Bagian 11

208 15 4
                                    

Hallo semua👋 bear kembali lagi

Jangan lupa vote ⭐ dan komennya 💬

Happy reading

...

Di pagi hari ini Nisa sedang berkutat di dapur untuk memasak makanan kesukaan sang suami.

Tak hanya Nisa saja yang sibuk di dapur. Namun, Bian pun juga sibuk mencuci mobil kesayangannya.

Setelah selesai mencuci mobilnya, Bian istirahat di teras menikmati suasana pagi hari. Tak berselang lama Nisa datang dari dalam rumah.

"Pak, ayo sarapan" ajak Nisa.

Bian yang semula sedang memandangi luar pagar pun mendongak untuk melihat Nisa yang berdiri di sampingnya.

"Duduk" perintah Bian.

Nisa yang bingung hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Duduk dulu, saya mau bicara sama kamu" ucap Bian memperjelas.

Nisa duduk di samping kanan Bian. Setelah Nisa duduk Bian terdiam sebentar.

"Kita ini dua insan yang ditakdirkan untuk saling mengenal di dalam ikatan pernikahan. Kita seolah-olah di paksa untuk saling mengenal sifat dan sikap"

Bian merubah duduknya menghadap Nisa. "Mau kan kamu membuka lembaran baru bersamaku? Membuat keluarga yang harmonis"

"Iya, aku mau membuka lembaran baru bersama mas Bian" cicit Nisa di akhir kalimat.

Bian yang mendengar ucapan Nisa langsung memeluk Nisa dengan perasaan bahagia. Sedangkan, Nisa yang di peluk Bian merasa jantungnya akan copot.

"Kok jantung ku berdetak cepat. Jangan-jangan aku punya riwayat jantung" batin Nisa.

"Terimakasih kamu sudah mau membuka lembaran baru denganku"

Setelah berpelukan lama, Bian melepaskan pelukannya untuk menatap wajah istrinya yang terlihat teduh.

"Pak" panggil Nisa gugup.

"Aku ini suami kamu bukan bapakmu"

"Pak Bian kan emang suami aku"

"Kalo aku suami kamu, kamu gak bakal manggil aku bapak" kesal Bian.

"Terus mau di panggil apa?"

"Terserah kamu mau manggil apa yang penting bukan pak" Bian memalingkan wajahnya.

"Mas Bian" panggil Nisa.

Badan Bian menegang. Merasa ada sesuatu yang berdesir mengalir di tubuhnya.

Bian menoleh menatap Nisa "coba ulang ucapan kamu"

"Mas Bian" ulang Nisa.

Bian langsung memeluk Nisa erat sampai-sampai Nisa merasa sesak.

"Mas, lepas ini sesak" Bian langsung melepaskan pelukannya ketika Nisa mengatakan sesak.

"Maaf, tadi mas pelukannya kekencangan ya"

AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang