2. Khilaf

8 1 0
                                    

Disebabkan gerimis di pagi hari mood lelaki bernama Ezar menjadi buruk. Ia sampai meminta izin kepada sang Ayah untuk tidak bekerja karena hujan yang rintik itu.

Sekali lagi, ia sangat-sangat takut akan hujan!

Ayahnya maklum, dari kecil Ezar memang suka melebih-lebihkan sesuatu jika ada kaitannya dengan hujan. Tuan Fred menyuruhnya bekerja di rumah saja dan Ezar setuju tanpa pikir panjang.

Tuan Fred mengacak rambut anak tunggalnya. "Sekalian jaga Ibumu ya, pas tugas kantormu selesai bantu pekerjaan rumah. Paham?"

Ezar mengangguk. "Ya Ayah! Aku pasti melakukan apa yang kau suruh."

"Terima kasih ... Oh iya, kau yakin tidak mau ke psikiater?"

"Ayah menganggapku gila?"

"Tidak tidak, jangan tersinggung ... Ayah hanya ingin memastikan kesehatanmu."

"Aku baik-baik saja, percayalah..."

"Ya, kalau begitu Ayah berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam ... hati-hati di jalan, Ayah. Jalanan licin!"

Ezar, lelaki berusia 25 tahun sering mendapat julukan 'mantu idaman' dari ibu-ibu komplek. Ezar ahli dalam segala hal, mulai dari pandai melukis, suka membaca, rajin ibadah, suka menabung, bertanggung jawab, setia, ramah, murah senyum, pintar akademik, hobi memasak, mahir olahraga. Namun sampai sekarang ia jomblo bahkan sejak dalam rahim sang Ibu.

Bukan tanpa sebab, padahal banyak perempuan yang tertarik padanya bahkan sampai ada yang terobsesi. Tapi ia risih dengan itu. Sehingga menutup diri dan enggan mendekati perempuan manapun.

Meskipun orang tuanya sudah berencana menjodohkan, ia tetap teguh menolak perjodohan itu dan lebih memilih lari dari rumah.

Ironi di atas ironi, sayang seribu sayang ... Ezar masih belum berkenan memiliki pasangan hidup.

Setiap mendengar suara hujan membuat ia frustasi setengah mati. Bukan hanya hujan, pokoknya ia takut pada sesuatu yang turun dari langit seperti petir, juga meteor.

Ngomong-ngomong soal meteor, Ezar pernah menonton anime movie tentang meteor yang jatuh dari langit dan menghancurkan sebuah wilayah. Saat scene itu ia trauma menonton apapun selama tiga bulan penuh. Dramatis sekali.

"Ezar! Tolong belikan sirup, tisu, sama cemilan ya~ uang kembaliannya buat kamu."

"Siap Ibu! Asik dapat uang jajan~"

Amora menyerahkan uangnya. "Kamu ini ... udah kepala dua loh, kelakuan kok masih kayak bocil." Wanita itu melepas celemek. "Cepetan nikah ya, biar sikapmu dewasa. Ibu pengen banget nimang cucu~"

"Ibu, kalau ceweknya udah ketemu pasti ku bawa sini."

"Makanya Ibu yang carikan. Kebetulan anak temen Ibu ada yang lulusan luar negeri loh, cantik pula ... Mau kan?"

"Yang lulusan universitas ternama mah banyak, yang cantik juga banyak. Nanti kalau jodoh tentu datang sendiri."

"Datang sendiri? Kamunya ga usaha gimana mau ketemu coba? Udah lah, cepat ke minimarket sana."

Ezar menaiki motor menuju minimarket terdekat. "Yah tutup ... "

"Terpaksa ke minimarket pasar nih." Ia menarik gas motor pada kecepatan rata-rata.

Minimarket kota menyediakan produk lengkap dan itu yang membuat banyak pembeli tertarik berbelanja di situ.

Ezar mengambil barang-barang yang Ibunya pesan. Ketika di rak celiman, tangannya menyentuh snack makanan yang nahasnya keduluan dipegang seorang gadis. Sekilas mereka saling bersentuhan.

"Astaghfirullah!" keduanya beristighfar.

Ezar memalingkan wajah ke rak lain. "Nah nah, ambil!" ia menyerahkan snack tersebut kepada gadis berhijab yang tidak sengaja disentuhnya.

Gadis yang bersangkutan bernama Aline melongo. "Eh? Ta-tapi ... "

Belum sempat Aline bicara, Ezar sudah berlari ke arah mesin kasir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OmbrophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang