Satu bulan berlalu.
Setelah di jelaskan panjang kali lingkaran akhirnya Arga sekarang sudah tiga hari tinggal bersama keluarga Ardiansyah.
Pagi ini di awali dengan sarapan bersama di kediaman keluarga Ardiansyah, saat ini Arga duduk di sebelah Dean di depannya ada Arka dan kedua orang tua merek yang duduk di tempat nya masing-masing.
Arga sendiri masih terlihat canggung dengan keluarga barunya dia jadi lebih pendiam hanya akan bicara ketika di tanya jika tidak ya dia akan diam padahal ketika di rumah Dimas dia pecicilan tidak mau diam.
"Adek berangkat sekolah nya abang yang antar ya" suara Dean memecah keheningan di ruang makan setelah selesai sarapan kecuali Arga yang masih belum selesai.
"Gak! Adek berangkat sama aku" sela Arka tidak mau kalah dari abang nya dia juga ingin lebih dekat dengan adik kembarnya lagian dirinya yang lebih berhak atas adik kembarnya.
"Kalian beda arah nanti kamu terlambat" ujar Dean
"Terlambat dikit gak masalah asal bisa sama adek" jawab Arka
"Adek mau kan berangkat sama abang?" Tanya Arka pada adik kembarnya yang belum selesai dengan sarapan nya.
Arga menggelengkan kepalnya tanda menolak ajakan Arka "aku udah janji sama Dimas Ar" jawab Arga setelah menelan makanannya.
"Janji apa?" Tanya Dean
"Berangkat bareng, Dimas mau jemput dia udah jalan ke sini" jawab Arga memang semalam mereka berencana untuk berangkat bersama ke sekolah.
"Kalu gitu abang yang anter kalian berdua ke sekolah" usul Arka pokonya misi mendekati adiknya tidak boleh gagal pagi ini
"Gak kita beda arah nanti kamu telat masuk sekolah nya nanti di hukum gimana?"ucap Arga menatap polos Arka
"Jir adek gua gemes banget sih jadi pengen cubit tu pipi yang mau tumpah" pekiknya dalam hati ingin sekali mengurung adik kembarnya di kamar hanya untuk dirinya saja jika bisa.
Dean yang tak tahan dengan kegemesan adiknya lantas mencuri ciuman di pipi bulat adiknya.
Cup
Satu kecupan dari Dean mendarat di pipi Arga "adek abang lucu banget sih, gak usah sekolah aja ya kita di rumah aja nanti abang temeni main"
Arga menghapus bekas ciuman Dean di pipinya "anjir lah pipi gua gak suci lagi" misuhnya dalam hati menatap Dean dengan tajam tapi bagi Dena itu tidak seram sama sekali malah lucu.
"Iya dek di rumah aja sama mama gak usah sekolah" imbuh Lydia yang sejak tadi hanya tersenyum menyaksikan interaksi anak-anak nya.
"Kalo aku jadi bodoh gimana?"
"Gak papa dek kita kan kaya" balas Arka
"Biar pinter ikut papa ke kantor aja mau?" David ikut men nimbrung
"Permisi tuan maaf mengganggu" ucap bodyguard itu mengalihkan perhatian mereka.
"Ada apa?" Tanya datar David
"Itu taun teman tuan muda Arga sudah ada di depan"
"Dimas udah sampai bilang tunggu bentar ya om aku mau ambil tas dulu" ucap Arga bergegas pergi ke kamar orang tuanya mengambil tas sekolahnya.
"Jangan lari lari sayang" peringat Lydia yang melihat Arga berlari menuju lift
"Aku juga mau berangkat bareng adek"ujar Arka bangkit dari duduknya.
"Jangan macam macam kamu sering bolos awas aja kalo sampai bolos lagi abang bakar tu koleksi motor kmau" ancam Dean memang benar Arka itu sering sekali bolos sekolah dia tidak mau nanti malah adik bungsunya ikut ikutan saudara kembarnya.
"Arga berangkat sekolah dulu ma pa" pamit Arga menyalami mereka tak lupa juga memberikan kecupan di pipi kedua orang tuanya begitu pula dengan mereka.
"Bolos lagi aja ya dek" ucpa sang mama sambil memeluk Arga tidak rela jika harus melepas anaknya walaupun hanya sekolah.
Arga mendongak menatap mamanya karena tinggi nya hanya 140 sedangan Lydia 180 karena dulu sebelum menikah dengan David dirinya berprofesi sebagai model.
"Kan Minggu lalau udah ma satu minggu bolos masa bolos lagi" ucap Arga pura pura sedih padahal sih sia senang senang saja bolos sekolah .
"Ya udah nanti pulang mama yang jemput pulang sekolah" ucap Lydia mencium kedua pipi Arga berkali kali.
"Sudah sayang biarkan Arga sekolah nanti malah terlambat ke sekolahnya" ucpa David tidak mau jika nanti anaknya terlambat ke sekolah dan berakhir di hukum.
"Bay bay ma pa"
"Eh.... tunggu-tunggu" cegah Dean saat Arga ingin berlari keluar
"Kenapa?" Tanya Arga berbalik menghadap Dean
Dean merentangkan kedua tangannya "peluk dulu masa cuma sama mama papa sih abang kan belum'
"Iya abang juga belum" imbuh Arka
"Gak dulu deh bang, Ar lain kali aja" jawab Arga segera berlari keluar rumah menuju mobil Dimas.
"Kasian" ucap Lydia dan David bersama.
Arka mendengus kesal lalu menatap David "kasih orang tua Dimas liburan pa sebulan biar aku bisa dekat sama adek"
"Nanti papa pikirin"
"Jangan di pikirin tapi di lakuin awas aja kalau aku pulang sekolah mereka belum dapet tiket libur aku yang bakal bawa adek liburan kalau gitu" ancam Arka menyambar tas sekolahnya yang ada di kursi lalu melangkah kan kakinya keluar untuk berangkat sekolah juga.
Kini di ruang makan hanya menyisakan ketiga orang dewasa setelah kedua anak itu berangkat ke sekolah masing-masing.
"Ide Arka boleh juga pa" ucap Dean
"Mama juga setuju"
"Nanti aku akan bicarakan pada Angga"
"Kalau begitu aku akan membatu mencarikan tempat yang pas untuk keluarga mereka liburan"sambung Dean lalu membuka ponselnya.
"Berikan yang terbaik untuk mereka dari hotel makan dan juga tempatnya" ucap lydia dia ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang sudah merawat anak nya selam ini, jika saja orang tua angkat Arga masih hidup dia juga ingin mereka tinggal satu rumah bersamanya membesarkan anak nya bersama sama.
"Pasti ma aku akan memberikan yang terbaik jangan khawatir"
"Kalau gitu papa berangkat ke kantor dulu" pamit David lalu mencium kening istrinya.
"Hmm.....hati hati" ucap Lydia mengantarkan suaminya sampai depan pintu keluar.
"Abang gak ke kantor?" Tanya lydia setelah kembali ke dalam rumah melihat anak sulungnya yang duduk santai di ruang keluarga.
"Nanti ma agak siangan" jawab Dean
"Ya sudah mama mau ke dapur dulu mau bikin cemilan buat adek nanti pas jemput dia takutnya lapar kan di jalan pasti macet"
Dean tersenyum pada lydia lalu menganggukkan kepalnya dia bahagia akhirnya rumah ini menjadi ceria lagi terutama mamanya jadi lebih semangat banyak tersenyum setelah kembali nya adik bungsunya Arka juga jadi lebih sering di rumah bahkan sebulan terakhir ini tidak pernah pergi keluar malam lagi dia selalu pulang tepat waktu setelah sekolah begitu juga dengan dirinya dan juga David yang memilih pulang lebih awal untuk makan malam bersam di rumah agar menjadi lebih dekat dengan adik nya.