SEOUL CENTRAL MOSQUE (SCM) 05:55 AM
Aara duduk di depan seorang Imam dengan was-was di balik tabir. Sebagai manusia, wajar jika dia merasa takut. Dia tidak diberikan kesempatan bicara karena sepertinya Imam di hadapannya sudah mengetahui semuanya.
"Kamu habis ngapain sampai ada orang yang ingin menjahilimu?" tanya si Imam.
"Saya cuma melakukan beberapa hal untuk membantu orang, Imam. Tidak lebih," jawab Aara kikuk.
"Ada yang sakit hati. Kamu yakin tidak melakukan apa pun?" tanya si Imam.
Aara terkejut bukan main. Sakit hati? Siapa yang sakit hati dengan makhluk seimut dan selucu Aara? Aara bahkan tidak pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan. Ah, pernah! Dia meremehkan Suho saat itu, tapi apa mungkin? Aara bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Tidak ada yang tidak mungkin, Anakku. Semuanya mungkin," ucap si Imam tiba-tiba.
"Tapi, kami sudah saling memaafkan Ustadz," ucap Aara mengelak.
"Sudah, Kamu perbaiki saja tali yang hampir putus itu. Atau, kamu putus saja sekalian talinya. Sesuatu sedang tertawa puas sekarang, karena dia berhasil membuatmu berpikir," ucap si Imam.
"Baik, Ustadz," ucap Aara walau sebenarnya dia tidak paham apa maksud "tali" itu.
Imam itu cuma berpesan, "Kalau ingin pergi, selesaikan semuanya. Jangan ada yang tertinggal. Kalau ingin hilang, tunggu waktunya saja, anggap Allah menyayangimu, dan ingin supaya kamu bisa melihat dan menikmati karya cipta Allah yang lainnya selain manusia."
"Terima kasih, Ustadz. Kalau begitu, Saya permisi dulu," ucap Aara.
"Jangan lupakan amalan yang biasanya, ya. Supaya Kamu aman dari godaan setan," ucap Imam itu.
"Baik, Ustadz," jawab Aara cepat.
Aara masuk kembali ke mobil tanpa banyak bicara. Dia mencoba merenungi dua kalimat terakhir yang disampaikan Imam itu. Memang apa yang dimulai oleh Aara sehingga dia harus menyelesaikannya? Tali apa yang harus disambung dan diputus? Apa ini berhubungan dengan Exorcism terakhir, sebelum dia kembali ke Australia? Dia meraup wajahnya kasar dan menarik bergonya lalu membenarkan ikatan rambutnya di dalam mobil.
Pooja mencegah Lucy untuk bertanya, dia tau ini bukan waktu yang tepat untuk hal itu. Jadi, dia melajukan mobil Aara menuju Rumah Singgah mereka di Seoul. Mereka memutuskan untuk tidak melakukan explore Seoul hari ini dan fokus mempersiapkan diri untuk kasus exorcism lainnya. Namun, Jordan belum juga menelepon mereka dan melaporkan adanya kasus Exorcism.
Aara masih duduk termenung memikirkan kalimat Imam yang tadi dan sesekali membolak-balik salah satu kitab pemberian temannya saat dia masih kuliah di Indonesia dulu. Dia menutupnya dan merebahkan diri dengan kasar di sofa yang alhamdulillah empuk. Dia masih heran dan terngiang sosok pertama yang dia lihat.
"Pooja, Kamu tau soal itu, 'kan?" tanya Aara.
"Apa?" tanya Pooja.
"Itu hantu kirIman, Kamu sudah tau, 'kan? Kenapa kamu tidak memberitahuku?" cerca Aara.
"Dia suka kalau kamu kalut dan mulai memikirkan sosok itu. Makanya aku tidak mau memberitahumu," jelas Pooja.
"Menurutku itu juga yang terbaik Aara," timpal Lucy.
"Jadi, Lucy juga tahu?" tanya Aara terkejut.
Lucy mengalihkan pandangan dan tidak menjawab. Berarti memang benar kalau Pooja dan Lucy sudah tau tentang itu. Keheningan menyelimuti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
Paranormalundo ˌənˈdo͞o 'membuka' Sama sepertinya artinya secara harfiah. Cerita ini akan membuka sebuah pengalaman baru bagi kamu.