Filosofi Petak Umpet / Jilumpet(Joko Suprianto)

2 1 0
                                    

Waktu itu tampaklah sinar mentari yang menemani anak-anak kecil itu. Semilir angin yang menggiurkan. Burung bernyanyi dengan kicauan yang merdu. Teriakan anak kecil yang lucu. Dan mainan yang unik. Kini yang sudah ditinggalkan banyak anak kecil. Berlari kesana-kemari. Hitungan waktu itu dari salah satu anak yang bertugas menjaga arenanya. Rasanya semua orang memang pernah memainkan permainan seru ini. Permainan yang mengharuskan kita bersembunyi dari penglihatan teman yang sedang 'Jaga' hingga pada saatnya kita ditemukan hingga yang jaga berteriak "Hong!" sambil disebut namanya. Maka yang ketahuan dari tempat persembunyiannya tidak dapat pergi kemana-mana, harus berdekatan terus dengan orang yang menemukannya sembari melihat permainan yang masih berlangsung hingga kumpul semua. Inilah permainan era tahun 1990an ke bawah. Permainan sederhana namun ada makna tersirat dalam permainan ini.

Sebelumnya mereka bergandengan tangan sambil mengucapkan, "Hum pimpah aliho gambreng, cap cip cup siapa yang menang," teriak anak-anak kecil itu. Mereka pun saling menatap penuh kebersamaan. Akhirnya salah satu anak itu kalah dan harus jadi penjaga.

"Ayo, ayo sembunyi di tempat aman biar tidak ketahuan!"

Ketika itu Rohanilah yang menjadi penjaga pertama. Dengan nada indah hitungan pun dia mulai. "Saya hitung 1 hingga 10 ya teman-teman!" Dengan mata tertutup ia mulai menghitung, "Satu, dua, tiga ...." Hitungan pun akhirnya berakhir dann tibalah waktunya Rohani untuk mencari teman-temannya yang bersembunyi. "Dimana kalian? Hayo keluarlah!" Dia pun tetap berkeliling arena yang mungkin menjadi tempat untuk sembunyi. Setelah beberapa tempat dikunjungi, belum ada yang berhasil dia temui.

Dari kejauhan, ada anak yang mengamati bahwa keadaan sudah aman. "Alhamdulillah aman, penjaga sudah jauh, saatnya kita beraksi!" ungkap Joko. Ia berlari kencang ibarat sedang lari sprint. Setelah sampai pos penjagaan ia pun berteriak, 'Jilumpet' yang tandanya sudah berhasil.

Petak umpet merupakan permainan tradisional yang legendaris memiliki nilai kebersamaan, kecepatan, ketepatan, dan keamanan. Permainan ini juga merupakan permainan yang mengasyikkan dan menyenangkan. Akhirnya salah satu dari anak-anak itu pun ada yang ketahuan. Dia pun harus berganti sebagai penjaga.

"Duh, aku jadi penjaganya nih!" keluh Lutfan. "Ayo aku hitung sampai 1- 10 ya!" Dengan curangnya dia mengitip tempat persembunyian dua orang anak. "Lha aku tahu ini, di mana mereka bersembunyi," ucap Lutfan. Lutfan pun melangkahkan kaki secara pelan-pelan agar tidak diketahui mereka. Ternyata ada yang bersembunyi di dalam rumahnya Rohani. Namun setelah dikagetkan, dengan suara merdu Lutfan mengatakan, 'Jilumpet'. Setiap anak akan menggapai keberhasilan dalam mencapai sebuah tujuan menyentuh tiang atau gawang untuk katakan "Jelung".

Suara gerumuh dihiasi awan dan matahari tersenyum menghiasi siang itu. Burung berkicau indah dan merdu. Mereka melanjutkan permainan. Permainan dimulai lagi dan kali ini yang jadi penjaganya adalah Rika, gadis kecil yang jahil dan lucu. Suaranya mulai mengucapkan, "Satu, dua, tiga ...." Dengan menempelkan kepala pada kayu warna biru itu. Joko, Rohani, Lutfan, Alvin, Siti, Adit dan Ria, berlari mencari tempat persembunyiannya.

Kawan bermain petak umpet di sini ibarat bisu dan diharamkan untuk berbicara. Sebab jika berbicara, Rika akan tahu kita bersembunyi di balik kolong rumah yang sepi ini. Ternyata malah Rohani mengeluarkan suara pelan, ada baunya namun tidak ada rasanya dan tidak berwujud. Suara menggema membuat kita tidak bisa menahannya. Suara angin bergemuruh, "Tut ... Tut ... Preeettt." Ketika suara itu keluar, Lutfan, Ria dan Adit yang bersama Rohani pun, tertawa dan terdengarlah oleh Rika. Akhirnya mereka ketahuan. Ini disebabkan ulah Rohani yang membuat kita jadi ketahuan, gerutu Ria.

"Maaf, ya teman-teman kita jadi ketahuan, "ungkap Rohani dengan nada memelas.

Walaupun ketahuan mereka berusaha berlari ibarat balap lari sprint. Siapa yang mendahului menyentuh benteng dia akan lolos. Namun ada Alvin menerobos dari balik papan belakang antara celah-celah pohon pisang yang rimbun. Setelah itu di susul oleh Siti dan Adit menyambut dari kejauhan dari halaman rumah mereka berlari sekencang-kencangnya ibarat di kejar hantu. Mereka pun tiba dengan ngos-ngosan. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak.

"Ini tinggal Joko!" ucap Rika.

Akhirnya mereka semua beramai-ramai mencari. Sudah lama mencari, namun belum ketemu juga. Mereka berteriak sembari memanggil, "Joko, Joko, Joko ...." Setelah lama mencari, mereka bergegas masuk dirumah. Ternyata ada ibunya Rohani sedang memasak,

"Bu lihat Joko sembunyi disini tidak?"

"Kurang tahu. Coba cari di sana!" jawab Ibunya Rohani.

Setelah mencari-cari Adit melihat kain biru di bawah kolong tempat tidur. Suaranya meringis tertawa terbahak-bahak, "Ha, ha, ha ...." Aduh, duh ternyata Joko ketiduran. Dia pun memanggil teman-temannya.

"Hai teman-teman lihat ke sini! Joko sudah ditemukan. Ternyata dia tertidur disini."

***

Sore sudah mulai tenggelam dan senja nampak berwarna menguning. Suara kumbang mulai bersahutan. Waktu bermain sudah berakhir. Mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing. Susah senang canda dan tawa terukir dalam permainan ini. Indah pada waktunya saat itu bersama teman-teman menjalin sebuah persahabatan.

Persahabatan akan menumbuhkan rasa cinta. Masa lalu terbingkai dalam kenangan dan memori cerita penuh makna. Cinta akan tumbuh dalam rasa kenyamanan, keikhlasan dan kebersamaan. Cintaku bagaikan petak umpet tersembunyi saat dibutuhkan. Siapa yang sangka kalau permainan ini hanyalah simbol mengenai kehidupan di dunia dan setelah kematian. Orang-orang yang sedang bermain bisa direpresentasikan dengan orang yang hidup di dunia. Saat mereka ditemukan, itu tandanya mereka sudah dipanggil oleh Tuhan untuk berpulang. Hingga sebelum semuanya dipanggil Tuhan, mereka menyaksikan kehidupan di dunia. Inilah filosofi petak umpet. Disini pun terkandung masa yang indah dalam melatih untuk menggapai berhasilan, belajar menghitung, ketangkasan, ketanggapan, keberanian, kedisiplinan dan belajar kejujuran.

Kelihatan jadul dan legendaris namun terdapat makna yang tersirat dalam permainan sederhana ini. Saat mereka mengingat masa lalu cendrung ke cita-cita maupun cinta. Aku pun memilih masa lalu yang kelam. Budayakan mainan tradisional untuk adik, mungkin anak kita nanti. Sebagai melatih dalam kehidupan ini.

JOKO SUPRIANTO

Assalamualaikum Wr Wb. Halo guys!

Perkenalkan saya Joko Suprianto, sering disapa Joko. Saya tinggal di Salatiga, Jawa Tengah. Lahir di Kab. Semarang, Jawa Tengah pada 13 Januari 1993. Saya memiliki hobi yang sering berubah-ubah. Terkadang punya hobi membaca, menulis itu pun kalau baru mood. Cita-cita saya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Saat ini sedang menempuh studi di IAIN Salatiga, jurusan PGMI. Prestasi belum ada tetapi sering ikut lomba menulis cerpen, puisi, essay, dan lain-lain.

Medsos fc: Joko Sujprianto (085701509050), email: supriantojoko600@gmail.com. Pengalaman organisasi langsung terjun ke masyarakat. Motto:" Man Jadda Wajada, Man Shobaro Zhafira, Man Yazro Yahsud. Salam Sukses!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kunang-Kunang di Balik RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang