URI GAJOG

26 25 0
                                    

"Ah, oke. I will stay here," ucap Aara sedikit kecewa.

"Uri Hyung sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Jadi ... oke, ini salahku. Aku harusnya bilang undangan makan malam, bukan pergi hangout," jelas Suho.

"Tak apa, kamu sudah menyadari kesalahanmu dan minta maaf. Sudah cukup," jawab Aara memberikan senyumnya. "You know, just take it easy, Brother. I am just nothing."

"You just cool," ucap Suho kembali fokus ke jalanan.

Aara merasakan ada banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya, tapi dia sebisa mungkin mencoba bersikap biasa saja. Tidak mungkin, 'kan? Dia tiba-tiba menarik Suho dan mengacak-acak rambut Suho? Keheningan kembali menyapa keduanya, dalam beberapa saat.

"Hei, ayo tetap bicara. Aku tidak terlalu suka keheningan. Apa pun," ucap Aara membuka suaranya.

"Kenapa memangnya?" tanya Suho tertawa.

"Takut," jawab Aara singkat.

"Kau takut keheningan?" tanya Suho tak percaya.

"Mereka bilang hal yang menyadarkanmu akan kematian adalah hening. Aku ... aku tidak mau keheningan. Bahkan, saat hanya aku sendirian. Aku benci berada di keheningan," jelas Aara.

"Tapi, kalau berdoa 'kan harus hening?" ucap Suho.

"Oh! Kalau aku berdoa, aku harus bersuara. Atau setidaknya, minimal aku bisa mendengar doa yang kubaca Suho," jelas Aara.

"Ah, baiklah. Kita mulai dari lagu favoritmu yang mengejutkanku. Kami semua—" ucap Suho mengalihkan topik.

"Love Talk?" tanya Aara tersenyum.

"Yeah! That's right," ucap Suho antusias.

"Aku cuma suka lagu yang ada pengulangannya. Lagian itu temanku yang pasang Ringtone, tapi aku suka Ten. Jadi, bolelah," jawab Aara sekenanya. "Dulu aku kesal dengan nada itu, but Now, I am used to it "

"Cantik," ucap Suho.

"Aku cantik? Ah, apa kamu baru tahu? Aishhh, kebmana saja kamu?" ucap Aara. Dia melanjutkan lagi. "Aishhh! Jangan memujiku, tolong! Ahhh, pipiku panas."

"Kyeopta," sela Suho sembari memarkirkan mobil di basement. "Kajja! Kita sudah sampai."

"Bukankah kamu harus—" ucapan Aara tertahan.

Netranya tak sengaja bertautan dengan sosok lain. Inilah alasan kenapa dia takut masuk ke basement, apalagi di malam hari. Suho membukakan pintu untuknya, dia hanya menyodorkan tangannya untuk digandeng. Suho sedikit tak paham jika saja dia tidak merasakan tubuhnya tiba-tiba menggelinjang hebat karena perubahan suhu. Dia segera menggapai tangan mungil Aara dan menggandengnya tepat di sebelahnya.

Aara mengeratkan genggamannya dan berhenti sejenak. Suho ikut berhenti dan menatap Aara heran. Maksudnya, kenapa Aara harus berhenti? Padahal tinggal lima langkah mereka sudah bisa naik lift.

"Yak! Kau tidak lihat aku sedang jalan sama namja chinguku? Beraninya kamu tetap mengikutiku!" ucap Aara. "Aku tak tertarik padamu! Pergi!"

Suho? Dia hanya diam dan memerhatikan Aara dengan saksama, sepertinya Aara melihat hantu, pikir Suho. Aara mengeluarkan botol yang sama, botol yang berisi air zam-zam. Namun, kali ini dalam bentuk spray, entah apa yang dipikiran gadis ini. Dia hanya suka berjaga. Tentunya bukan air zam-zam kosong, itu adalah air doa. Dia menyemprotkannya beberapa kali ke arah di mana dia melihat sosok lelaki itu sambil terus merapal ayat kursi di bibirnya.

"Kau! Tempatmu di bawah! Tidak usah mencoba ikut ke atas!" olok Aara dan kembali menatap Suho yang sedang kebingungan. "Oppa Kajja!"

Hening kembali menyelimuti dua insan itu. Aara bingung mau berbicara apa dan Suho sepertinya kembali merasa terkejut dengan perubahan suasana hati Aara yang sangat cepat. Ada perasaan aneh juga yang hinggap di hatinya, itu akting atau memang nyata, dia juga tidak tahu. Bisa saja Aara melakukan itu untuk menggoda atau menjahili Suho, 'kan?

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang