06|Pelarian

539 110 33
                                    

                        •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                        •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Perasaan Alfred semakin tidak enak karena melihat banyak botol wine, orang-orang asing berbadan besar , wanita-wanita cantik berpakaian ketat. Hatinya gusar ingin sekali segera keluar dari ruangan ini.

"Bingo! Mostwanted sekolah kita udah datang nih." Seru seseorang menarik Galen ketengah-tengah kerumunan.

"Duh! Galen." Lirih Alfred dari jarak cukup jauh. Manik hitam milik Alfred tidak bisa menemukan keberadaan Garvin maupun Brian.

Ditto yang sedang duduk
disalah satu sofa mulai terhuyung-huyung ke arah Galen, "Halo Galen!" Dia menyapa sambil menekan botol wine ke wajah Galen.

"Persetan, dasar penipu!" Galen mengutuk, merasa dia sudah tahu situasi apa yang mereka hadapi.

Mendengar hal itu, Ditto refleks menjambak rambut Galen, membuat sipemuda meringis.

"Galen, Galen! Makanya jadi orang tuh jangan bego! Kalau udah tahu situasinya bakal kayak gini ngapain pakek dateng segala?"

Galen mendecih merasah sangat kesal karena Ditto hanya memperdaya mereka dan memanfaatkan uang mereka untuk hal-hal seperti ini. Sialan sebenarnya apa yang diinginkan Ditto? Dendam terselubung? Tetapi tidak mungkin apalagi masalah mereka sudah clear sejak lama atau memang Ditto suka sekali menipu dengan dalih mengajak liburan.

"Lo itu lebih bajingan dari bajingan!"

Ditto mentertawakan umpatan Galen dan berkata, "Hai girl, sini dong. Ada mangsa baru nih."

"Lepasin gue bangsat!" Galen memberontak, meronta-ronta gila meminta dilepaskan namun kekuatannya kalah besar dengan orang-orang asing berbadan besar.

"Pengangin-pengangin! Kita ambil fotonya nih." Seseorang sedikit menjauh dengan memegang sebuah kamera mengarah pada Galen yang sedang didekati para wanita serta botol wine dipegang mereka.

Cekrek!

"Gocha! Gimana kalau ini viral di sosmed, mostwanted sekolah kita lagi minum-minum bareng perempuan."

"Image lo bakal hancur hahaha!"

"Hahaha!!"

Sudut bibir Ditto terangkat, sorot mata meremehkan tertuju pada Galen, "Cemen banget sih lo Len, kayak gini mau jadi Atlet basket? Mimpi lo! Urusin dulu asma lo dasar penyakitan." Ejek Ditto.

"Cuih!" Galen meludahi Ditto tepat diwajahnya, melihat itu semua orang disana menjadi terdiam.

Ditto mengepalkan tangan, siap melayangkan pukulan kearah wajah Galen namun terhenti ketika sesuatu menghantam wajahnya telak.

PLAK.....

Alfred sang pelaku yang melemparkan Handphone yang tergelatak diatas meja kearah wajah Ditto, melihat semua sedang lengah langsung saja Alfred menarik Galen untuk berlari keluar.

"Lari, Len. Lari!"

"Sialan kejar, habisin mereka!"

Kedua pemuda itu berlari tak tentu arah, intinya menjauh dahulu karena orang-orang suruhan Ditto juga ikut mengejar.

Galen memberhentikan langkah, nafasnya mulai tak beraturan, peluh  membanjiri pelipis sebelum kemudian tubuh jangkung Galen sedikit terhuyung.

"Masuk lift!" Alfred susah payah memapah Galen untuk memasuki lift tetapi pintu lift tertahan ketika orang asing berbadan besar menahanya.

"Mau kemana kalian bocah tengik!" Salah satu dari mereka menarik tangan Alfred segera mungkin Alfred berteriak kepada Galen.

"Len cepet teken tombolnya!" Galen terbatuk-batuk dengan sedikit merangkak bersusah payah ia menekan tombol secara asal.

Terlihat pintu lift akan tertutup namun Alfred masih berusaha menahan Orang-orang suruhan Ditto itu.

"Alfred..."

Galen menyandarkan punggungnya, mengatur nafas secara perlahan, tubuhnya bergetar menahan rasa sesak. Ketika pintu lift terbuka lebar Galen berjalan bersusah payah.

Ia menganalisis sekeliling, tidak tau dilantai berapa dia sekarang.

"Uhukk Uhuk! Ugh!"

Disisi lain Alfred masih bertarung melawan komplotan Ditto, ia terus melayangkan pukulan, tendangan juga tangkisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain Alfred masih bertarung melawan komplotan Ditto, ia terus melayangkan pukulan, tendangan juga tangkisan. Tidak ahli bela diri tetapi dia masih bisa menangkis beberapa pukulan walau diakhir dengan dirinya yang dirugikan.

"Sialan kenapa nggak tumbang-tumbang sih bangsat!"

Salah satu dari mereka menendang punggung Alfred yang membuat pemuda itu membentur tembok cukup keras setelah itu ia berniat melayangkan tinju ke arah Alfred namun Alfred secara refleks berhasil menghindarinya meski jaraknya hanya beberapa senti dari pukulan ke wajahnya.


"Woi! Itu bahaya lho!"

Seakan tidak berhenti disitu orang tersebut melihat Alfred sedikit lengah, segera tangannya terulur mengambil tongkat baseball, dilayangkan mengenai kepala Alfred.

"Ugh! Sakit!" Ringisnya, terduduk lemas disusul cairan berwarna merah mengalir deras dari kepala.

Padangannya kabur, tubuh bergetar hebat ketika ia memaksa dirinya tetap sadar dan berdiri.

Alfred melirik orang tersebut, merasa jika lawan membuka celah secara cepat walaupun berkali-kali menahan sakit dirinya mengambilnya botol wine dan melemparkan tepat dikepala lawan.

PRANG!

"Mampus juga kan lo!" Teriak Alfred ketika merasa seranganya berhasil.

Mengenai botol wine yang diambilnya tadi, adalah botol milik salah satu orang asing berbadan besar tersebut karena Alfred sebelumnya sempat melihat mereka membawanya.

Bertarung sambil mabuk? Ah! Sungguh gila.

Setelah melihat komplotan Ditto sudah ia habiskan semua meski hanya sementara, Alfred mulai berjalan sedikit sempoyongan dan berkali-kali ingin terjatuh, cairan merah terus menetes meninggalkan jejak. Ia meringis menahan sakit.

"Ugh! Sssssh.." Disela-sela rasa sakit Alfred masih memikirkan kondisi sahabat karibnya, Galen. Juga dua orang itu, Brian dan Garvin yang sama tidak terlihat sejak awal mula kejadian ini dimulai.

Kemana sebenarnya mereka?

Sedang sibuk-sibuknya memikir keras Alfred dibuat memekik kencang ketika seongok tubuh seseorang terlempar dihadapannya.

"B-Brian?"

Two brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang