O7

53 6 1
                                    

“Bang Yeonjun?! BANG! NGAPAIN DISITU BANG?!”

Tak jauh dari tempat mereka tadi, ternyata Yeonjun berada di sungai. Sedang terduduk di atas batu. Ia terkejut saat mereka datang menghampiri mereka.

“Kaki gue kekilir!” Teriaknya sambil menunjuk kaki kanannya yang terbalut perban. "Gue mau pipis malah jatoh!"

Mereka bertiga menatap Yeonjun dengan pandangan khawatir. Air sungainya mulai berwarna coklat.

Atensi Yeonjun pun tertuju pada orang yang berada di balik punggung Soobin.

“HOI! ITU NINGKAI KENAPA?!”

“Kegigit ular!”

Yeonjun terkejut dan segera berdiri walaupun kesulitan. “INI! AMBIL P3K NYA!”

Yeonjun melempar kotak itu dan berhasil mendarat di hadapan Taehyun.

“Bang! Sekarang lo yang naik ke sini!” Teriak Soobin saat air sungai itu mendadak jadi deras. Volume air itu bertambah seperti hendak air.

Prediksi Taehyun, sungai itu akan meluap karena hujan kemarin cukup deras. Kemungkinan Yeonjun akan sulit untuk berada di pinggiran karena ia sekarang berada di tengah-tengah sungai.

“CEPET GOBLOK!”

Yeonjun hanya menggeleng dengan tatapan sayu. Dengan sedikit senyuman di wajahnya, ia berucap, “Gue nggak bisa! Kaki gue susah buat jalan! Satu hal yang gue mau bilang, gue sayang sama kalian! Gue udah anggap kalian kayak saudara gue sendiri. Sorry kalo gue suka bikin kalian nggak nyaman, semoga kalian bisa ketemu jalan keluarnya!”

Hueningkai yang mendengar perkataan Yeonjun itu segera menggeleng pelan. Ia menenggelamkan wajahnya di balik punggung Soobin, menangis dengan rasa sakit yang semakin terasa di lubuk hatinya.

Sakit sekali mendengar perkataan putus asa Yeonjun, padahal anak itu selalu penuh ambisi.

“NGGAK ANJING! LO BALIK ATAU GUE PUKULIN SAMPE MAMPUS!”

Soobin sangat ingin menyelamatkan Yeonjun, tapi ia sendiri tidak bisa berenang.

“BANG YEONJUN!!!”

Taehyun segera melepaskan segala atribut yang ia kenakan setelah melihat Yeonjun menceburkan dirinya, “Bang, Ning, gue bakal turun buat nyelametin bang Yeonjun. Kalo gue nggak balik dalam satu jam…”

Ia menatap mata Soobin.

“…kalian bisa pergi dari sini.”

“Tae jangan Tae!”

Soobin hendak menahan tangan Taehyun namun anak itu sudah terjun bebas di air yang kini mengalir deras.

“Taehyun…”

Soobin menurunkan Hueningkai dari punggungnya. Badan anak itu semakin terasa dingin.

Hueningkai menangis keras karena kejadian ini terjadi secara tiba-tiba. Soobin yang melihat Hueningkai menangis pun ikut menangis. Hatinya terasa seperti di iris-iris saat ia menyadari bahwa kini mereka hanya tinggal berdua. Ia merasa gagal untuk melindungi teman-temannya.

Soobin segera mendekap Hueningkai. Satu-satunya orang yang berada di sisinya. Prioritas yang harus ia lindungi.

“Kai, maafin gue.”
























Soobin menghembuskan nafasnya pelan. Dilihatnya air sungai itu yang tak kunjung surut dan hari yang kian gelap semakin meyakinkan dirinya bahwa Yeonjun dan Taehyun tidak akan datang menghampirinya.

“Taehyun, bang Yeonjun, gue bangga punya kalian. Dan gue janji nggak akan kecewain kalian.”

Ia kemudian melihat Hueningkai yang terlihat lemas dan sayu.

“Jangan merem.” Ucapnya sambil mengemas kotak p3k, satu-satunya barang yang akan ia bawa.

Kemudian Soobin mulai menggendong Hueningkai. “Gue ngantuk bang.” Ucapnya dengan lemas.

Dan Soobin tahu apa yang Hueningkai maksud. Hatinya terasa sesak. Tangan Hueningkai terasa dingin sekalipun sudah dilapisi pakaian yang tebal.

“Please Kai, bertahan. Demi gue dan yang lain.”

Dengan wajah pucatnya, Hueningkai tersenyum. Ia ingin sekali menemani kakaknya ini sampai bertemu ujung jalan keluar. Namun nasib mungkin tidak berpihak padanya. Dan ia menyadari bahwa dirinya tidak akan terselamatkan karena sekarang bekas gigitan itu membengkak dan biru.

“Kalaupun gue pergi, lo pasti bisa jalan sendirian kan? Gue cuma beban lo.”

Soobin menggeleng, air matanya sudah mengalir dari pelupuk matanya. “Nggak Kai, gue rela bawa lo kemanapun asal lo selamat. Please…”

Hueningkai mulai menggeleng pelan. Ia sudah kehabisan daya hanya untuk mengeluarkan suara. Matanya semakin lama semakin berat.

“Hmmm, kayaknya gue bakal mimpi indah.”

“Kai, jangan tidur!” Soobin mengguncang-guncangkan badannya. Hueningkai hanya bisa terkekeh.

“Bang, gue ada tebak-tebakan.”

Soobin mengernyit bingung, disaat keadaan semakin memburuk, Hueningkai masih saja inging bermain.

“Apa tuh?”

“Apa yang lemah terus nyusahin?”

“Apa?”

“Gue hehehe.”

“Nggak lucu, nggak usah bikin lawakan lagi.” Ucap Soobin sambil memperbaiki gendongannya.

“Maaf ya bang.”

“Sssttt.”

Cursed Place | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang