O4

137 19 1
                                        

“Bang, kok nggak sampe-sampe sih? Udah satu jam kita jalan.” Ucap Beomgyu sambil menggaruk pipinya yang disinggahi nyamuk.

Hueningkai berhenti sejenak untuk mengambil minum dari dalam tasnya. “Iya bang, takutnya kalo kita nyasar.” Ucapnya dengan nada khawatir.

“Kayaknya bentar lagi sampe.”

Yeonjun menendang sebuah patahan kayu dengan keras. “Dari tadi lo tetep bilang gitu Bin, kenapa lo nggak bilang aja kalo kita udah tersesat!”

Taehyun menghampiri Yeonjun dan menenangkannya. “Sabar bang, kita cari jalan keluar bareng-bareng.”

“Bener kata Taehyun, harusnya kita dengerin kata-kata ibu penginapan itu daripada nurutin omongan orang yang nggak bisa dipegang.” Lanjut Yeonjun sambil mengepalkan tangannya.

“Bang udah bang.” Taehyun mengusap punggung Yeonjun berharap kemarahan anggota tertuanya itu segera mereda.

Sementara Soobin celingukan dengan wajah bingungnya. Ia pun sama lelahnya, kalau jadi begini mana mau Soobin mengajak mereka tadi kan? Ia juga tidak mau.

“Kita emang udah tersesat bang, gue lihat pohon itu udah dua kali.” Tunjuk Beomgyu pada pohon pinus kembar.

Yeonjun menatap ke langit, “Mendung nih, mending kita cari daerah datar. Kita istirahat dan bikin tenda disana.”

Mereka mengangguk dan mulai berjalan mengikuti langkah Yeonjun.

Tak berselang lama, hujan mengguyur mereka dengan derasnya. Padahal mereka belum menemukan tempat untuk berteduh.

Pandangan mereka mulai mengabur karena tertutup oleh air hujan. Soobin yang berada di baris paling belakang menghentikan langkahnya.

“Guys kalian denger sesuatu nggak?”

Mereka semua berhenti dan mencoba mendengar sesuatu yang dimaksud Soobin.

Grudug grudug grudug!

Mata mereka seketika melotot karena melihat batang pohon besar menggelinding ke arah mereka.

“LARI!”

Mendengar teriakan Taehyun, mereka segera berlari menuruni tanah becek dan tergenang air. Langkah mereka terpontang panting, mereka mulai berpencar.

Sret!

“AHH!”

Teriakan menggelegar itu berasal dari arah kiri dimana Soobin tadi berlari. Ia terguling dan lengannya tergores ujung kayu yang runcing menyebabkan darah mengucur disana.



















“Akkhh!”

Karena jalanan yang sulit, Beomgyu tersandung kemudian menggelinding hingga menabrak pohon.

“Aduh sialan!”

Dirinya mengusap lengan yang terbentur pohon. Sakit sekali. Namun, belum selesai kemalangan menimpanya, kini dia terkejut karena batang pohon itu menggelinding ke arahnya.

"NGGAK!"

Bruk!























































Soobin mengusap wajahnya, ia kini bisa melihat dengan jelas karena hujan yang sudah mereda. Ia celingukan mencari teman-temannya.

“Bang Njun? Kamal? Taehyun? Gyu? aduduh…” ia meringis kesakitan saat luka di lengannya itu terlihat bercampur dengan tanah.

“BEOMGYU!"

Soobin mengangkat kepalanya dan segera menghampiri arah suara itu berasal. Ia terlihat panik saat mendengar Yeonjun berteriak dengan histeris. Ini baru pertama kali ia mendengar Yeonjun berteriak sepanik itu, pasti ada yang tidak beres.

“Heh ada apa? Mana Beomgyu?” Tanyanya saat sudah sampai disana.

Hueningkai menoleh ke arah Soobin yang baru datang dengan pandangan suram. Ia tidak menyahut sedikitpun.

Karena tidak ada jawaban dari Hueningkai, Soobin kemudian melihat Yeonjun yang sedang menangis dengan Taehyun yang mengelus-elus pundaknya.

“Mana Beomgyu?” Tanya Soobin sambil menghampiri Yeonjun.

Matanya melotot saat melihat batang pohon besar tadi berlumuran darah. Ya, disana terdapat jasad Beomgyu yang tewas terhimpit pohon. Kepalanya hancur.

“B-bang…”

Yeonjun masih menangis sesenggukan. Soobin kemudian berinisiatif untuk memeluk Yeonjun guna memenangkan lelaki itu.

“Gausah sentuh gue anjing! Ini semua karena lo!” Yeonjun berteriak dan menjauh selangkah dari Soobin.

“Gue?”

“Iya bangsat! Kalo aja lo nggak ngajak kita kesini pasti nggak akan kayak gini!” Dengan mata memerah, Yeonjun menatap Soobin dengan pandangan penuh amarah.

“Bang udah…” Ucap Hueningkai dengan lirih. Dia sangat takut, ia menyaksikan tubuh temannya sudah hancur. Rasanya seperti mimpi. Mimpi buruk yang tak pernah ia harapkan.

Soobin menghampiri Hueningkai lalu memeluknya. Ia tahu mereka takut, dirinya juga takut. Tapi tak banyak yang bisa dirinya lakukan. Ia tak masalah jika mereka akan menyalahkan kejadian ini kepadanya. Jika bisa memutar waktu, Soobin pun tak ingin ada niatan untuk pergi ke air terjun yang dimaksud.

“Maaf, Kai.”



















“Terus kita tinggalin Beomgyu sendirian disini?!”

“Bang, itu bukan lagi Beomgyu. Itu jasadnya, roh Beomgyu udah tenang di alam sana.” Kata Taehyun pelan.

Mereka menatap jasad Beomgyu yang sudah ditutup kain seadanya.

Yeonjun menghembuskan nafasnya frustasi. Ia kemudian melirik ke arah Soobin yang daritadi diam. Pria itu hanya memandang ke bawah.

Kemudian mata Yeonjun tertuju pada lengan Soobin yang penuh bercak darah.

“Tangan lo kenapa, Bin?”

“Eung? Ini kena patahan kayu.” Ucapnya sambil memandang lengan kirinya dengan lesu.

Yeonjun kemudian mengambil kotak p3k dari dalam tasnya. Untungnya, tas mereka tidak hilang. Jadi mereka bisa berjaga-jaga.

“Masih nggak ada sinyal, Kai?” Tanya Taehyun sambil menghampiri Hueningkai yang sedang mengotak atik handphone nya. Ditanya begitu, Hueningkai hanya menjawab dengan gelengan.

Taehyun pun berusaha juga untuk segera mendapat sinyal. Sehingga mereka bisa mencari bantuan dan pergi dari sini.

Soobin meringis kesakitan saat lukanya itu diberi obat merah. “Aduh duhh pelan-pelan bang.”

Yeonjun dengan telaten membersihkan dan membalut luka Soobin itu hingga benar-benar tertutupi dengan sempurna.

“Bang, gue minta maaf.” Ucap Soobin sambil menatap Yeonjun. Namun yang ditatap terus memalingkan pandangan dan mencari kesibukan.

“Gue emang pantes disalahin, gue nggak tahu habis ini kita baik-baik aja atau nggak. Sebelum terlambat, gue harap lo mau maafin gue.”

Mendengar ucapan Soobin, Yeonjun reflek menatap wajah tirus itu dengan seksama. “Denger ya, gue emang marah sama lo. Tapi lo jangan sekali-sekali bilang gitu ke gue. Cukup Beomgyu aja, jangan elo ataupun yang lain.”

Yeonjun kemudian berdiri dan menatap teman-temannya. “Guys, gue rasa kita harus jalan lagi. Udah makin gelap gini.”

“Tapi Beomgyu…”

“Kai, kita istirahat dulu ya? Kita cari jalan keluar dulu habis itu kita minta tolong ke orang-orang buat evakuasi mayatnya.”

Dengan berat hati, mereka meninggalkan mayat Beomgyu disana. Mereka harap, Beomgyu benar-benar beristirahat dengan tenang.

Cursed Place | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang