" Buruan buka sepatunya."
" Hatchii! Iya."
Belum sempat Hanbin merapikan sepatunya, Zhang Hao sudah terlebih dahulu menariknya.
" Eh! Hatchi! Bajuku basah banget Hao! Hatchi!"
" Ngapain mikirin baju sih? Ini kamu lebih urgent!" Desaknya sembari menyeret Hanbin ke kamar mandi.
" Buruan mandi Bin. Inget pake air panas. Saya cariin baju dulu buat ganti." Ujar Zhang Hao setelahnya menutup pintu kamar mandinya yang berisikan si pemuda Sung.
Zhang Hao segera berlari ke kamarnya. Melepas seragamnya yang basah lalu dengan tergesa memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya.Tak sampai 5 menit, Zhang Hao sudah kembali keluar dengan wajah yang lebih fresh.
Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai, Zhang Hao kembali ke kamar mandi apartemennya yang masih di pakai Hanbin.
" Bin? Udah?"
Terdengar gumaman di balik pintu kamar mandi lalu setelahnya pintu kamar mandi itu sedikit terbuka menyusul dengan tangan Hanbin. Zhang Hao segera menaruh pakaiannya itu ke tangan Hanbin sebelum pintu kamar mandi itu kembali tertutup.
Tak lama kemudian Hanbin keluar dengan baju dan celana panjang Zhang Hao. Pemuda itu terlihat pucat.
" Udah mendingan?" Tanya Zhang Hao. Hanbin mengangguk sembari mengucapkan terimakasih dan maaf. Tapi Zhang Hao tak begitu mendengarnya, malah kembali menariknya.
" Panas banget badan kamu." Ujar Zhang Hao lalu mendudukkan Hanbin di sofa ruang tengah. Lalu setelahnya pemuda itu kembali ke kamarnya dan keluar dengan bantal dan selimut.
" Kenapa nggak bilang kalo lagi sakit?" Keluh Zhang Hao sembari menata bantalnya lalu membantu Hanbin untuk merebahkan badannya di sofa itu dan setelahnya menyelimuti Hanbin dengan selimut tebalnya.
" Perasaan tadi pagi cuma pusing sedikit." Balas Hanbin dengan suara sengau. Bersin-bersinnya mereda setelah seragamnya yang basah di lepas dan tubuhnya di guyur dengan air hangat. Namun sekarang tubuhnya terasa lemas dan pusing menderanya.
" Maaf karna bawa kamu kesini. Rumah kamu masih jauh, dan badan kamu panas banget Bin. Apalagi hujan malah nambah deras gini." Zhang Hao menatap Hanbin khawatir. Hanbin menggeleng.
" Aku yang harusnya minta maaf. Karna aku kamu jadi repot gini."
" Udah. Santai aja. Sekarang kamu istirahat dulu. Ku ambilin obat sama minuman anget." Ujar Zhang Hao lalu setelahnya pemuda itu menghilang ke ruangan lain di apartemen itu meninggalkan Hanbin yang terbatuk-batuk pelan. Hidung pemuda itu memerah, kontras dengan kulitnya yang pucat.
Hanbin memejamkan matanya, tapi kembali di bukanya karna rasa pusing itu semakin menjadi-jadi ketika ia menutup matanya.
" Hhrrh dingin.." Lirihnya sembari lebih merapatkan selimut Zhang Hao ke tubuhnya.
Tak lama kemudian Zhang Hao kembali datang dengan sebuah nampan yang di atasnya terdapat 2 buah gelas dan satu lagi wadah berisi air hangat beserta kain kompresan.
Setelah menaruh nampan itu di atas meja, Zhang Hao merogoh kantong celana pendeknya dan mengeluarkan sebuah obat dari sana.
" Bin. Minum obat dulu." Ujarnya sembari berlutut lalu membantu Hanbin untuk duduk. Pemuda itu menyerahkan obat itu bersamaan dengan segelas air putih ke Hanbin yang menerimanya dengan tangan gemetar.
" Dingin banget ya?" Tanya Zhang Hao. Hanbin meminum obat yang di sodorkan Zhang Hao lalu mengangguk lemah.
" Iya." Lirihnya. Sejujurnya Hanbin tak ingin merepotkan Zhang Hao lebih dari ini. Tapi rasa sakit dan dingin yang ia rasakan sedari tadi tak kunjung hilang bahkan malah semakin menjadi-jadi.
Tanpa mengatakan apapun Zhang Hao bangkit berdiri lalu bergegas kembali ke kamarnya dan tak butuh waktu lama, pemuda beralis tebal itu kembali dengan jaket tebal di tangannya.
" Pake ini dulu. Kalo masih dingin nanti saya tambahin selimut." Ujarnya sembari memakaikan jaket tebal itu ke tubuh Hanbin yang mengeluarkan hawa panas menyengat.
" Minum dulu. Saya bikinin kamu coklat panas." Ujar Zhang Hao sembari membantu Hanbin untuk bersandar ke sofa dan memperbaiki selimutnya.
" Makasi Hao."
Zhang Hao mengangguk lalu mengambilkan mug berisi coklat panas yang asapnya masih mengepul itu dan di berikannya ke Hanbin yang tampak berusaha keras menjaga kesadarannya.
" Pusing?" Tanya Zhang Hao. Hanbin mengangguk samar. Zhang Hao mengeluh pelan sembari duduk di sebelah Hanbin.
" Abisin ini dulu biar kamunya enakan. Baru abis itu tidur lagi." Ujar Zhang Hao. Hanbin bergumam samar, lalu dengan tangan yang masih gemetar, pemuda itu mengangkat mug itu ke bibirnya dan menyeruputnya dengan perlahan.
Zhang Hao buru-buru mengambil mug itu dari tangan Hanbin ketika tangan Hanbin semakin bergetar membuat isi mug itu hampir tumpah.
Setelah menaruh mug itu kembali ke meja, Zhang Hao kembali bangkit lalu membantu Hanbin untuk merebahkan tubuhnya.
" Bin? Kamu gapapa kan?" Tanya Zhang Hao cemas kala wajah putih sang ketua osis semakin pucat pasi.
Hanbin mengedipkan matanya perlahan mengiyakan karna sudah tak sanggup lagi berbicara dan kepalanya tiba-tiba menyentak sakit.
" Kalo obatnya nggak ngefek. Kita ke dokter oke?"
Zhang Hao menggeleng ketika membaca gerak bibir Hanbin.
" Nggak. Saya bakalan bawa kamu ke dokter. Sekarang kamu istirahat dulu aja." Ujar Zhang Hao lalu setelahnya pemuda itu memeras kain kompresan lalu menaruhnya di dahi Hanbin.
" Masih dingin?" Tanya Zhang Hao. Hanbin kembali berkedip membuat Zhang Hao kembali bergegas mencari selimut cadangannya.
Saat Zhang Hao kembali, mata Hanbin memejam membuat Zhang Hao seketika panik. Bahkan ia menjatuhkan selimut itu begitu saja dan bergegas berlutut di dekat kepala Hanbin.
" Bin?! Kamu gapapa?!" Serunya.
" Hanbin?!"
Perlahan kelopak mata Hanbin membuka membuat Zhang Hao yang ketakutan setengah mati jikalau sang ketua osis itu kenapa-napa mendesah lega.
" Astaga. Saya fikir kamu pingsan."
Hanbin menatapnya sayu.
" Ngantuk? Ahh iya, efek obat. Yaudah tidur dulu aja. Saya bakalan jagain kamu disini."
Hanbin memaksakan sebuah senyuman lalu setelahnya kembali menutup matanya karna rasa kantuk yang mendera. Dan tak lama setelahnya Hanbin tertidur dengan pulas.
" Ah gila. Ku fikir Hanbin kenapa-napa." Keluh Zhang Hao lalu pemuda itu meraih kompresan Hanbin lalu kembali merendamnya ke dalam air yang masih terasa panas.
" Semoga abis ini kamu jadi merasa lebih baik." Ujar Zhang Hao sembari kembali menaruh kain kompresan itu di dahi Hanbin.
Tbc..