BAB : 04

376 51 25
                                    

- happy reading -

"oh ya, kira kira kapan kalian akan memberikan kami cucu?" Gurau Rania. Saat melihat ekspresi kaget dari kedua anaknya, Rania justru terbahak-bahak.

"Astaga, kenapa wajah kalian seperti itu ahahaha. Mommy hanya bercandaa sayang, kami tidak masalah kalau harus menunggu lama." Ujar Rania menatap Zura dan Jean.

"Dan kalaupun kalian memang tidak bisa mempunyai keturunan, kami berdua tidak masalah, yang terpenting kalian bahagia. Itu saja sudah cukup untuk kami anakku." Sahut Aksa dan diangguki sang istri.

Zura sempat terkejut dengan ucapaan kedua mertuanya, ini sangat jauh melenceng dari perkiraan nya.

Sangat beruntung sekali Zura asli memiliki mertua sebaik mereka. Ya walaupun ia harus menahan sakit hati karna tingkah ketolol-an sang suami.

Menurut penerawangan Zura saat ini, Aksa itu adalah tipe manusia bermuka datar namun memiliki sifat penyayang.

Sedangkan satu lagi, Raina itu adalah tipe manusia yang banyak berbicara, bahkan bisa Zura tebak ibu mertua nya ini hobby menggosip.

Kayaknya seru nih kalo gue ajakin ghibah hihihihi. Batin Zura.

Sejak tadi kenapa hanya mereka saja yang berbicara, bagaimana kabar Jean?

Ah Jangan ditanya, manusia bermuka tembok yang bisa ditebak mewarisi wajah sang Daddy itu hanya diam dan sesekali hanya melirik tanpa ikut berbicara.

"Bagaimana perkembangan perusahaan mu Je?" Tanya Aksa, ia dari tadi terus memperhatikan anak nya karna tidak ikut berbicara sama sekali.

Jean menoleh, "seperti biasa dad."

Mendapat jawaban seperti itu, Aksa sebenarnya tidak puas, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ahhh begitu ya. Oh iya, bagaimana kalau kita main catur diteras rumah sambil minum kopi?" Tawar nya yang langsung diangguki Jean.

Jean berdiri dan meninggalkan Zura begitu saja tanpa berpamitan, lanjut disusul Aksa.

"BIIII BAWAKAN DUA CANGKIR KOPI KEDEPAN YA!!!" teriak Aksa sambil berjalan menuju keluar rumah.

Asisten rumah tangga yang sedang membersihkan hiasan hiasan milik sang pemilik rumah lantas menyahut, "BAIK TUAN!"

Kini hanya tersisa Zura, Raina dan Fae diruang keluarga tersebut. Dengan Zura yang kembali terdiam, Raina yang memperhatikan Zura, dan Fae yang mengunyah biskuit yang tersedia diatas  meja didepan sofa.

Raina terkekeh pelan melihat kecanggungan menantunya, ia menoleh pada cucu kecilnya, "Fae naik keatas ya, ka Key dan ka Kay ada dikamar, kemarin mereka kesini untuk menginap tauuu"

Fae yang sedari tadi memakan biskuit langsung menoleh pada Omanya, "benalkah Oma?" Tanyanya dengan mata berbinar-binar.

Raina lantas terkekeh, tak lupa juga mengangguk. Fae yang melihat itu langsung turun dari sofa dan mengambil boneka pandanya lalu pergi begitu saja naik keatas.

"Key? Kay?" gumam Zura bingung.

"Kamu lupa sayang? Mereka berdua saudara kembar, sepupu suamimu yang paling muda."

Zura membulatkan bibir nya membentuk huruf O. Raina terkekeh geli melihat tingkah Zura. 

"Kamu mau ikut Mommy?" Tanya Raina mencoba mengakrabkan diri dengan menantunya yang berbeda karna Amnesia yang dideritanya.

Kening Zura mengerut dengan mata terarah pada Raina, "kemana Mom?"

"Kebun punya Mommy" Raina beranjak dari duduknya setelah berucap demikian, ia berjalan menuju Zura.

Pak Suami [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang