•HappyReading•
Setelah menempuh satu jam perjalanan dengan kecepatan tinggi Mojokerto-Surabaya. Akhirnya, pukul sebelas malam lebih sepuluh menit, Rubicon hitam yang dikendarai Hito menjajaki lahan parkir Rumah Sakit Tali Kasih yang sepi. Memudahkan dirinya mendapatkan space kosong untuk parkir.
Hito menengok kedua sisi spion bergantian, lalu memutar stirnya ke kiri dan menginjak pedal gas pelan, membuat mobil yang dikendarai berjalan mundur perlahan-lahan. Ia melihat dari layar LCD, memposisikan mobilnya sejajar dengan garis pembatas.
Begitu mobil berhenti, Ines melepas seat belt yang membelenggu tubuhnya, dan langsung mendorong pintu mobil keluar sembari menggenggam erat ponselnya. Takut-takut dirinya melewatkan panggilan masuk selagi dirinya masih di perjalanan.
Hito menghela napas panjang sebelum turun dari mobil, menyusul langkah kaki Ines yang terayun cepat di depannya.
Perempuan itu sudah berganti pakaiannya yang jauh lebih nyaman— dress lengan pendek campuran bahan viscose rajut halus dengan kerah dan garis leher berbentuk V yang memeluk erat tubuhnya. Rambutnya bergerak-gerak seirama dengan ritme tubuhnya yang terburu-buru.
Tunggu, ada yang tak biasa.
Ines dan baju yang seperti itu, sungguh perpaduan yang tak sehat untuk matanya. Pikirannya berkelana liar, mengarah pada konotasi negatif. Lekuk tubuhnya, pantatnya yang sintal meliuk-liuk menggiurkan, ditambah lagi terpaan sinar kuning dalam kegelapan dari lampu bahu jalan yang menambah kesan mengundang.
Hito tak bisa mengalihkan pandangannya.
Apa dirinya tarik saja Ines ke hotel terdekat?
Di jok belakang mobil juga menarik sepertinya?
Atau, ia pangku saja Ines di belakang kursi pengemudi?
"Ya ampun, Ines," desahnya putus asa.
Mendesah keras untuk mengusir pikiran mesumnya, Hito memutar tumit, berlari cepat ke arah mobilnya guna mengambil jaket yang tersimpan bersih di dalam koper.
"Pelan, Ines, nanti kamu bisa jatuh!" tegur Hito.
"Ini pelan kok," sahut Ines bebal. Berjalan melewati mobil-mobil yang terparkir. Dirinya tidak sampai berlari, sekedar berjalan lebih cepat dari biasanya. "Takut nggak keburu, Hito. Meskipun nggak bisa lihat dia lahiran, tapi aku pengen nungguin... nggak sabar lihat baby-nya dia."
"Ngapain kamu harus peduli sama perempuan jahat kayak dia?" Hito mengajukan protes.
Ines menoleh, mata sipitnya memicing tajam menyorot Hito tak suka. Lalu membuang muka, mempercepat laju kaki jenjangnya, meninggalkan Hito tertinggal jauh di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
Short StorySeason 2 dari Figh For Happiness Sebelumnya, Hito secara terus menerus mendekati Ines, mengajaknya perempuan itu balikan hingga menikah. Namun ketika mereka sepakat kembali berbaikan dan menjalin hubungan yang lebih serius dari sebelumnya, kenapa Hi...