O8

47 7 2
                                    

Soobin menerbitkan senyumnya.

“Kai! Bentar lagi kita bisa keluar! Liat tuh, jalannya ditandai!”

Namun hening tidak ada balasan. Soobin pun reflek menghentikan jalannya karena tidak ada sahutan dari Hueningkai.

“Kai, jangan bercanda.”

Namun tangan yang melingkar di lehernya itu kemudian jatuh yang menandakan Hueningkai tidak sadarkan diri.

Soobin pun menurunkan Hueningkai dan yang ia dapati adalah tubuh yang sudah dingin dan pucat.

Ya, Hueningkai sudah tiada.

Soobin menangis, ia tak bisa menahannya lagi. Ia tahu hal ini akan terjadi, namun dia belum siap.

“Kai, kita udah deket loh. Masa lo nyerah secepet ini?” Ia mengusap wajah Hueningkai yang pucat pasi. Walaupun pucat, ia masih terlihat sempurna dengan ukiran wajah itu.

“Makasih ya Kai, udah temenin gue.”

Sekarang Hueningkai tidak harus menahan sakit lagi. Ia sudah sembuh dan bisa berkumpul dengan teman-temannya yang lain.

“Sekarang gue sendirian.”

Dengan perasaan campur aduk, Soobin melangkahkan kakinya menuju jalan yang sebelumnya ia dan teman-temannya lewati. Sedikit lagi ia bisa bernafas dengan bebas.

“Gue janji akan dateng ke sini lagi sambil bawa orang-orang buat evakuasi kalian.”































5 Hari Kemudian

“Woi Bin, darimana aja lo anjir? Kok babak belur gitu?”

Soobin menatap teman-temannya itu dengan pandangan sayu. Tidak berniat membalas, ia sangat malas untuk berbicara saat ini.

“Itu tangan lo kenapa lagi?”

Soobin menatap tangannya yang dibalut perban, ia mendapat 10 jahitan. Lukanya belum juga kering hingga saat ini. Ia hanya menghela napas.

Mata Soobin pun kemudian tertuju pada seorang lelaki yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ia kemudian berlari menghampiri orang tersebut.

“Bang Dino!”

Yang Namanya Dio tadi pun mengernyitkan alisnya bingung. “Kenapa?”

“Bang Yeonjun udah nggak ada bang. Dia hanyut di sungai.”

Dino mengernyit bingung.

“Yeonjun siapa?”























Soobin tidak menyangka bahwa orang-orang melupakan keempat temannya.

“Mustahil!”

Ia kemudian berjalan menuju rumah Hueningkai untuk menemui keluarganya. Bagaimana pun, Hueningkai adalah orang menemaninya hingga sampai pada jalan keluar yang ia cari.

Tok tok tok!

“Permisii.”

Cklek!

“Ya? Cari siapa?”

Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dan menatap Soobin dengan bingung.

Soobin pun menunduk dan tersenyum, “Halo tante. Saya Soobin temannya Hueningkai.”

“Hueningkai siapa ya? Salah alamat ya mas?” Wanita itu bingung namun masih bisa menjawab dengan halus disertai senyuman tipis.

Soobin terperangah tak percaya. “Hueningkai, tante. Kai Kamal Huening, anak tante.” Ucap Soobin sambil berusaha meyakinkan ibu Huening tersebut.

“Maaf ya, mas. Tapi anak saya cuma dua gadis semua. Nggak ada yang Namanya Kai Kamal Huening di sini.”

Soobin hanya bisa berdiri dan terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.

Ia tidak habis pikir, kenapa semua orang mendadak melupakan teman-temannya yang sudah tiada ini.


























Soobin membuka laptopnya dan berusaha mencari tahu tentang gunung wari-wari itu.

GUNUNG WARI-WARI— GUNUNG YANG DIKUTUK

MENGENAL GUNUNG WARI-WARI ; GUNUNG YANG MEMAKAN BANYAK KORBAN JIWA

BEGINI LAH KESAKSIAN ORANG YANG SELAMAT DARI GUNUNG WARI-WARI : “Orang-Orang Seperti Hilang Ingatan!”

Blog terakhir mencuri perhatiannya, ia kemudian membaca berita itu dengan seksama.

“Namanya adalah Moon Taeil, sebelumnya ia dan ke enam teman-temannya ingin berlibur dengan hiking di gunung. Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan pendakian di gunung wari-wari.”

Ia jadi teringat teman-temannya. Orang-orang yang penting di kehidupannya, yang selalu menemani dirinya, yang selalu menghibur dirinya. Walaupun menyebalkan, tapi mereka lah yang membuat hari-hari Soobin semakin terasa berharga.

“Namun rencana liburan itu tidak berjalan dengan baik sebab kesialan mulai menimpa mereka saat salah satu temannya mengajak mereka untuk keluar dari jalur.”

Seperti dirinya.

Ia meremat kedua tangannya kuat. Rasa penyesalan kembali memenuhi benaknya.

“Akhirnya, satu-satu dari mereka mendapat kesialan. Hanya Taeil saja yang berhasil menyelamatkan diri dan keluar dari sana. Dan anehnya, orang-orang tidak tahu siapa teman-temannya. Orang terdekat sekalipun. Maka sudah diputuskan bahwa siapapun yang tidak selamat dari sana tidak akan diingat untuk selama-lamanya.”

Soobin terkesiap membaca berita tersebut. Itulah sebabnya semua orang tidak ingat dengan ke empat temannya. Keluarganya sekalipun.

Ia lalu menatap foto yang terpajang di atas mejanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan memerah.

"Maaf udah bikin kalian dilupain."





































"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cursed Place | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang