Happy Reading
Sabit menatap 3 bunga matahari yang baru ia beli itu--yang ia letakkan di teras balkon. Meletakkannya di tempat strategis sehingga bunga itu akan terpapar langsung oleh sinar matahari yang menyorot sempurna. Sabit terlihat begitu sibuk, menatap ulang beberapa bunga-bunga yang juga sempat Gina letakkan di sini. Deretan bunga matahari itu ia letakkan secara sejajar. Sabit turut tersenyum setelah selesai mencari tempat yang tepat untuk meletakkan bunga matahari itu.
Dulu katanya, Papa senang sekali dengan bunga matahari. Setiap kali Sabit bertanya tentang apa yang membuat Papa menyukai bunga Matahari ketimbang bunga-bunga yang lainnya. Maka bukannya menjawab, papa malah melebarkan senyumannya sampai-sampai Sabit sendiri kesal setiap pertanyaan bunga matahari itu selalu mendapat senyuman menyebalkan dari bibir Papa.
Tapi setelah Sabit menelusuri tentang makna bunga matahari itu, apakah bunga itu lambang dari kesetiaan Papa terhadap Mama? Itu hanya praduga Sabit. Jawaban yang sebenarnya tidak akan pernah Sabit temukan lagi. Jawaban itu ikut terkubur dengan Papa di bawah gundukkan tanah yang sudah tak pernah lagi Sabit kunjungi.
Sabit berjalan ke arah dua bunga matahari yang terlihat memiliki banyak ke samaan--Bunga yang Alice pilihkan untuknya. Sabit menatap lekat-lekat bunga itu, seolah ia melihat pasangan dalam bunga matahari yang saling berdampingan. Maka. Atas dasar ide yang tiba-tiba tercetus di otaknya, dua bunga itu akan Sabit anggap sebagai Papa dan Mamanya. Maka setiap pagi, Sabit akan datang ke balkon untuk menyapa dua bunga itu.
Dan... untuk satu bunga itu, pantaskah sabit menganggapnya sebagai Langit? Sosok yang tiba-tiba datang ke dalam hidupnya, menawarkannya sejuta kebaikan. Bunga yang terlihat berbeda dari bunga matahari lainnya yang menjadi pilihan Sabit sendiri. Bukankah Bunga itu menggambarkan sosok Langit?
Sabit tersenyum, entah mengapa pula, pipinya tiba-tiba terasa panas mengingat tentang hari ini. Hari di mana ia menghabiskan seluruh siangnya dengan Langit. Hari yang terasa baru baginya. Apakah semesta akan berbaik hati padanya untuk mempertemukan ia dengan Langit kembali?
Maka dengan tatapan yang masih setia menatap bunga matahari yang berada sedikit renggang dari dua bunga matahari Papa dan Mamanya. Sabit memandang bunga itu dengan senyum yang sepertinya tak akan habis-habis. Ia mendudukan dirinya di kursi yang Gina siapkan di balkon untuk merka sekedar santai. Agaknya, memandang bunga matahari itu akan menjadi bagian terfavorit dalam hidupnya. Lihatlah bagaimana Sabit seolah melupakan sekelilingnya ketika berhadapan dengan bunga matahari itu.
"Widih, Udah dibeli bunganya?" Gina menghampiri Sabit di balkon dengan setelan kerjanya yang masih melekat di tubuhnya dan tas tenteng yang tersampir di tangannya. Agaknya gadis itu baru pulang kerja hari ini.
Sabit menoleh kebelakang, melihat Gina yang berdiri di ambang pintu Balkon. Sabit pun melebarkan Senyumnya. Dan menganggukkan kepalanya lalu kembali menatap Bunga-bunga matahari itu. Gina berjalan menghampiri bunga itu, seperti Sabit ketika sampai di the Garden House tadi, menyentuh bunga itu, mengelus lembut batang dan Daunnya. Menatap lekat satu-persatu bunga tersebut.
"Beli di mana?" Gina bersandar pada pembatas balkon.
"Daerah Legian,"
"Sendiri?"
Sabit menggeleng pelan dengan senyum yang tertahan. Gina yang melihat itu menungkikkan sebelah alisnya, menatap curiga pada Sabit yang terlihat malu-malu. Seketika Gina mengingat tentang sosok yang mengendarai mobil putih yang mengantarkannya pulang tempo hari.
"Sama dia?!" Gina langsung menebak, dan Gina yakin tebakkan seratus persen tebakkanya adalah benar.
Senyum malu-malu Sabit membuat Gina semakin gencar ingin menggoda dan meledek gadis itu. Bagaimana Bisa sosok gadis yang seluruh atensi hidupnya ia lakukan untuk melakukan hal-hal yang ia sukai dan tidak peduli terhadap sekitar. Dan malam ini, Gina dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa pada mata gadis itu sudah menghadirkan sosok baru dalam hidupnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332319640-288-k971613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SABIT
Romancesebuah Rasa yang tak seharusnya ter-asah. Cover by : pinterest