Bab 27 : Help and reward

222 10 0
                                    

"Mau lo apain?"

"Mukulin, gue benci banget sama dia"

"Woo, jangan dong. Cewek gue itu"

Laki-laki itu membentengi gadis yang sudah terikat itu, dari sosok yang ingin meledakkan amarahnya.

"Lo apaan sih, yang ngasih tau dia 'kan gue"

"Yang nyulik siapa?" alisnya terangkat satu, pernyataan benar. Gadis itu meniup anak rambutnya yang menghalangi arah pandangan, sebal dan lebih memilih memutar matanya ke arah lain. Tanda protesnya.

"Gue pake dulu, baru lo mau apain aja gapapa deh"

Gadis itu tertawa puas, cowok itu menuntunnya untuk duduk di kursi sebelah tiang tua. Melihat sosok gadis meringkuk dengan kedua tangannya dan kakinya terikat, dan tidur pulas di kasur.

"Kenapa suka cewek kayak gitu sih?"

"Selera lo kampungan banget, gue bisa kasih yang lebih lhoo...."

"Enggak, gue sukanya dulu—"

Cowok itu berjongkok, tangannya perlahan mengelus rambut halus gadis itu hingga meleber ke pipi yang empuk dan kenyal. Senyum tipis entah arti apa itu, namun rasa senangnya meningkat.

"Dia nakal"

"Malah sama cowok lain, gak sama gue" lirihnya, kembali mengubah raut wajahnya menjadi sok sedih.

"Anak nakal itu harus dihukum, iya gak Le?"

Cowok itu menoleh ke arah pandang gadis itu, mereka tersenyum miring tahu dengan pikiran satu sama lain. Sungguh serasi.

"Cepet in urusan lo, biar gue cepet cepet cakar muka cewek sialan itu"

Cowok itu tertawa, hingga melebar di seluruh ruangan yang remang dengan cahaya matahari yang menelusuk ingin masuk.

Cowok itu tertawa, hingga melebar di seluruh ruangan yang remang dengan cahaya matahari yang menelusuk ingin masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jia, gadis itu belum sadarkan diri. Cowok itu mendekat, ada gerakan halus di kasur itu. Membuat Jia sedikit perlahan mulai bangun dengan lenguhan panjang.

Satu kancing terbuka, kancing kedua terbuka. Si empu belum menyadari dan masih terlelap, hingga kancing ke empat terbuka sudah terlihat belahan yang mengintip didalam sana.

Sebelum lebih jauh lagi, ia ingin memotret nya lebih dulu sebagai kenangannya yang indah. Hingga akhirnya handphone di genggamannya itu terpental hingga ke pojokan tembok.

Belum siap dengan ancang-ancang nya, cowok itu tersungkur kebelakang akibat tendangan Re. Cowok itu membuka semua seragamnya dan menutupi dada Jia sementara, hingga menyisakan kaos putihnya.

Ferdin mengelap hidungnya yang berdarah itu, tertawa karena itu menurutnya geli. "Sialan" desisnya tak terima dan ingin membalas.

Re yang masih melihat Jia itu tak tahu jika ia dalam bahaya, pukulan itu ia berhasil menghindarinya dan memegang lengan Ferdin, mengangkatnya ke atas tubuhnya dan menjatuhkannya di lantai dengan keras.

RED FLAG [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang