Senin kembali menyapa hidup Juni, laki-laki itu sekarang sedang bersiap menuju sekolah. Pagi ini gerimis membasahi bumi, mungkin upacara tidak akan dilakukan.
Juni keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya, namun di tengah perjalanan Mora mencegat ruangnya untuk berjalan. Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya ada apa.
"Emm, nanti istirahat kedua gue boleh pinjem ruang musik gak?"
"Buat apa?"
"Gue pengen buat rekaman hehe," jawab perempuan itu seraya menggaruk tengkuknya.
"Rekaman? Untuk?" tanya Juni merasa kebingungan.
"Err...buat tugas Seni Budaya, kemaren gue gak praktek main alat musik, jadi disuruh nyanyi deh tapi harus di rekam juga."
Juni menimang sebentar permintaan Mora sebelum mengiyakan, laki-laki itu mengeluarkan sebuah kunci lalu diberikannya pada perempuan itu.
Mora menerimanya dengan senang hati. "Makasih, Junii."
"Setelah lo pake ruangannya jangan lupa buat beresin."
"Siap," sambil meletakkan tangannya di sisi atas kepala. Juni melenggang lebih dulu meninggalkan perempuan itu.
***
Istirahat kedua Juni gunakan untuk bersantai taman dengan temannya. Zegar namanya, laki-laki perawakan jangkung dengan kulit putih menawannya.
"Tumben lo gak ke ruang musik?" tanya Zegar heran. Karena hampir seluruh waktu luang Juni dihabiskannya di dalam ruang musik, entah untuk duduk saja atau mengembangkan lagu buatan miliknya.
"Lagi dipake sama Mora."
"Mora? Amoura maksud lo?" Juni mengangguk.
"Gue denger dia gabung di klub lo, sejak kapan?"
"Beberapa hari lalu."
"Ruangan dipake buat apaan sama dia?"
"Rekaman nyanyi katanya."
"Ohh, paling itu tugas dari Bu Sri. Gue denger si anak IPS lagi praktek gitu mapel Seni."
Juni hanya mengangguk saja, tidak berminat bertanya soal tugas tersebut. Tapi perkataan Zegar selanjutnya membuat atensinya tertarik.
"Mora pasti dapet nilai tinggi sih, ya meskipun gue tebak dia pasti ngerjainnya ketinggalan."
"Lo tau darimana kalau dia telat ngerjainnya?" tanya Juni penasaran.
"Gue sekelas sama dia waktu SMP dulu. Well, sebenernya bakat musik dia tuh tinggi banget, cuman ya lo tau sendiri dia orangnya gimana. Pasti ada aja tingkah dia yang bikin guru-guru kesel jadi ga heran kalo hampir tiap hari dia di hukum," jelas Zegar diakhiri dengan kekehan.
"Terus kenapa dia gak pernah nunjukin bakat itu ke banyak orang?" tanya Juni.
Tapi tunggu, kenapa ia harus se-penasaran ini pada perempuan itu?
"Yaa entahlah, dia gak pernah nyadar kayanya kalo dia punya bakat," lagi-lagi Zegar akhiri dengan kekehan.
Lalu keduanya terdiam sebentar dan bel masuk berbunyi.
"Masuk Jun, gue ke kelas dulu," pamit Zegar dengan menepuk bahu Juni dan dibalas anggukan.
Juni ikut berdiri setelah Zegar menjauh, ia berjalan menuju kelasnya namun seperti pagi tadi, Juni kembali dihadang oleh Mora. Sudah pasti perempuan itu mengembalikan kunci ruangan. Namun tidak hanya kunci yang diberi Mora tetapi juga sekotak jus kemasan, yang entah kebetulan atau tidak dengan rasa buah favoritnya yaitu jambu biji.