chapter 02

4 2 0
                                    

"Guys, mau pesen apa? biar gue yang ambilin." Ucap Dina saat setelah mereka sampai dikantin sekolah.

"Aku kayak biasanya aja ya.." pinta Eva, dengan suara kecil. Ini anak emang kalem, jadi maklumin aja kata Dina.

"Okeyy, kalo Lo Le?"

"Kalo gue samain aja kayak Lo!" Jawab Lea, ia tidak mau ambil pusing mau pesen apa. toh semua sama aja, sama-sama makanan.

Setelah tau apa yang akan dipesan, Dina pun berlalu untuk memesan makanan yang ingin dibelinya.

Lea pun duduk berhadapan dengan Eva, lalu mengambil handphone nya dari saku rok yang dipakainya, setelah itu memainkan kannya.

Tidak ada pembicaraan antara mereka, Lea yang sibuk dengan handphonenya, begitu pun Eva. Sesekali Lea melirik Eva yang sedang fokus memainkan handphonenya. Entah mengapa ia merasa bahwa Eva akhir-akhir ini sering menjauhinya. Dimulai sejak masuk SMA, Lea pikir..mungkin karena ia dan Eva kurang komunikasi, pasalnya dulu Eva tidak sependiam ini.

Lea pernah bertanya mengapa Eva seperti menjauhinya, dan Eva hanya menjawab, mungkin hanya perasaan Lea saja, atau karena Eva yang pendiam, Entahlah.

Tak lama, Dina datang membawa pesanan mereka dibantu bibi penjual dibelakangnya.

"Tumben lama?" tanya Lea, pasalnya perutnya sudah keroncongan sejak tadi.

"Sorry, soalnya tadi banyak yang beli." Jelas Dina. Tanpa bicara panjang lebar lagi, Ia lalu duduk disebelah Lea. lalu memakan makanannya. Begitupun dengan Lea dan Eva.

Setelah selesai dengan urusan makan, tiga bersahabat itu lalu menuju kekelas mereka. tampak didalam kelas sudah ramai dengan penghuni kelas lainnya.

***

Jam pulang baru saja berbunyi, tentu hal ini yang sudah ditunggu-tunggu. Begitupun dengan Lea, saat sudah berpisah dengan kedua sahabatnya, ia lalu berjalan menuju ke halte bus terdepan, rencananya ia akan naik bus.

Saat sedang menunggu bus, Lea berfikir bagaimana kalau ia menelpon Deni dan meminta Deni untuk menjemputnya. siapa tau Deni mau seperti tadi pagi, boleh dicoba.

Sudah panggilan ketiga, Deni belum juga mengangkat telpon dari Lae. mungkin Deni lagi sibuk kali, pikirnya. Sesaat sebelum Lea memutuskan panggilan, terdengar suara Deni dari telpon Lea. ternyata Deni mengangkat panggilan ketiganya.

"Halo?"

"Le, halo, Le? Kamu masih disana kan?"

"Eh, halo by"

"Iya, kenapa?"

"By, boleh jemput aku nggak? Kamu kan tau aku nggak bawa mobil."

"Aduhh.. sorry Le, gue nggak bisa lagi sibuk. Lo naik bus atau taksi aja kek. manja banget sih. Udah ya...nanti gue telpon lagi, oke? Bye.."

Baru saja Lea ingin menjawab kembali, terdengar suara panggilan terputus, tepat saat itu bus berhenti didepan Lea. saat Lea akan berjalan masuk kedalam bus, ia melihat diujung jalan sana. sepasang kekasih sedang berpelukan, Mereka terlihat cukup familiar.

"Kok kayak...ah, nggak mungkinlah.. masa iya sih?" Gumam Lea, menggeleng kan kepalanya, lalu kembali melangkah kedalam bus. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat bukanlah orang yang ia pikirkan.

Saat setelah masuk kedalam bus, ia duduk dibangku belakang. Lea melihat kembali kebelakang untuk memastikan, tapi yang ia ingin lihat sudah tidak ada disana. Lea kembali menyakinkan dirinya bahwa ia salah liat, tapi kenapa tidak dengan hatinya?

Bus lalu mulai melaju menuju halte selanjutnya. Lea mengambil earphone dari tasnya, lalu memasang earphone tersebut di telinganya. setelah itu membuka jendela bus disebelahnya.

Lea memejamkan matanya sejenak. dirasakannya bus berhenti, lalu tak lama seseorang duduk disebelahnya. Lea mengabaikannya, rumahnya paling dekat setelah dua halte lagi. ia akan memanfaatkan nya dengan istirahat sejenak.

***

"Lea pulaaanggg..." Teriak Lia setelah masuk rumah. dilihatnya Leo sedang terpejam di sofa ruang tamu. terlihat sedang tertidur, mungkin.

Ide jahil terlintas di kepala Lea, Lea diam-diam mendekat kearah sang kakak sembari mengambil buku didalam tasnya. lalu menggulung bukunya dan mendekatkannya didekat telinga Leo. Lalu...

"BANG LEO LEA PULAAANGGG..." teriaknya, membuat Leo yang sedang tertidur, langsung terduduk Sembari menutup telinga. saat membuka matanya, Leo terjungkal dari sofa saat melihat wajah Lea didepan wajahnya dengan mata yang dilebarkan.

Lea yang melihat itu tertawa terpingkal-pingkal sampai terduduk. ia terbahak-bahak melihat sang kakak terjungkal karenanya.

"LEAAA.." teriak Leo kesal. ditambah melihat Lea yang tertawa terpingkal-pingkal, membuat nya semakin kesal.

Leo mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat teriakan Lea tadi. begitupun dengan bokongnya yang terjatuh langsung menyentuh lantai.

"Ketawa, ketawa aja terus, bukannya bantuin malah ngetawain." dumelnya.
"Sini, bantuin gue duduk!" Perintahnya setelah melihat Lea sudah meredakan tawanya.

Lea menurut sembari menahan tawanya, agar tidak membuat sang kakak semakin kesal kepadanya.

Setelah membantu Leo duduk, Lea pun duduk juga disamping sang kakak.

"Sorry bang, nggak sengaja." Ucap Lea dengan wajah yang memerah karena menahan tawa.

"Nggak usah bilang nggak sengaja, gue tau Lo sengaja." Jawab Leo sembari memutar bola matanya, sudah jelas sekali adiknya sengaja mengerjainya.

"Hahhh... iya-iya maaf okeyy?" Mohon Lea dengan wajah tersenyum manis berharap sang kakak luluh.

"Nggak usah sok manis didepan gue." Jawab Leo, Dengan nada bicara yang masih terdengar kesal.

"Eh, btw gue tau loh, yang bakal ditunangin sama Lo itu siapa." Tiba-tiba wajah yang tadinya kesal, langsung berubah menjadi wajah bangga, seolah-olah ia tau siapa orang itu.

"Hehh, emang Lo tau?" Tanya Lea dengan malas. Lebih tepatnya malas membahas pertunangan yang tidak ia inginkan.

"Dia..."

ALEANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang