuk memijat pelan kening Nala.

Nala kenal suara ini. Suara yang senang sekali Ia dengarkan.

"Eja?" panggil Nala dengan suara serak.

"Iya, Nala."

"Gue pikir mimpi." ucap Nala, tersenyum memandangi Altezza yang bagaikan mimpi berada di hadapannya.

Altezza menggeleng dengan senyuman tipis di wajahnya, masih setia mengelus memijat Nala upaya meredakan sakitnya itu. "Panas banget, Na. Kompres hangat aja mau kan?"

"Nggak usah. Tolong ambilin minum aja." pinta Nala meminta tolong, kerongkongannya terasa kering.

Altezza sigap mengambilkan botol mineral dan membukanya. Ia kemudian membantu Nala untuk mengangkat setengah badannya dan minum. Selesai minum, Nala kembali berbaring.

Nala mengerang kecil. Satu badannya pegal. Kepalanya juga nyeri sekali, jadi dia pijat-pijat kecil.

"Nala, mana tangannya."

Tanpa bertanya, Nala memberikan satu tangannya. Ternyata Altezza memijat bagian antara jari jempol dan telunjuk. Ah, benar, Altezza pernah melakukan hal ini tiga tahun lalu saat mereka berwisata ketempat pemancingan yang jaraknya jauh.

Hal yang sama terulang lagi, hanya berbeda tempat. Pijatan, ucapan, dan perhatiannya tidak ada yang berubah.

Nala mengingat hal itu sambil tersenyum meski matanya sudah terkatup-katup ingin menutup.

Altezza ketawa kecil sehingga mencuri perhatian Nala.

"Ngetawain apa?"

"You're cute when you're fall asleep, Na. Terus sambil senyum-senyum gitu."

Nala yang mau ketawapun seperti tidak ada tenaga. "Senyum juga karena keinget Lo pernah ngelakuin hal yang sama kayak sekarang."

"Waktu wisata, ya?"

Altezza mengingatnya. Nala pikir hanya dirinya saja.

"Lo kacau banget waktu itu. Khawatir Gue liatnya, takut pingsan."

Nala tertawa tanpa suara, "Iya. Lupa minum obat anti mabok darat waktu itu." ucapnya.

Asik bercerita, sakit kepala Nala tiba-tiba menyerangnya lagi. Membuat Altezza yang memperhatikannya pun jadi khawatir dan berdiri

RENNALA [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang