Chapter 8

223 39 3
                                    

Mereka sudah sampai di Rumah Sakit. Zhan menyuruh Yibo untuk tetap mengikutinya dan tidak pergi kemana pun. Namun Zhan ragu, ia akhirnya memilih menarik tangan Yibo agar sejajar dengannya.

*Click

"Selamat siang, nenek."

Zhan menghampiri neneknya yang sedang tertidur, mendengar suara cucunya, ia pun tersadar.

"Zhan, kau kemari?"

"Mengapa nenek selalu bertanya seperti itu?" Zhan memanyunkan bibirnya.

Neneknya tersenyum sembari mengusap rambut sang cucu. Setelah itu matanya terfokus pada pria yang berdiri di belakang Zhan. Zhan yang menyadari neneknya akan bertanya, reflek menjelaskannya.

"Ah, perkenalkan dia adalah temanku namanya Yibo."

Yibo tersenyum ramah.

"Rupanya dia orang pertama yang kau bawa ya, Zhan?" Tanya sang nenek.

Zhan hanya tersenyum canggung, tak menjawab satu kata apapun.

Neneknya meraih tangan Yibo, sontak Yibo mendekat.

"Anak yang tampan." Neneknya kembali meraih tangan Zhan, menumpuknya diatas telapak tangan Yibo.

Neneknya melanjutkan, "Aku jadi teringat pada masa-masa muda, ketika kakekmu dan temannya memperebutkanku."

"Teruslah berteman dekat, suatu saat kalian akan merasakan kehilangan satu sama lain. Jadi gunakan waktu yang kalian miliki saat ini, semua momen manis tak akan bisa diputar kembali."

Yibo sangat paham, ia pun terus tersenyum. Namun Zhan sangat terlihat kaku dan canggung, bahkan ia dan Yibo belum akrab, bagaimana bisa mempunyai momen pertemanan yang indah?

Sang nenek menatap Yibo, "Zhan adalah anak yang baik, namun ia tak mau terbuka dengan orang yang ia rasa asing dalam hidupnya. Buatlah ia menjadi nyaman, jadikan lah dirimu sebagai rumahnya, begitu pun sebaliknya. Ia tak pernah mempunyai teman. Dan ini pertama kalinya ia mengajak seseorang ke hadapanku, aku pikir Zhan sudah mempercayaimu. Tolong jangan rusak kepercayaan Zhan. Aku sangat menyayanginya. Aku harap kau bisa terus bersamanya, menemani kesepiannya, dan membuatnya tersenyum."

Zhan merasa tidak enak, karena ia bahkan baru mengenal Yibo, begitu pun sebaliknya. Zhan merasa bahwa perkataan neneknya dapat membebani Yibo.

"Sudahlah nenek, jangan berkata se--"

Yibo segera memotong ucapan Zhan, "Baiklah. Aku berjanji akan menjaganya."

Zhan melebarkan matanya, melirik Yibo yang tengah tersenyum memandangi neneknya. Menyadari Zhan yang memperhatikannya, Yibo pun mengalihkan pandangannya pada Zhan. Senyum itu semakin melebar hingga terlihat gigi yang seputih salju.

Zhan berkata dengan suara pelan, "Hiraukan saja apa yang nenekku katakan."

Namun Yibo menggeleng pelan. "Ini adalah keinginan orang tua, aku tidak bisa menolaknya."

Zhan memutar bola matanya sambil mengoceh dalam hati, “Sudah jelas itu adalah omong kosong.”

Zhan mengambil kotak makan yang berisi buah-buahan segar yang sudah ia kupas.

"Makanlah, nek."

Neneknya meraba pinggang Zhan, "Lihatlah, pinggang mu sangat kecil. Setidaknya kau juga harus banyak makan dan mengonsumsi buah-buahan."

Yibo juga berpikir mengapa Zhan memiliki pinggang yang ramping, padahal Zhan tak pernah melewatkan makannya.

"Karena aku sering berolahraga dan mengontrol bentuk tubuhku." Jelasnya.

THE MAGIC OF LOVE | YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang