chapter 05

6 1 0
                                    

Kriiingg...

Kriiingg...

Kriiingg...

Bunyi bel sekolah baru saja berbunyi. Hal itu tentu membuat siswa siswi bersorak dalam hati. Begitupun dengan Lea. ia yang tadinya terlelap tidur, langsung bangun mendengar bel berbunyi.

Mereka lalu menatap Tio, yang merupakan ketua kelas. Tio yang tau hal itu hanya menghela nafas.

Dari tatapan itu, Tio dapat melihat mereka seperti mengatakan 'ayo cepetan kasih tau tuh guru, kalo bel udah bunyi!' Tio yang mengerti, lantas mengangkat sebelah tangannya.

"Ya, Tio... Ada yang mau ditanyakan?" Tanya guru tersebut. Ia tidak menyadari bel berbunyi, karena sibuk menjelaskan.

"Udah bel Bukk." Terang Tio memberi tahu.

Guru tersebut lalu melihat jam dipergelangan tangannya, lalu mengangguk.

"okeyy... cukup sampai disini saja, saya akhiri pertemuan kita pada pagi hari ini. Sampai bertemu Minggu depan, dan jangan lupa untuk mempelajari materi yang sudah saya berikan tadi! Saya permisi." Ucap guru tersebut sebelum meninggalkan kelas.

"BAIK BUKK..." Teriak seisi kelas, menanggapi.

"Hahhh... akhirnya bisa istirahat. Pegel juga punggung gue, kalo lama-lama duduk." Sesudah guru tadi pergi, keluhan langsung keluar begitu saja dari mulut Dina.

"Itu artinya...Lo udah mulai tua." Cibir Lea. Dina hanya berdecak mendengar itu.

"Kuy, Kekantin... Udah laper nihh." Ajak Lea. Tentu ajakan itu disambut baik oleh Dina.

"Ya udah, yuk." Mereka pun berjalan menuju kantin.

***

"Eh, btw...Lo tau nggak Eva kenapa nggak masuk? Soalnya telpon gue nggak diangkat, gue chat juga dia nggak bales." Tanya Dina saat mereka sedang berjalan di koridor sekolah menuju kantin.

Lea yang mendengar nama Eva disebut, hanya berdecak.

"Nggak tau gue. Gue juga nggak ada kabar." Jawab Lea dengan cuek. Memikirkan soal Eva, entah kenapa membuat Lea merasa kesal tak jelas.

"Tumben-tumbenan loh, Eva nggak ada kabar kayak gini." Jelas Dina semakin penasaran.

" Udahlah... Nggak usah bahas Eva lagi... mungkin dia lagi ke rumah neneknya kali... soalnya gue denger-denger, neneknya lagi sakit." Jelas Lea asal.

Tentu Lea tidak tau Eva kemana dan kenapa. Ia menjawab seperti itu, supaya Dina berhenti membahas soal Eva.

"Oohhh... Kirain kenapa." Dina hanya manggut-manggut. Ia percaya akan hal itu, membuat Lea menghembuskan nafas lega.

"Oh, iya...tadi Lo kenapa? Siapa yang udah buat Lo nangis?" Pertanyaan Dina kali ini, membuat Lea terdiam. Tak tau harus menjawab apa.

Lea yang terdiam, membuat Dina menghela nafas. Pasti karena Deni, pikirnya.

"Deni ngapain lagi? Selingkuh? Kan udah biasa. Cuekin Lo lagi? udah biasa juga. Jadi apa, dong?" Dina semakin penasaran, apalagi melihat Lea yang terus terdiam membuat Dina menebak-nebak tak jelas.

Lea semakin terdiam dalam, wajahnya menunduk. Ia bingung, Apakah ia harus menceritakan tentang hal yang terjadi padanya pagi tadi dengan Dina? Kalaupun ia menceritakan hal tersebut, dugaannya juga belum pasti.

