Lea tidak tau harus menjawab apa. Lea malah melirik kearah Raksa, dilihatnya laki-laki itu hanya diam didekat Adi.
Dengan kedua tangan yang dimasukkan kesaku celananya, Raksa secara terang-terangan menatap Lea balik.
Lea memalingkan pandangannya, lalu kembali menatap Adi.
"It's oke, kak. Saya nggak papa. Lagian... Kakak juga nggak sengaja. Santai aja... Saya maafin kok." Ucap Lea menatap Adi dengan tersenyum. Menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
"Beneran dimaafin, nih?" Tanya Adi kembali. Pasalnya, kening Lea masih terlihat merah karena bola basket yang tidak sengaja ia lempar mengenai kening Lea.
"Beneran, kak. Sueerrrr..." Jawab Lea kembali, sembari mengikuti cara Adi menunjukkan dua jarinya.
"Ya, udah. Kalo gitu... Kami balik ke kelas dulu ya... kalo misalnya nanti kepala Lo sakit, berarti Lo lagi mikirin gue." Pamit Adi.
"Maksudnya?" Tanya Lea dengan alis yang berkerut.
"Canda... Nggak usah dibawa serius." Adi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menyadari bahwa candaannya yang garing.
Lea hanya menjawab dengan manggut-manggut.
"Ya, udah. Gue balik beneran ya... Tapi beneran loh, kalo kepala Lo ngerasa pusing atau gimana, datengin aja gue kekelas. Biar gue bisa anterin lo ke rumah sakit buat periksa lebih lanjut!" Jelas Adi kembali.
"I...iya, kak." Jawab Lea kesekian kalinya.
"Yok sa, kita balik kekelas!" Ajak Adi kepada raksa.
"Tunggu!" Adi yang sudah melangkahkan kakinya, lalu berhenti. Melihat kearah Raksa yang ternyata melihat kearah Lea.
"Lo, siapa?" Pertanyaan Raksa yang tiba-tiba membuat Lea bingung. Ini yang ditanya siapa? Ia atau Dina, yang memang hanya duduk diam sedari tadi, tumben. Pikir Lea.
"Lo, siapa?" Tanya Raksa kedua kalinya. Lea merasa bahwa yang ditanya Raksa itu adalah dia, karena Raksa melihat kearahnya.
"Gue, kak? Atau, dia?" Tanya Lea balik sembari menunjuk dirinya, lalu menunjuk Dina.
"Lo!" Sertak Raksa.
"Gue, manusia." Jawab Lea dengan watados nya.
Raksa menepuk wajahnya, lalu geleng-geleng kepala. Sepertinya ia harus sabar menghadapi Lea.
Adi mencoba menahan tawanya mendengar jawaban Lea. Begitupun Dina, ni anak bego atau gimana dah, pikirnya.
"Gue tau Lo manusia! Maksud gue... Nama Lo siapa?" Kini Raksa memperjelas pertanyaan nya.
"Oohhh... Nanyain nama, toh..." Dijawab anggukan oleh Raksa. Jelas sekali bahwa ia berusaha tetap terlihat tenang.
"Nama gue aleansa kak, biasa dipanggil Lea." Setelah menjawab pertanyaan tersebut, Lea melihat Raksa hanya mengangguk menanggapi jawabannya.
"Lo kelas berapa?" Raksa sengaja memperjelas pertanyaannya. Ia tidak mau dijawab dengan jawaban yang tidak diharapkan.
"Gue kelas XI IPS 1." Kali ini, Lea menjawab dengan benar.
"Ya, udah."
Setelah itu, Raksa menepuk bahu Adi mengisyaratkan untuk pergi. Adi mengangguk, ia pun hanya mengikuti Raksa dari belakang.
Lea heran, udah gitu aja? Nggak ada yang lain gitu? Herannya.
Lea lalu melihat Dina, heran. Dina juga melihat kearah Lea, sama herannya. Mereka sama-sama melihat kearah pintu, dimana Raksa dan Adi sudah keluar dari UKS.
Baru setelah dirasa Raksa dan Adi sudah jauh dari UKS. Lea kembali melihat kearah Dina, yang sudah berdiri dari duduknya.
"Aaaa..... Sumpah, ini gue mimpi atau gimana, anjir? Itu beneran Raksa kan? Si kakel sejuta umat? Demi apa, anjir." Dina berteriak sembari melompat-lompat. Bertanya apakah yang ia lihat benar-benar seorang Raksa.
Lea hanya geleng-geleng melihat tingkah Dina. Kumat lagi ternyata, pikirnya.
Lea kembali merebahkan badannya, lalu menyelimuti seluruh badannya. Ia tidak mau mendengar teriakan Dina yang kembali kumat tingkahnya.
Lea masih bisa mendengar Dina yang masih berteriak histeris, tidak percaya bahwa ia bisa melihat Raksa dari dekat.
Jujur, Lea juga gugup saat ditanya oleh laki-laki yang dijuluki 'kakel sejuta umat' itu. Tapi untungnya, ia masih bisa bersikap tenang.
Bukan tanpa alasan laki-laki bernama singkat Raksa itu mendapat julukan 'kakel sejuta umat' oleh para fansnya, yang mayoritas adkel semua.
Selain prestasi yang ia miliki, ia juga memiliki wajah dan postur tubuh yang hampir mendekati kata sempurna, dikalangan laki-laki sebayanya.
Bahkan tidak jarang terjadi pertengkaran, entah itu antara dua orang atau sekelompok perempuan. yang bertujuan membuktikan siapa, yang paling mampu mendapatkan hati laki-laki itu.
bukan hanya dari sekolah mereka, melainkan banyak juga yang dari sekolah lain yang tidak jarang membuat kegaduhan, hanya untuk mendapatkan perhatian dari laki-laki sejuta umat itu.
Dan Dina adalah salah satu penggemar berat Raksa. Dapat melihat Raksa secara terang-terangan tanpa memakai masker seperti biasanya, membuat Dina ingin pingsan rasanya.
Tapi sayangnya, sampai saat ini belum ada yang bisa meluluhkan hati laki-laki sejuta umat itu.
Lea tahu hal-hal tentang Raksa yaitu dari Dina sendiri. Lea masih heran, kenapa bagitu banyak perempuan yang mengagumi sosok Raksa. Sampai dijuluki sebagai 'kakel sejuta umat' oleh para adkel.
Karena menurut Lea, Raksa tak lebih dari laki-laki yang selalu memakai masker, dengan wajah tampan rupawan, dan mempunyai nama hanya satu kata. Selebihnya, tidak ada yang menarik menurut Lea.
Bagi Lea, Deni malah lebih segalanya dibandingkan dengan Raksa. Walaupun Lea sadar bahwa Raksa memang sedikit lebih tampan dari Deni.
Dina yang masih misuh-misuh tak jelas, membuat Lea yang berada didalam selimut hanya memutar bola matanya.
Lalu Lea memilih memejamkan matanya untuk menelusuri mimpi, daripada harus mendengarkan Dina yang tidak ada habisnya.
**************
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEANSA
Teen FictionDikarenakan putus cinta karena dikhianati oleh pacar dan sang sahabat, membuat aleansa bertekad ingin membuat sang pacar alias mantan pacarnya menyesal telah meninggalkannya dan lebih memilih sahabat nya. Bermodalkan tekad tersebut, membuat gadis ya...