O5

45 8 5
                                    

Mereka kini sudah menemukan tempat yang cocok untuk membangun tenda. Sementara Yeonjun dan Taehyun membangun tempat tidur mereka, Soobin dan Hueningkai berusaha untuk membuat api unggun untuk mengeringkan badan mereka.

“Hufftt dingin banget.” Hueningkai mengusap kedua tangannya diatas api yang menyala.

“Lo bawa jaket tambahan kan? Dipake sana.” Suruh Soobin saat melihat badan Hueningkai menggigil.

Hueningkai mengangguk dan segera mengambil jaket yang dimaksud.

Di dalam tenda, Taehyun membongkar isi tas yang ia bawa. Ia bermaksud untuk meninggalkan barang yang sekiranya hanya memberatkan saja. “Udah kayak bawa beban bumi.”

Satu barang yang membuat atensi Taehyun teralihkan. Buku pemberian ibu resepsionis kemarin. Ia lupa membaca buku itu. Karena ada kesempatan, ia memutuskan untuk membaca sedikit dari buku itu.

“Gunung wari-wari adalah gunung yang masih alami dan tidak terjamah tangan manusia. Bukan karena dilindungi, melainkan karena sebuah mitos yang melekat dari gunung itu. Banyak dari orang-orang percaya bahwa gunung itu dikutuk.”

Taehyun menghentikan bacaannya saat melihat yeonjun masuk ke dalam tenda. “Enakan mie goreng apa kuah menurut lo.”

“Enakan semua bang, yang penting masih bisa makan aja udah bagus.”

Yeonjun mengangguk kemudian mengambil mie goreng. “Gue bikinin mie goreng kuah.”

Saat Yeonjun sudah keluar, Taehyun melanjutkan kegiatan membacanya. “Banyak orang yang datang kesana yang kemudian menghilang tanpa jejak, bahkan tim sar sekalipun. Maka, setiap orang yang datang, tidak diperkenankan untuk menjelajah gunung itu sampai keluar dari jalur yang telah ditentukan.” Taehyun benar-benar menyesal, kenapa ia tidak membaca buku ini terlebih dahulu.

“Banyak orang juga menyebut gunung wari-wari adalah gunung gantung. Karena para pendaki kerap menemukan mayat orang yang gantung diri di atas pohon. Namun, itu semua tak menyurutkan para pendatang untuk mengunjungi gunung wari-wari.”

“Ada satu mitos lagi yang membuat warga asli enggan memasuki gunung itu—

“Tae, mie nya udah mateng.”

Taehyun terperanjat karena suara Hueningkai yang tiba-tiba terdengar mengagetkannya. Apalagi kepalanya hanya nongol di balik tenda.

“Iya, Kai.” Taehyun segera menutup buku itu dan memasukkannya kedalam tas. Kemudian ia keluar dari tenda disambut aroma wangi dari mie kuah yang dibuat oleh Yeonjun.




















“Widih enak banget.” Ucap Taehyun sambil duduk di sebelah Hueningkai.

“Anjir kurang asin.” Komplain Soobin setelah mencicipi mie itu.

“Yaelah timbang makan apa susahnya. Liat sikon juga dong, kita ini di hutan mana bawa garem tambahan.”

“Yakan cuma bilang.” Ucap Soobin pelan, kapok dimarahi Yeonjun terus-terusan.

Tidak mengelak bahwa mereka saat ini sangat lapar. Mie goreng kuah yang kurang bumbu pun terasa nikmat. Seperti kata Taehyun, mereka masih bisa makan pun itu sudah bagus.



















Kini keempat orang itu saling berjejer rapi menghadap ke langit-langit tenda. Bersiap untuk tidur.

"Kangen bang Beomgyu..."

Mereka semakin terdiam karena mendengar perkataan Hueningkai.

Mereka juga rindu.

Diam-diam Soobin yang berada paling ujung mengelap air matanya. Dia merasa sangat bersalah atas kejadian yang menimpa mereka.

Banyak andai-andai yang dia ucapkan dalam hati.

Andai dia tidak membawa mereka kesini,

Andai dia tidak mengajak mereka untuk pergi ke air terjun,

Dan andai-andai lainnya.

Banyak tempat berlibur yang lebih asik tapi kenapa ia harus mengajak mereka kesini? Soobin bodoh.

"Kita jalani ini bareng-bareng ya? Kita harus kuat. Kita harus bisa keluar dari sini." Ucap Yeonjun kemudian.

Soobin menerbitkan senyumnya saat mendengar perkataan Yeonjun. Anak itu ambisinya kuat sekali, baguslah.

"Pasti itu bang."

Cursed Place | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang