Bab 41 : Berkabung

224 12 0
                                    

Seorang laki-laki yang terbaring itu nampak tenang dengan deruan nafas yang tenang dan beraturan, seperti tidak ingin bangun dari tidurnya, dan bangun untuk melihat dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki yang terbaring itu nampak tenang dengan deruan nafas yang tenang dan beraturan, seperti tidak ingin bangun dari tidurnya, dan bangun untuk melihat dunia. Rasanya mimpinya lebih indah, dibandingkan dengan permasalahan dan pelik kehidupan dunia.

Sudah sepekan lebih lamanya, Red tak kunjung membuka matanya sejak insiden kala itu. Membuat Soraya was-was dan takut, kala Red tak akan sadar dan menyusul kembarannya.

Wanita paruh baya itu nampak lesu dan letih, makan pun tak beraturan. Iya selalu menjaga dan ingin melihat putranya 24 jam nonstop, padahal Alvarezo dan Liam selalu memintanya untuk tidur, dan bergantian berjaga.

"Bun, makan dulu"

"Abang suapin, enak lo ini, soalnya Al yang masak"

"Bun, aaa" Alvarezo menyodorkan satu suapan didepan Soraya seraya mengintruksikan untuk membuka mulut, dan dia mencotohkan nya sendiri.

"Bun, nanti kalo Red bangun, malah bunda jatuh sakit gimana?"

"Gak bisa liat 'kan? Ayok makan dulu, jangan gini ah" mendengar perkataan putra sulungnya yang selalu membujuknya, membuat Soraya menggoyahkan hatinya. Dan menuruti apa kemauan putra nya itu.

"Nah gini dong, Red pasti seneng loo Bun"

Tiga puluh menit berlalu, Alvarezo yang sibuk dengan laptop di pangkuan nya itu sibuk mengotak-atik nya, dua Minggu lagi ia harus meninggalkan Indonesia lagi. Sebab, liburan semester nya hampir selesai.

Soraya yang tidur di pinggiran ranjang Red, dengan tangan sebagai bantalan kepalanya itu sedikit tersentak kala ada sebuah pergerakan di sana. Iya lantas membuka mata dan memfokuskan perhatian nya pada jari-jari tangan putra bungsunya itu.

"Gerak!"

"Al, panggil dokter! Tangan adek mu gerak gerak!"

Alvarezo langsung berdiri dan berlari ke arah ibunya secara bergantian, dan melihat adiknya yang sepertinya akan sadar. Ia lantas langsung bergegas pergi, kala sang ibu menyuruhnya untuk memanggil seorang dokter.

•••

Berdamai yang terpaksa itu gimana sih?

Enak? Atau tidak? Seperti halnya yang dilakukan oleh Jia, ia selalu menangis dan menanyakan ketidakadilan suatu takdir Tuhan kepada umatnya.

Namun ia salah, ketidakadilan Tuhan tidak segampang dan secetek apa yang hambanya pikirkan. Biasa saja keadaan kamu sekarang adalah bentuk keadilan mu saat ini.

Sudah hampir dua bulan ini, telah hadir takdir yang membawanya ke dalam cerita suka dan duka yang sangat tidak disangka-sangka.

Kebingungan nya tentang pacar nya yang meninggal dengan penjelasan kedua sepupu Re yang menjelaskan dengan detail, hingga siapa yang masih hidup. Katanya yang masih hidup bernama Red, tapi Jia terbayang-bayang dengan nama Red tapi ia bukan kekasihnya.

RED FLAG [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang