FANSIGN

28 26 0
                                    

HOLY GROUND CATHERDRAL 18:00 PM

Konsernya jam 19.00 PM Aara memutuskan untuk datang terlambat jam 20.00 PM. Dia memutuskan untuk menyelesaikan Sholat Isya dulu baru berangkat ke tempat konser yang jaraknya sekitar 15 kilometer dari Katedral Jacob ini. Aara duduk sambil membaca Al-qur'an miliknya, sesekali dia menengadahkan kepalanya. Tak biasanya matanya terasa perih seperti ini. Apa ini azab membaca Al-qur'an di Katedral? Ah, tidak juga kok. Semua tempat Ibadah 'kan sama saja.

Dia memutuskan untuk kembali mengambil wudu dan melanjutkan untuk membaca Al-qur'an. Kegiatannya terhenti, dia mendengar suara lain di kamar ini. Jelas-jelas dia sendirian di sini, setidaknya di kamar ini.

"Tamu seharusnya tidak merusak rumah tuannya."

"Bagaimana Kamu bisa datang dan tiba-tiba merusak penghuni rumahnya?"

"Siapa kamu?"

"Siapa kamu? Datang-datang merusak."

Aara berusaha keras untuk tidak menggubris bisikan itu. Sembari berwudu, dia terus melafalkan ta'awudz di bibir mungilnya. Dia menyelesaikan wudunya dengan cepat, tak bisa fokus. Kamar mandi adalah tempat kesukaan 'mereka' bukan? Aara meraih bergo di meja nakas beserta Al-qur'an dan segera menuju kasurnya. Dia belum pernah setakut ini sebelumnya. Entah mendapatkan dorongan dari mana, Aara tiba-tiba mendongakkan kepala ke arah langit-langit. Hatinya berkata ada sosok yang mengawasinya dari sana, tapi apa? Aara tidak bisa melihatnya.

Hanya ada satu sosok yang tak sengaja terlihat dan terekam di memorinya. Apa pun itu, bagaimana dia seperti itu? Satu sosok, dengan banyak suara yang berbeda. Satu sosok dengan wujud aneh yang belum pernah dia tahu sebelumnya. Aara mungkin sering membantu orang lain dalam masalah exorcism. Namun, melihat mahluk penyebab exorcism? Aara tak pernah sama sekali. Maksimal dia hanya melihatnya melalui siluet atau benda abstract lainnya, seperti cipratan air di lantai, atau rembesan cairan di dinding.

Dia pikir, sosok seperti itu hanya ada di alkitab dan hanya ilustrasi semata. Dia menolak percaya baru saja melihatnya dengan mata telanjang. Mata yang tak memiliki berkah lain dari Allah yang disebut sebagai indra keenam atau indigo. Mata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia mencoba teguh untuk melafalkan ayat yang dia hafal. Namun, saat seperti ini, dia cuma bisa melafal Ayat Kursi.

Tidak! Aara bukan hafizah, dia hanya menghafal beberapa surat dan ayat yang dia suka, dan dia merasa dia perlu untuk menghafal ayat atau surat itu. Dia ingin menangis saja rasanya sekarang. Dia ingat Jacob berpamitan untuk berdoa pada Roh Kudus di Menara bersama Pastor lainnya. Itu artinya tak ada siapa pun di Rumah Singgah ini.

Dia berusaha untuk tak ragu atau gentar, tapi setan tak pernah putus asa menggoda manusia bukan? Dia bisa merasakan darahnya berdesir, tapi dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuka mata. Dia hanya manusia biasa yang ketakutan. Dia ingin berhenti menggumamkan ayat kursi tapi tak bisa, ingin melanjutkan juga tak bisa. Saat ketakutan seperti ini, dia lupa, dia cuma terus melafalkan ayat yang sama.

"Pergi! Dan akan kuampuni kamu!"

Aara membuka mata lebar-lebar. Dia tidak suka harkatnya sebagai manusia diremehkan oleh mahluk lain. Dia beranjak dari kasur dan mengambil ponselnya. sembari menghitung mundur. Tiga, dua, satu, adzan Isya berkumandang di ponselnya. Dia tak lagi menggubris sosok yang dengan jelas terpampang nyata di langit-langit kamar.

Aara ingat sekarang, dia pernah melihatnya di film Annabel. Kalian ingat? Setan yang menggantung di langit-langit atap basement rumah Annabel? Ya, anggap saja seperti itu. Dia mengambil mukenah floral berwarna hitam dan bersiap untuk melakukan Sholat Isya. Dia tau mahluk itu masih di sana, tapi dia tak boleh ragu. Keraguan itu disukai setan dan dengan mudahnya dapat menghancurkan iman manusia kepada Allah.

UNDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang