Part 09 - Talk

55 3 0
                                    

Video masih terus berjalan, menayangkan seorang lelaki yang setelah melakukan penumpukan mayat dalam ruang makan berjalan keluar. Melemparkan sebuah senapan secara asal di samping tempat sampah dan ia berdiri sambil bersandar di samping pintu utama kediaman. Di saat yang sama, kehadiran sebuah mobil mengalihkan perhatian. Vesty sadar betul, bahwa mobil itu adalah mobil yang ia tumpangi dahulu kala. Benar saja, video tersebut menayangkan dirinya di masa sepuluh tahun lalu turun dari mobil dan bergegas untuk masuk ke dalam.

Vesty menangis terisak, itu adalah pertemuan pertamanya dengan seorang pria aneh yang tak lain adalah Alex. Kejadian dalam video sama persis dengan apa yang dialami Vesty dahulu, masuk dalam kediaman dan mendapati kedua orang tuanya telah tewas dibantai. Apalagi, moment ketika mereka kembali bertemu di depan kediaman, di samping mobil dengan sopir yang telah kehilangan nyawa, Alex membuka masker yang menutupi setengah wajahnya. Itu adalah pengalaman pertama kali Vesty berkenalan dengan Alex, si pembunuh yang telah dianggap sebagai penyelamat olehnya.

Sebuah kesalahan fatal, Vesty tidak menaruh curiga karena di waktu itu ia juga masih belia. Belum memikirkan hal seberat itu apalagi menaruh kecurigaan mendalam setelah diterjang syok luar biasa. Ketika Alex menawarkan untuk merawat dirinya di kediaman yang baru, Vesty mau-mau saja. Namun, setelah melihat kebenaran ini, tentu saja ia tidak akan kembali pulang ke rumah yang sama.

"Tinggallah di sini, Vesty. Nikmati kehidupan barumu di sini. Tidak ada gunanya berurusan dengan pembunuh itu." Daren berkata dengan penekanan.

Vesty masih terdiam tanpa jawaban. Saat ini, ia benar-benar bimbang. "T-Tapi ...."

"Kau tidak mungkin kembali tinggal dengan penghianat tersebut, kan?" Brian bertanya. Tanpa dijawab, Brian sepertinya sudah tahu akan jawaban apa yang dipikirkan oleh Vesty. Tentu saja gadis itu tidak mau. Hanya saja, diamnya Vesty adalah karena ia ragu untuk tinggal bersama dengan mereka di masa sekarang.

"Vesty, percayalah pada Paman. Kau akan baik-baik saja bersama kami. Tidak dengan ketika kau bersama dengan si brengsek itu." Daren masih mengeluarkan bujukan. Kenyataannya, Vesty baik-baik saja selama sepuluh tahun terakhir bersama dengan Alex sebelum ia menyadari akan kebenaran sesungguhnya. Mungkin, apa kata Daren ada benarnya. Bisa saja Alex akan berubah sikap atau bahkan membunuhnya juga setelah semua ini terungkap.

"Lalu apa kau mau tahu kenapa polisi tidak terlibat?" Brian bertanya. Anggukan dari Vesty sudah cukup dijadikan sebagai jawaban. Brian pun kemudian melanjutkan, "Karena Alex adalah orang yang sangat kaya hingga mampu untuk menutup mulut kepolisian sekalipun bukti CCTV telah diserahkan. Mereka berdalih bahwa itu hanya kepalsuan. Kami digugat atas penghinaan dan pencemaran nama baik karena memberikan hal tersebut dan kepolisian menutup kasus itu sebagai kecelakaan."

Vesty terkejut bukan main dengan penjelasan itu. Otaknya tidak mampu mencerna bagaimana bisa kasus pembantaian semengerikan itu bisa dianggap sebagai kecelakaan. Dan ucapan Brian tentang kekayaan Alex yang bisa menutup mulut kepolisan, Vesty agak ragu di bagian itu. Dikarenakan setahu Vesty, Alex pekerja kantoran atau mungkin detektif swasta atau malah bekerja di kepolisian. Gaji Alex memang besar, tapi tidak mungkin sampai untuk membuat menutup mulut akan kasus demikian.

"Kau tampak seperti tidak percaya, Vesty." Daren berkomentar.

"Itu tidak mungkin. Alex bekerja sebagai ...." Vesty tak bisa melanjutkan ucapannya. Pekerjaan Alex yang ada di pikirannya hanyalah perkiraan semata. Vesty tidak benar-benar tahu tentang apa pekerjaan Alex sesungguhnya.

"Alex adalah seorang pembunuh bayaran, Vesty." Daren kembali berkata.

Oh, hantaman fakta jenis apa lagi ini? Vesty menggeleng kuat, sekali lagi, informasi yang datang secara tiba-tiba itu membuat kepalanya sakit.

"Menurutmu, selama ini Alex bekerja tanpa kau ketahui apa pekerjaan sesungguhnya dan selalu pulang dengan tubuh terluka, apalagi kalau bukan bertarung dengan target-targetnya." Brian menambahkan.

"Kau ingat saat pertama kali kita bertemu di depan minimarket?" Vesty bertanya.

Brian mengernyitkan kening. Pertanyaan Vesty baginya tidak berhubungan dengan apa yang dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, Brian tetap menjawab, "Ya. Memangnya ada apa dengan itu?"

"Bukankah kau berkata bahwa itu adalah pertama kalinya kau bertemu denganku? Bukankah kau berkata bahwa kita tak senagaja bertemu? Dan kau terkejut karena aku sesuai dengan ilustrasi apalah yang kau jelaskan saat di kafe." Vesty berbicara menggebu-gebu.

"A-Aku tidak mengerti maksudmu apa, Vesty." Brian menjawab.

"Mengapa sekarang kau seolah tahu banyak tentangku dan tentang Alex? Jika kau memang pertama kali bertemu denganku saat itu seharusnya kau tidak akan pernah tahu bahwa Alex selalu pulang dengan membawa luka di tubuh, bukan?" Dari pada disebut sebagai pertanyaan, bagi Brian, perkataan Vesty saat ini lebih bisa dikategorikan sebagai tuduhan.

Brian gelagapan. Bisa Vesty lihat dengan jelas jakun di leher Brian naik turun cepat, menenggak ludah dengan kasar dan beberapa kali. Tanda bahwa pria itu tidak tenang. Juga, satu kali menghembuskan napas panjang dengan tatapan ragu pada Vesty membuat gadis itu semakin curiga bahwa Brian memang telah merencanakan ini sejak lama dan mengetahui dirinya dari lama. Kenyataan bahwa Brian bahkan tahu kebiasaan pulang Alex yang penuh luka juga membuktikan bahwa pria itu sudah lama menguntitnya.

"A-Aku–"

"Maaf, Vesty." Daren memotong ucapan Brian yang baru sepatah kata. "Sesungguhnya, aku memang meminta Brian untuk mengawasimu dari jauh sampai kau benar-benar bisa ditemui dalam keadaan yang baik."

Vesty tidak mengerti. Ia menuntut penjelasan "Mengapa harus begitu? Kenapa tidak terus temui aku saja dan katakan sejujurnya dari lama? Menunggu sepuluh tahun dan membiarkan aku tinggal dengan Alex lalu kalian tiba-tiba datang dan membuat suasana semakin runyam?"

"Kami butuh waktu yang tepat, Vesty. Mentalmu tidak akan baik-baik saja jika kau mengetahui fakta besar ini di saat kau sendiri tidak siap." Ucapan Daren memang ada benarnya. Vesty juga jadi terdiam akibatnya. "Kami memang tidak mengetahui di mana kau berada pada awalnya. Dan kami baru mengetahui beberapa tahun terakhir ini dan memutuskan menemui di hari sebelumnya."

"Lalu, apa yang sebenarnya kalian rencanakan? Bagaimana dengan Alex?" Vesty  bertanya-tanya.

"Kau jangan khawatir, Vesty. Kau bisa tinggal di sini, dan kami akan mengajarimu banyak hal untuk kehidupanmu di masa depan." Daren mengucapkan itu penuh kesungguhan.

"Untuk Alex, kau harus bersiap atas segala kemungkinan terburuk jika sampai pria itu kembali datang. Jalur hukum tidak akan membuat kita bisa menang melawan pembunuh bayaran sepertinya." Brian menimpali.

Penjelasan mereka cukup bisa dimengerti oleh Vesty. Namun, entah mengapa, ada sesuatu yang ganjal yang membuat ia tidak bisa sepenuhnya percaya pada orang-orang yang merupakan keluarganya sendiri.

.
.
.


🌹❤️🌹

~ Resti Queen ~

Nightmare ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang