Sebelum balapan berlangsung, seorang laki-laki yang tak jauh berbeda umurnya darinya, menghampiri dirinya yang duduk termenung.
Dengan pikiran yang melalang buana. Lelaki dengan jaket itu, ikut duduk di samping cowok bernama Anjun.
Zegha membuka soda kalengnya, hingga mengeluarkan bunyi segar, serta air yang sedikit keluar akibat tekanan dari soda.
"Udah gak ketemu, gimana kabar lo?" basa basi Anjun tidak langsung di tanggapi oleh Zegha.
Cowok itu sedikit pendiam, dan tidak banyak omong, Anjun hanya tau sebatas itu. Sebab dulu Red yang menceritakan nya bahwa cowok itu mempunyai dua adik sepupu.
"Lo temennya 'kan?"
"Hm, kenapa?" Anjun melirik sekilas wajah cowok itu, sedangkan yang ditatap malah tak merasa.
Tidak langsung menjawab, cowok itu meminum sodanya dan berdiam sebentar. Padahal lawan bicara sudah siap mendengar perkataannya, namun belum juga mendapatkan nya.
"Gue cuma mau ngasih peringatan aja"
"Hah, gue gak ngerti apa yang lo omongin Ze. Peringatan apa?"
"Temen lo sakit"
"Maksud, lo?" cengo Anjun seperti kambing congek.
Zegha menegak minuman nya lagi, lelaki itu diam sesaat, seperti memikirkan kata-kata yang cukup untuk di mengerti oleh laki-laki disamping nya.
"Yaa dia sakit, kalo lo gak percaya coba ikutin dia terus"
Cowok berjaket kukut dengan logo Z itu bangkit, merasa sudah banyak omong dan mengasih banyak clue ke Anjun, dan dia rasa cowok itu sudah cukup mengerti. Itu saja.
"Tunggu Ze, gue gak konek sama lo"
"Maksud lo itu apa?"
Anjun mencekal bahu lelaki itu, meminta penjelasan lebih. Siapa juga yang paham dengan omongan cowok itu.
"Ikuti aja, siapa tau dapet hal baru dari dia?"
Zegha seperti tidak yakin dengan ucapannya yang terakhir, lelaki itu mengangkat bahunya. Melihatnya, Anjun merasa tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Maksud lo dia sakit parah gitu? Penyakit yang di luar nalar?"
"Gue duluan"
Anjun pasrah dengan semua pertanyaan yang belum di jawab oleh cowok preman itu dengan betul, cowok itu sungguh menyebalkan. Datang memberi pertanyaan, pulang dengan jawaban yang menjebak.
Itu membuat Anjun tidak tertarik lagi dengan apa yang dikatakan oleh Zegha lagi. Sialan.
Seminggu yang lalu...
"Lo gegar otak ya?"
"Iya deh, mana bukanya bengong"
"Nyawanya ilang ya?"
"Jangan jangan roh nya ke tuker? Haha"
"Enggak bego" Anjun merasa tak nyaman dengan kedua temannya yang mengganggu nya.
Sangat, sangat menganggu nya.
"Bisa gak sih lo, gausah pegang pegang kepala gue!?"
Anjun sudah tersulut emosi, sejak tadi Radian selalu mendekatinya. Tidak apa-apa jika lelaki itu mengobrol atau bertanya-tanya, tapi siapa yang tidak marah? Jika tubuhnya terutama kepalanya selalu di pegang?
Sudah tau itu yang sakit, malah semakin membuat si empunya marah. Anjun yakin, jika kepalanya akan meledak akibat kesabarannya yang setipis tisu dibelah seratus lembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED FLAG [TAMAT]
Teen FictionSEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, DIMOHON FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA [THE BENEDICT #1] Bagi Red; apapun miliknya berarti miliknya juga, entah mental maupun fisiknya semuanya ada dalam genggamannya dan itu mutlak. "Your body language make a depressed" Ra...