BAB : 05

350 42 16
                                    

- happy reading -

Kehidupan baru yang Aeli jalani didalam raga Zura perlahan berjalan dengan semestinya, ia bahkan sudah benar benar seperti seorang ibu anak 1 sekaligus istri yang tentunya bersuami 1.

Seperti sekarang, Zura mencepol rambutnya rendah sambil berjalan keluar dari gerbang rumah menuju tukang sayur yang tidak jauh dari sana, dapat Zura lihat gerobak sayur itu sudah di gerumuni ibu ibu komplek perumahan.

Menggunakan daster dibawah lututnya, Zura berhenti didepan gerobak sayur, berdiri tepat disamping ibu ibu yang sedang menggosip sambil memilih dan menawar harga sayur.

"Eh neng Zura, beli sayur juga tah?"

Mendengar pertanyaan dari salah satu ibu ibu disana membuat Zura tersenyum dan mengangguk, malas meladeni sebenarnya.

Hari ini, tepat 2 minggu Aeli berada dalam raga Zura. Bahkan ia sudah sedikit bisa memasak, walaupun kadang salah bumbu, yang harusnya ditambah garam malah kemasukan gula. Begitupun sebaliknya, yang seharusnya ditambah gula malam kemasukan garam.

Ia juga sekarang mengetahui lauk pauk kesukaan mas suami, siapa lagi tidak lain tidak bukan adalah bapak Jean terhormat.

"Pak beli tempe, tahu, sama cabe ya!" titah Zura menunjuk bahan bahan yang ia inginkan.

"Siap neng!" Jawab pak jamal, penjual sayur keliling itu, ia memasukkan satu persatu semua yang tadi ditunjuk Zura kedalam keresek.

Salah satu ibu ibu disana melirik Zura dengan alis cetar membahana nya, ia naikkan keatas sebelah, "kamu udah nikah sama nak Jean udah 1 tahun toh? Kok belum hamil?" Tanyanya pada Zura, sang empu yang ditanyai tau dari nadanya saja terdengar ingin menjulid.

Hadehhhh, pagi pagi gue harus berurusan sama ni emak emak muka manekin. Batin Zura.

Tersenyum manis pada ibu ibu yang bernama Marni, "iya bu, emang nya kenapa kalau saya belum hamil?"

"Tau ih bu Marni, gaboleh gitu. Kita kan sama sama perempuan!" Tegur salah satu ibu ibu, dibenarkan beberapa orang.

Terkekeh sinis, "ya iya kita sama sama perempuan, tapi pada dasarnya kalau gabisa ngasih keturunan mah belum sepenuhnya jadi seorang perempuan dong!" Ujar bu Marni nyolot.

"Menantu saya aja baru nikah 4 bulan udah ngisi, lah kamu? Udah 1 tahun tapi belum hamil juga, kalau kamu jadi menantu saya, bakalan saya suruh anak saya buat ceraiin kamu, toh nambah beban aja!" Lanjutnya. Tak ayal ada beberapa ibu ibu yang meng-iyakan.

Tiba tiba saja semuanya terdiam ketika melihat Zura tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya, ia menghapus air matanya setelah berhenti tertawa, "aduh aduh, Alhamdulillah saya ga jadi menantu ibu ya" beberapa ibu ibu yang tadi menyangkal ucapan bu Marni menahan tawa akibat jawaban dari Zura.

Menggelengkan kepala nya, "haduhhh, sudah deh, saya mau pulang aja, disini panas, udah hari panas, ditambah mulut si paling perempuan nyinyir banget lagi. AKHH TOLONG AC MANA AC PANAS BANGETTTT LOCHHH!" Ujar Zura mengejek Bu Marni dengan tangan mengibas ngibaskan ke wajahnya. Seketika ibu ibu yang tadi menahan tawa pecah seketika.

Bu Marni yang kepalang malu pun bergegas pergi dengan keresek berisikan sayuran ditangannya.

"BU BELUM BAYAR!!!"

"BESOKK!"

"Si paling perempuan doang, beli sayur ngutang!!" Sindir Zura dengan suara dikencangkan. Lagi lagi para ibu ibu tertawa.

Zura mengambil keresek belanjaannya lalu mengeluarkan dua lembar uang seharga lima puluh ribu dan menyerahkannya pada pak Jamal.

"Kebanyakan atuh neng"

Pak Suami [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang