Sekitar pukul 7 malam Hito tiba di apartemen Ines yang bertipe studio. Tidak ada sekat antar dapur, ruang santai dan tempat tidur membuatnya leluasa melihat segala ruangan dari satu sudut. Sangat sepi, Hito menyimpulkan bahwa Ines masih berada di mini market yang ada di lantai bawah, sederet dengan lobi.
Menghembuskan napas lelah, Hito merasa tubuhnya lengket, ia butuh membersihkan diri.
Meletakkan tas kerjanya ke atas sofa, dan melempar jasnya ke dalam keranjang baju kotor, Hito segera melepas pakaiannya dan menuju kamar mandi.
Namun, kejadian yang tidak pernah Hito sangka dan paling ia hindari, terjadi. Langkah kaki Hito terhenti begitu pintu kamar terbuka. Matanya tertegun pada sosok yang sedang bertelanjang di balik kaca partisi buram sisa uap air panas yang keluar dari shower.
Untuk sesaat, Ines sama terkejutnya. Lalu detik berikutnya perempuan itu mengeluarkan hela napas lega. "Aku kira siapa?!" Ines tersenyum. Membawa semua rambutnya yang dilumuri busa ke samping, lalu menggosoknya lembut. "Baru pulang? Do you want to joint?"
Hito menelan ludahnya susah payah. Kepalanya terasa panas dan memusingkan. Napasnya memburu ribut.
"Nggak, makasih," jawab Hito dingin. Kemudian memutar tumit keluar dan membanting kencang pintu kamar mandi.
"Ya ampun....," keluh Hito mencoba tetap bertahan.
Menyandar pada tembok, Hito menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya cukup kuat. Mengatur detak jantungnya yang ribut kembali normal. Juga melemahkan reaksi tubuhnya yang terlanjur tegang saat melihat sesuatu yang mengundang hasratnya, yang begitu menggairahkan.
Pertama-tama, Hito harus mengambil jarak. Sesuatu yang paling dibutuhkannya adalah harus segera menyingkir dari area bahaya.
Seperti mendapat ide super brilian Hito segera beranjak menuju balkon. Membiarkan angin malam menerpa tubuhnya yang bertelanjang dada. Ia melakukan stretching ringan. Memutar pergelangan tangan sambil melakukan loncatan kecil berulang kali.
Otaknya dibuat sibuk memikirkan apa saja, dimulai dari yang paling berat, pekerjaan, orang tua, Auxy dan Zacky, para sahabatnya, lalu Ines.
Hito mengerang. Menjambak rambutnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sesuatu yang malah membuatnya terbayang tubuh Ines dalam balutan tanpa busana. Bagaimana lekuk tubuhnya, tonjolan yang sangat pas pada bagian-bagian tertentu, dan betapa halus kulit itu saat ia merabanya. Semua masih terpatri apik di dalam ingatannya.
"Sialan!" Hito menatap nyalang pada hamparan lampu malam yang lebih rendah dari tempatnya berdiri. Ia merogoh saku celananya, mematik api pada ujung rokok, lalu menghisap. Berharap kandungan nikotin dapat menenangkan juniornya yang terlanjur mengeras.
"Kamu maki aku?"
Tubuh Hito membeku, merasakan pelukan dari belakangnya, terlebih saat merasakan benda kenyal menekan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
Short StorySeason 2 dari Figh For Happiness Sebelumnya, Hito secara terus menerus mendekati Ines, mengajaknya perempuan itu balikan hingga menikah. Namun ketika mereka sepakat kembali berbaikan dan menjalin hubungan yang lebih serius dari sebelumnya, kenapa Hi...