Ditengah kebingungan nya itu, Lea mendengar teriakan keras dari lapangan. Saat ia akan menoleh, tiba-tiba sebuah bola menghantam wajahnya.

Lea tidak sempat menghindar, tubuhnya terhuyung kebelakang. Hal terakhir yang ia dengar, hanya suara Dina yang berteriak memanggil namanya dengan nada khawatir. Lalu yang Lea rasakan tubuhnya melayang,  sebelum semuanya terlihat gelap.

***

"Kakak kalo mau main bola liat-liat dong!! Jangan asal lempar gitu aja!! Sekarang liat jadinya!! untung sahabat saya cuma pingsan. Gimana kalo seandainya hal-hal lain yang tidak diinginkan terjadi?? Memangnya kakak mau tanggung jawab??"

Kalimat Itu adalah hal pertama yang Lea dengar saat ia mulai tersadar dari pingsannya. Lea mencoba membuka matanya. Ia mulai mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya.

"Udahlah...lagian, temen Lo nggak papa kan? Nggak usah mikirin hal yang nggak-nggak deh!"

Melihat sekeliling, Lea menyadari bahwa ia berada di UKS. lalu dilihatnya ada tiga orang di ruangan tersebut, kecuali dirinya. Sepertinya mereka belum menyadari bahwa ia sudah tersadar dari pingsan.

Disebelah kanan brankas, terdapat Dina. yang sedang berdiri berhadapan dengan seorang laki-laki, yang berada disebelah kiri brankas.

Dan yang satunya lagi, seorang laki-laki lainnya, yang sedang berdiri sembari memainkan hpnya. yang Lea tau, teman dari laki-laki yang sedang berhadapan dengan Dina.

"Sshhh... Sakit banget pala gue..." Keluh Lea, sembari memegang kepalanya. ia sengaja membuka suara. Sebab, dilihatnya Dina akan kembali mengomeli laki-laki didepannya. Daripada nanti makin ribut, yakan?

"Le... Lea... Lo udah bangun?" Melihat Lea yang sudah bangun, Dina segera berhamburan memeluk Lea.

"Kamu nenyekkk gue udah bangun atau belum?" Jawab Lea sembari menirukan kata-kata yang sedang viral itu.

"Isshhh... Gue seriuusss..." Dina lalu melepaskan pelukannya, setelah itu ia  mengerucutkan bibirnya. udah dikhawatirin malah jawab gitu, Pikirnya.

"Ya iyalah, gue udah sadar. Pake nanya lagi. Sini bantuin gue duduk!" Ucapan Lea langsung dituruti oleh Dina. 

Setelah membantu Lea duduk, kini mereka berdua melihat kearah dua lelaki lainnya, yang hanya memperhatikan mereka sejak tadi.

Saat melihat kedua perempuan yang ada didepannya melihat kearah mereka, laki-laki yang sempat berdebat dengan Dina itupun berinisiatif membuka suara.

"eh, sebelumnya... kenalin gue Adi Saputra, biasa dipanggil Adi. Dan... Dia sahabat gue, Raksa." Jelas Adi sembari merangkul bahu Raksa. Raksa yang dirangkul, lalu menepis tangan Adi. Adi hanya bisa mengusap tangannya yang ditepis.

Lea dan Dina hanya saling pandang, melihat interaksi kedua orang didepan mereka.

"Oh ya, btw... Kami dari kelas XII MIPA 2. salam kenal yaa..." Lanjut Adi memperkenalkan diri.

"Dan... Gue mau minta maaf soal tadi, sumpah gue nggak sengaja, dan gue nggak ada maksud buat lempar bola itu ke Lo. Sueerrrr." Adi meminta maaf dengan suara cepat sembari membungkuk. lalu diakhiri dengan menunjukkan kedua jarinya, menyakinkan.

Lea dan Dina yang melihat itu hanya terkejut, tak bisa berkata-kata.

                       *************

ALEANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang