Hai gimana nih kabarnya?
Jangan lupa jaga kesehatan ya kalian semua
Happy reading
...
Pagi ini Nisa sudah disibukkan dengan peralatan dapur. Ia harus menyiapkan sarapan untuk Bian yang akan berangkat kerja dan juga adek-adeknya.
"Sayang" Bian memeluk Nisa yang sedang memasak dari belakang.
"Mas, lepas ih susah ini masaknya" Nisa berusaha melepas tangan Bian yang melilit badannya. Namun bukannya lepas pelukannya bertambah erat.
"Mas" panggi Nisa yang hanya di jawab deheman oleh Bian.
"Cepetan mandi mas, nanti kamu telat masuk kantor. Ini hari pertama kamu masuk kantor setelah libur, gak boleh males malesan" omel Nisa.
Bian yang gemas melihat Nisa mengomel pun dengan cepat mencium pipi Nisa lalu lari pergi kekamar tanpa meninggalkan satu katapun.
"Mas Bian" teriak Nisa kaget dengan apa yang dilakukan oleh Bian.
Nisa tidak menyangka Bian akan mencium pipinya. Dan sekarang pipinya terasa hangat, mungkin sekarang pipinya sudah memerah.
"Pipi kakak kenapa merah gini" Naya kaget melihat pipi Nisa yang memerah.
"Eh tadi itu mungkin karena dingin" gugup Nisa.
Naya bingung dengan jawaban kakaknya. Pagi ini matahari terlihat cerah yang membuat pagi ini sudah terasa panas. Namun kakaknya bilang pipinya merah karena dingin, itu tidak mungkin sekali.
"Kakak aneh ih, pagi ini aja terasa panas masa kakak kedinginan"
"Arsen mana" tanya Nisa.
"Oh Arsen tadi ikut kak Bian"
"Yaudah kamu sarapan dulu biar gak telat, kakak mau lihat Arsen" Nisa menyiapkan sarapan untuk Naya terlebih dahulu.
Nisa menuju kamar untuk melihat Arsen dan Bian. Sesampainya dikamar, terdengar gemericik air dari kamar mandi. Sambil menunggu Bian dan Arsen selesai mandi, Nisa menyiapkan pakaian untuk mereka berdua.
Sudah sepuluh menit Nisa menunggu Bian dan Arsen, tetapi kedua lelaki yang di tunggu tidak kunjung selesai. Terlebih lagi terdengar suara ketawa Arsen.
"Pasti mainan nih" Nisa beranjak dari duduknya.
"Mas, mandinya cepetan nanti kamu telat" teriak Nisa.
"Iya" jawab Bian.
Nisa duduk kembali di kasur. Namun tak lama dari itu ketukan pintu kamar terdengar, membuat ia beranjak dari kasur lagi untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka, ternyata Naya yang mengetuk pintu.
"Kak, aku berangkat dulu ya" Naya mencium tangan Nisa.
"Belajar yang bener, hati-hati di jalan" pesan Nisa.
"Siap kak, assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Nisa melihat punggung Naya yang menggendong tas berwarna hitam hingga punggung itu mengecil dan tidak terlihat lagi. Nisa masuk kembali kedalam kamar dan bertepatan dengan Bian yang keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annisa
Novela Juvenil⚠️ follow dulu sebelum baca⚠️ ___________________________________________ Annisa Syakayla Rafifa seorang gadis yatim piatu yang hidup bersama kedua adiknya. Gadis yang terbiasa hidup sederhana sejak orang tuanya meninggal, Annisa yang setiap harinya...