Terlihat Arka tengah mengendap-endap seperti pencuri di dalam rumahnya sendiri, setelah berhasil keluar dari dalam rumah ia segera menuju garasi untuk mengambil motor miliknya, lalu dia mendorong motor itu keluar garansi sengaja tidak menyalaknya mesin motor nya agar orang rumah tidak mendengarnya.
"Aman, anjir lah ni motor berat amat untung sayang gus ama lo, malam ini kita akan bersenang senang"ujarnya pada motor kesayangan nya.
Merasa sudah cukup jauh dari rumah Arka menyalakan mesin motor miliknya melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata menuju area balapan liar di mana ke dua teman nya sudah menungu di sana.
Sesampainya di area balapan ia segera menghampiri kedua temanya yang tengah duduk di atas motornya "gua gak telat kan? Atau balapan nya udah selesai?" tanyanya pada kedua temannya.
"lo gak telat, pas malah balapan nya baru aja mau mulai" jawab Vano.
"Siapa yang turun malam ini?" Tanya Arka
"gua yang turun" jawab Rafi.
"Brati lawan lo malam ini Dion, hadia nya lumayan kalo lo menang malam ini kita pesta" ucpa Arka semanagt
"Lo berdua tenang aja, gua pasti menang" ucap Rafi dengan percaya diri.
Sementara itu di rumahnya, terlihat David tengah duduk di ruang keluarga sedangkan Lydia yang sibuk mondar mandir mencemaskan anaknya yang entah sekarang berada di mana, tadi Lydia tak sengaja melihat kamar Arka yang sedikit terbuka dia berpikir anaknya sudah tidur nyatanya anaknya itu menghilang entah ke mana, David mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas meja lalu menghubungi seseorang.
"Kau sudah menemuakn di mana anak nakal itu?" tanyanya pada orang yang dia hubungi.
"Ya tuan saya sudah menemukan tuan muda, sekarang tuan muda dan kedua temanya berada di area balapan liar" jawab orang di sebrang telfon David.
"Bawa dia pulang" perintahnya
" baik tuan"
"Bagima mas?" tanya Lydia khawatir
"Tenang saja bawahan ku sudah menemukanya, dia akan segera membawanya pulang" jawad David membuat hati Lydia sedikit lebih tenang.
"Ada apa ma, pa?" Tanya Dean yang baru saja dari keluar dapur mengambil minum.
"Arka kabur" jawab David singkat.
"Kemana?"
"Orang suruhan papa bilang adik mu ada di area balapan liar" kali ini Lydia yang menjawab.
"Biar aku saja yang menyeret anak nakal itu pulang pa" ucap dean mengepalkan kedua tangannya menahan emosinya.
"Tidak perlu kita tunggu saja di rumah" ujar David kembali duduk di sofa ruang keluarga melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai.
Sedangkan di area balapan Arka sedang di buat kesal dengan orang suruhan orang tuanya, bagaimana tidak kesal sudah susah setengah mati untuk sampai di sini baru saja ingin menikmati kesenangan nya malah di bubarkan sebelum bertanding.
"Mari pulang tuan muda balapnya sudah selesai" ucap Jarwo pada tuan mudanya.
Mata Arka menatap tajam Jarwo yang berdiri di hadapannya "gua gak mau pulang sebelum menang balapan" jawab ketus Arka.
"Balapan nya sudah selesai tuan muda" ucap Jarwo mengulang ucpanya.
"Ya karena lo yang bubarin mereka jir!" Sungut Arka.
"Mari kita pulang tuan muda, tuan David sudah menunggu anda di rumah"
"Gua gak mau pulang" ujar Arka lalu mendudukkan dirinya di pinggir jalan tidak perduli dengan orang orang di sekitarnya yang tengah menatap dirinya.
"Tuan besar memita saya untuk menyeret anda jika anda menolak" ancam Jarwo
Arka mendongakkan kepalanya"lo itu bodyguard gua harusnya lo nurut sama gua bukan papa gua"
"Tapi saya berkerja dengan tuan besar, mari tuan muda masuk ke dalam mobil apa anda tidak merasa kasihan dengan keuda teman anda tuan muda" ujar Jarwo dengan menunjuk Vano dan Rafi yang sedang di sandra empat orang bepakina sama denganya.
"Lepasin dulu temen gua baru gua ikut lo pulang" tawarnya pada Jarwo.
"Tidak tuan muda anda masuklah dulu ke dalam mobil baru kedua teman anda saya lepas"tolak Jarwo tidak mau tertipu dengan tuan mudanya untuk yang ke sekian kalinya.
"gua itu bos lo kenapa jadi lo yang ngasih perintah gua harusnya kan sebaliknya"
"Jika anda tidak segara masuk ke dalam mobil saya pastikan tuan muda Dean akan segera datang ke mari tuan" ancam Jarwo karna dia tau Arka sedikit takut dengan abangnya di bandingkan David, Dean lebih kejam ketika menghukumnya.
Arka tampak berpikir sejenak akhirnya dia memutuskan untuk ikut dengan Jarwo karna tidak ada pilihan lain dari pada abang nya yang datang menjemputnya bisa jadi nati sampai rumah tinggal nama, dengan sangat terpaksa Arkan melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil dari pada nyawa temannya menjadi taruhannya.
Di rumah Arga dan Dimas, mereka berdua sedang mengerjakan PR yang akan di kumpulkan besok pagi.
"lo gambar batik apa Ga?" tanya Dimas.
"Batik bunga bentar lagi selesai tinggal warnai" jawab Arga.
"Mana gua mau lihat"
"nih" ujar Arga menunjukkan gambar yang baru saja selesai ia gambar "gimana bagus kan batik bunga gua?" Sambungnya
"Guru nyuruh kita buat gambar batik Ga, bukan bunga satu biji begitu" ujar Dimas heran dengan hasil gambar Arga bagai mana tidak dia hanya mengambar satu bunga besar yang memenuhi buku gamarnya.
"Namanya juga batik bunga ya begini udah bener" jawab Arga.
"Ya tapi gak satu biji juga Ga" protes Dimas.
"Ini udah jadi bunga Dim bukan biji lagi mending lo diem deh jangan banyak protes" ujar Arga mulai mewarni bunga yang di gambarnya.
"Terserah lo lah paling besok di suruh gambar ulang lagi"
"Gampang tuker aja punya lo" jawab Arga enteng.
"Ya udah ni tuker kertas kosong punya gua bilang sama guru besok, ini batik belum jadi" ujar Dimas menyodorkan buku gambar miliknya.
"Najis lo ngatain gua, lo lebih parah"
"Ngomong nya jangan keras-keras jir nanti bunda sama ayah denger, lihat udah jam berapa sekarang" tunjuk Dimas pada jam dinding di kamr Arga.
"Baru jam 1 lagian kita tadi udah tidur jadi gak masalah lah" jawab Arga memang benar dirinyalah yang sudah tidur lebih awal tadi.
"Ya gak masalah buat lo yang udah tidur dari jam 19:00 lah gua baru tidur jam sebelas"
"Selesai!....gua udah selesai lihat cantik kan batik bunga mawar merah gua" ucpa Arga dengan bangga.
"Cantik Ga, bunga mawar nya kalau lihat gambar bunga lo langsung pingsang" ujar Dimas.
"Gua udah selesai jadi gua mau lanjut bobok ganteng.... bay bay Dimas duluan ya" ucap Arga segera merebahkan dirinya di atas kasur.
"Gua nyontek gambar dia aja kali ya punya Arga batik bunga kalau punya gua batik daun kan pas ada bunga ada daun lo emang pinter sih Dim gak perlu di ragukan lagi" monolognya membanggakan dirinya sendiri lalu segera memgambar satu daun bersar di buku gambar miliknya.