51

1.7K 248 46
                                    

// Nggak rugi sih baca part di KK. Ya, kan? //


Ada voucher buat 5 orang yang belum baca "hidden part 10" di Karyakarsa

Syarat: SS salah satu bab Enchanted dan post di ig story, jangan lupa tag @rah.id

Ditunggu yaaa



________



Rasanya seperti baru kemarin bibir Demas mendarat di bibirku yang masih haus kecupannya. Eeerrr...

Tapi ternyata sudah dua minggu berlalu sejak kejadian itu. Aku belum lupa sengatan listrik yang diberikan oleh Demas, rasanya ingin lagi, tapi tidak semudah itu terwujud. Setelah tiga bulan bersama, baru kali itu dia mencium bibirku, itu pun sangat singkat tapi ... manis dan berkesan.

Tuh, kan, jadi kepikiran lagi. Ini semua gara-gara dia juga sih, ternyata malam itu aku sampai nggak bisa tidur karena bibirku baru diciumnya. Lebay, kan? Tapi memang sespesial itu. Kehadiran Demas dalam hidupku pun sangat berarti, aku tak mau menghabiskan waktuku dengan laki-laki lain selain dia.

Akhirnya dia datang juga setelah kutunggu sekian menit di teras rumah. Saat motornya berhenti di depan gerbang, aku buru-buru menghampirinya sebelum Papa keluar rumah. Sampai saat ini aku belum siap mempertemukan dua orang itu.

Demas sempat membuka helm-nya meski dia melihatku berjalan cepat. "Aku nggak izin Mama kamu dulu ya?" tanyanya sopan.

"Nggak perlu. Aku sudah izin barusan." Aku memang izin pada Mama, tapi tidak jujur pada Papa kalau Demas akan menjemputku. "Yuk!" ajakku segera, aku sudah mengenakan helmku sendiri karena tidak mau merepotkannya.

Demas bersiap memakai helmnya. Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang berbeda dari penampilannya kali ini.

"Kamu ... kok lebih ganteng, Beb?" tanyaku dengan cengiran lebar.

Duh, kenapa sih dia datang dengan tampilan baru begini? Membuat mataku ingin melihat dia terus. Dia baru potong rambut, rambutnya jadi semakin rapi dengan bagian atas tebal dan sedikit panjang, di sisir ke belakang, benar-benar ganteng!

Dipuji begitu, Demas hanya mengangkat bahu, sok cool.

Aku segera naik ke boncengan motor Ninja yang tinggi. Demi jalan berdua dengan Demas aku rela berjam-jam pakai motor ini. Kulingkarkan tanganku ke perutnya yang rata, motor pun segera melaju ke jalanan kompleks, keluar gang dan menyalip beberapa kendaraan di jalan besar.

Demas membawaku ke kafe di rooftop, tempatnya asyik, lumayan romantis kalau buat pasangan seperti kami, dan pemandangannya indah sekali. Dari atas gedung aku bisa melihat jalanan kota Jakarta, pijar-pijar lampu yang cantik dan menawan, perkantoran di sisi kanan, gedung-gedung pencakar langit lainnya di sisi kiri.

Tumben sekali dia memilih tempat seperti ini, aku mendadak deg-degan. Takut suasana di kafe ini memancing Demas untuk melamarku. Dan ternyata apa yang sejak tadi kupikirkan tidak meleset sama sekali, Demas mengajakku ke sini memang untuk bicara serius.

Aku nyaris jantungan ketika tatapannya tampak berbeda. "Please banget jangan bikin aku sesak napas. Ini cincin buat apa? Ngelamar? Serius kamu lamar aku? Aku kan sudah bilang, aku nggak mau buru-buru, Mas." Aku mendorong kotak merah di meja, menggeleng berat. Rasanya baru kemarin kami jalan berdua, senang-senang bersama.

Demas mendorong kotak merah ke depanku. "Lamar sekarang kan nggak harus nikah besok. Bulan depan juga bisa," balasnya enteng.

Aku menatapnya tidak percaya. "Are you kidding me?"

ENCHANTED | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang