3

2.7K 283 10
                                    


Zhang Hao menatap sekitarnya yang mulai gelap. Setelah mengunci pintu ruang musik, Zhang Hao menyusuri lorong sekolah mereka di temani suara derasnya hujan.


Zhang Hao melirik tas biola yang tengah di tentengnya lalu menghela nafas pelan.


" Kapan brentinya coba?" Keluhnya. Zhang Hao kembali melirik kiri kanannya, tak ada lagi siswa siswi yang terlihat. Lampu-lampu sekolah juga mulai menyala, mengurangi kesan seram yang sedari tadi Zhang Hao rasakan.


Mendekati lobi, Zhang Hao mengernyit saat mendapati seorang murid dengan tas punggung putih terlihat tengah menatap guyuran hujan. Sepertinya murid itu juga terjebak hujan sama dengan dirinya.


Setelah melewati pintu lobi, Zhang Hao memilih berdiri agak berjauhan dengan si tas putih. Zhang Hao kembali mengeluh di dalam hatinya ketika menyadari jika ia masih harus menunggu hujan reda agar biolanya aman. Meskipun tas biolanya terbuat dari bahan kulit, Zhang Hao masih tidak yakin jika nanti tas biolanya akan lembab akan mempengaruhi kinerja biolanya. Dan Zhang Hao juga tidak percaya jika harus menaruh biolanya di ruang musik karna bukan hanya dia yang punya kunci ruangan itu, beberapa orang termasuk guru pembinanya juga punya kunci yang sama. Biola ini sangat berharga untuk Zhang Hao karna biola itu pemberian dari ayahnya.


" Zhang Hao?"

Zhang Hao tersentak kaget ketika sebuah suara yang begitu dekat memanggil namanya. Pemuda itu buru-buru menoleh dan mendapati seseorang itu kini berdiri di sebelahnya.


" Oh ternyata Ketos. Saya fikir tadi siapa." Ujarnya. Ya benar, murid bertas putih itu ternyata Sung Hanbin sang ketua osis.

Hanbin mengangguk.

" Kok baru pulang?" Tanya Hanbin setelahnya.

" Iya. Tadi ada kegiatan di ekskul musik." Jawab Zhang Hao.


" Latihan?" Tanya Hanbin lagi. Zhang Hao tersenyum sebelum menjawab.

" Ngelatih."

Hanbin berOoh, ia baru tau jika Zhang Hao yang menjadi pelatih di ekskul musik.

" Kamu sendiri kenapa belum pulang?" Tanya Zhang Hao.

Hanbin menggaruk tengkuknya.

" Tadi abis rapat osis. Trus mesti ngerjain sesuatu dulu sebelum pulang, nggak sadar udah mau magrib aja." Jelas Hanbin.

" Pulang pake apa?" Tanya Zhang Hao lagi.

" Pake bus. Tapi ga berani nerobos, bawa laptop soalnya." Jawab Hanbin. Pandangannya turun ke bawah. " Kamu bawa apa? Biola?" Tanyanya pula.

Zhang Hao mengangguk. Karna biola itulah ia juga tak berani menerobos hujan.

" Kenapa nggak taruh laptopmu di ruang osis aja?" Tanya Zhang Hao. Hanbin terlihat tersentak.

" O iya ya. Kenapa nggak kefikiran coba daritadi?" Keluhnya. Zhang Hao tersenyum.


" Yaudah kalo gitu taruh sana." Ujar Zhang Hao ketika Hanbin tak kunjung bergerak.

" Kamu mau nitip biolamu juga nggak sekalian? Nggak bakalan ilang kok. Kunci ruangan ketua osis cuma aku yang megang. Jadi nggak akan ada yang bisa masuk kesana selain aku." Tawar Hanbin. Zhang Hao tampak berfikir sejenak.

" Boleh?" Tanya si pemuda Zhang akhirnya. Hanbin tersenyum lalu mengangguk.

" Kenapa enggak?" Jawabnya. Zhang Hao ikut mengangguk.

You | Haobin ZB1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang