Chapter 14

193 33 10
                                    

Rupanya Yibo tertidur di kursi yang ada di dalam kamar rawat neneknya Zhan. Merasa hari sudah malam, Zhan menghampiri Yibo dan menepuk pipinya dengan lembut.

"Yibo, ayo pulang." Bisik Zhan.

Merasa namanya terpanggil, Yibo pun membuka matanya.

"Sudah pamitan?" Tanya Yibo.

Zhan mengangguk. Ia pun membereskan barang bawaannya untuk di bawa pulang. Sementara itu, nenek Zhan sudah istirahat satu jam yang lalu. Nampaknya Zhan tak mau mengusik sang nenek dari tidurnya. Ia pun mengajak Yibo untuk keluar ruangan dan menutup kembali pintunya.

Di sepanjang perjalanan, Yibo terus berjalan menggandeng lengan Zhan. Bahkan di dalam bus, Yibo akan duduk berdampingan sambil menggenggam tangannya. Zhan tidak merasa terganggu, sepertinya ia sudah terbiasa dengan segala tingkah Yibo.

Rencananya, hari ini Zhan akan mengajak Yibo untuk pergi ke pusat kota menikmati indahnya malam sembari melihat kembang api. Ia juga sudah lama tidak mampir untuk memberi makan ikan di jembatan yang dulu sering ia kunjungi.

Mungkin semenjak kehadiran Yibo membuat Zhan melupakan rutinitasnya tiap akhir pekan. Dulu, ia sering berkunjung ke pusat kota untuk jalan-jalan sendirian sambil memakan ice cream favorite-nya.

Dan sekarang Zhan kembali ke pusat kota, bahkan ia tidak sendirian lagi. Beberapa kali Zhan tertawa dalam hati, mengingat dulu setiap ia kesini semua orang akan meliriknya bagai anak kehilangan ibunya, berjalan sendirian tanpa pasangan dan teman.

Namun sekarang Zhan benar-benar bersyukur memiliki Yibo dalam hidupnya. Setidaknya, ia tidak merasa sendirian lagi.

Tanpa sadar, ternyata Zhan menatap Yibo dengan lekat di sampingnya. Sontak Yibo bertanya, "Ada apa?"

"Hm, tidak ada."

Zhan mengambil ponsel di sakunya berniat untuk mengambil selfie bersama Yibo. Karena ia pikir, kapan lagi bisa ke sini melihat pemandangan kota yang indah bersama Yibo.

Kembang api mulai menyala-nyala beterbangan di langit, orang-orang ramai menonton pemandangan yang sangat cantik ini. Bahkan beberapa pasangan saling berbagi kebahagiaan. Ada yang memberikan cincin kepada kekasihnya, ada juga kawan-kawan yang saling berpelukan.

Yibo melihat mata Zhan sedang berbinar-binar, ia pun menarik napas panjang dan mengangkat jemari Zhan.

"Zhan-ge, aku mencintaimu."

Satu kalimat sudah lolos begitu saja dari mulut Yibo, sementara Zhan kini sedang terpaku tak percaya.

Padahal tanpa dikatakan pun, tatapannya sudah menjelaskan segalanya.

"Aku tidak akan memaksa jika kau tidak mencintaiku. Dan aku tidak menyesal sudah mengatakan ini padamu. Menerima atau tidak, itu adalah hak mu. Disini tugasku hanya menemani dan terus melindungimu."

Zhan masih belum membuka suara, namun jantungnya semakin berdegup kencang.

"Jika kau bertanya kapan aku jatuh hati padamu, jawabannya adalah saat pertama kali kita bertemu. Mungkin kau tidak percaya, tapi itulah kenyataannya."

Zhan menurunkan pandangannya, tangannya mencoba memainkan ujung kemeja yang ia pakai.

"Yibo.. sebelumnya aku ingin berterimakasih,"

"Terimakasih sudah menemaniku, menjadi teman cerita ku, bahkan selalu melindungiku. Aku senang akhirnya aku tidak kesepian lagi. Tapi jujur, aku belum pernah merasakan hal seperti ini. Maksudku, aku belum pernah berhubungan dengan seseorang. Walau kita sudah dekat lama, rasanya aku belum terbiasa.."

THE MAGIC OF LOVE | YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang