NUGUSEYO?!

45 28 1
                                    

NABAWI CENTRAL CHURCH (NCC), 22:56 PM.

Gemuruh hujan bersahutan dengan suara petir memenuhi seisi Gereja malam ini. Awan kelabu dan puluhan burung gagak menutupi langit Kota Seoul malam ini. Seorang gadis tengah berusaha menembus hujan lebat ini untuk sampai ke sebuah Gereja di tengah Kota Seoul.

Dia menutup payung kecilnya dan membersihkan sedikit bajunya yang basah. Dia mulai menapakkan kakinya untuk memasuki Gereja itu.

"Assalamualaikum." sapa gadis berkerudung coklat susu pada seorang biarawati yang dilihatnya.

"Nona Aara. Bapa Jordan sudah menunggu Anda di dalam" jawab si biarawati.

Aara memerhatikan sekeliling Gereja, dia menemukan seseorang yang dia tidak asing baginya. Ya, setidaknya Aara mengenalnya, meskipun orang tampak itu tidak mengenal Aara.

"Oh, kenapa idol itu di sini?" tanya Aara terkejut.

"Aara. Terima kasih sudah datang tepat waktu," ucap Jordan lembut.

Aara tidak berniat menjawab, dia hanya tersenyum simpul sebisanya. Sementara Aara terus membisu, berkutat dengan pertanyaan besar dalam benaknya, kenapa idol itu disini?

"Dia, akan melakukan pelayanannya malam ini" ucap Jordan seolah mengerti apa yang ingin Aara tanyakan.

"Jordan! Jangan bercanda! Idol seperti dia? Apa Kamu pikir Exorcism itu hanya main-main saja?" pekik Aara benar-benar terkejut sekarang, dua kali lipat dari yang pertama.

"Ini pelayanan pelepasannya, ku mohon. Kita tak ada banyak waktu. Tolong Kamu bantu dia bersiap" ucap Jordan terdengar buru-buru.

Pelayanan pelepasan? Aara pernah mendengar mengenai itu. Namun, bukannya itu tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang? Apalagi, idol itu. Dia belum tentu kuat hatinya. Lupakan saja, Iman seseorang siapa yang tahu? Namun, tetap saja ini terasa aneh untuk Aara. Bahkan, untuk sekedar memikirkan idol itu berada di Gereja jam segini?!

"Kau benar! Karena kita tak punya banyak waktu! Berhenti bermain dan ayo selesaikan ini berdua," ucap Aara sedikit kesal, "Hana-ssi, Kamu ikut masuk?" sambung Aara sembari bicara pada biarawati yang tadi menyambutnya.

"Hana Kim sedang dalam masanya. Makanya aku perlu Kamu membantunya untuk bersiap," elak Jordan.

Aara memang bukan orang Kristen, memang kalau orang yang menstruasi bisa merusak pakaian Pendeta, pikir Aara. Tapi tetap saja, kenapa harus dia yang membantu Idol itu bersiap?! Memangnya Idol itu tidak bisa bersiap sendiri?

"Panggil saja Naomi," ucap Aara kesal.

"Naomi pergi," jawab Jordan.

"Kalau begitu, Kamu atasi sendiri!" elak Aara lagi.

"Aara Park, kumohon! Seorang gadis di dalam sana sedang berjuang sendirian. Tidakkah Kamu iba?" protes Jordan sekarang.

Aara menghela napas. Pada titik ini, dia benar-benar takut untuk menjawab. Bisa saja tiba-tiba akan ada kamera tersembunyi dan ternyata semua ini adalah prank. Ini adalah konten untuk Youtube idol itu! Namun, lagi-lagi Aara yang lumayan peka bisa merasakan ini memang urgent.

"Apa Kamu begitu putus asa? Dia itu Idol terkenal! Kau pikir apa yang akan terjadi padanya? Kau tidak bisa membawa nyawa lain dalam hal ini. Kau ingin Idol itu mati konyol?" racau Aara pada akhirnya.

"Kau tidak memercayainya? K-Kamu—" Jordan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena Aara segera menyela ucapannya.

"Kamu seharusnya tidak menerima tawaran pelayanan seperti ini! Sebagai manusia, Kamu harusnya sadar! Bahwa kita cuma mahluk Tuhan yang mempunyai limit. Dan walau sebodoh apa pun Kamu, atau sepenasaran apa pun Kamu. Kamu harusnya tahu! Kamu bukan superhuman seperti lagu yang Kamu buat! Kamu cuma manusia!" Kali ini Aara meracau langsung pada idol itu.

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang