04|Kesepakatan

653 115 29
                                    

                     •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                     •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Waktu berputar cepat, bulan sudah berganti nama. Sejak pasca sipemuda beriris coklat, Galen. Memasuki rumah sakit, dia sudah jarang kembali kambuh dan mungkin saja Galen beristirahat sementara dari dunia bola basket.

"Berisik banget si lo Len! Nggak tau gue lagi mabar game hah?" Teriakan melengking Garvin terdengar kencang, menggema di setiap ujung Mansion. Iris hitamnya menyorotkan kekesalan mendalam yang disebabkan karena Galen yang sedari tadi terus saja memantul-mantulkan bola basket didinding.

"Dasar maniak Basket, sialan!"

Secara mendadak sebuah bola basket melayang dari atas, manik hitam pekat Garvin terkejut bukan main , segera mungkin berusaha menghindar.

Bola basketnya tertangkap tetapi bukan oleh Garvin, Robertlah sang bluter yang kebetulan lewat dan secara refleks berhasil menangkapnya.

"Apakah tuan muda tidak apa apa?" Tanya Robert pada Garvin.

Garvin menatap sedikit ngeri, masih syok dengan apa yang baru saja terjadi, "Nggak papa." Wajah Garvin mendongak keatas, iris hitam beradu dengan iri coklat Galen. Memancarkan sorotan kekesalan disana yang dibalas tatapan setajam silet milik Galen.

"Bocah sinting! Kalau itu kena kepala gue gimana sialan!" Umpat Garvin sembari ancang-ancang untuk membalas perilaku Galen.

"Kalau nggak mau berisik! Mending lo keluar deh. Congor lo tuh bacot banget, Vin."

"Ehem! Tuan muda."

"Kenapa harus gue? Harusnya elo dong! Dasar kuker, maniak Basket. Sekali nggak main aja udah kayak kebakaran jenggot!"

"Maaf, Tuan muda!" Garvin sedikit tersentak mendengar panggilan Robert.

Sang bluter membukukan tubuhnya, "Maaf Tuan muda bukannya mau membentak tetapi Tuan besar sedang bekerja diruangan dan mungkin akan sangat terganggu jika ada keributan seperti ini." Robert menjelaskan secara lembut.

Garvin mengaruk tengkuknya, baru ingat jika Ellard berada dirumah hari ini, "Huh! Aku lupa, maaf." Ia merasa malu karena menimbulkan keributan ditengah kesibukan Ellard juga para Maid yang sedari tadi sedang membersihkan Mansion serta keperluan lainnya.

"Tidak masalah Tuan muda. Saya permisi." Sepeninggalan Robert, manik Garvin kembali bergulir terarahkan keatas terlihat Galen menjulurkan lidahnya seperti bunglon seolah-olah mengejeknya.

Tak mau menanggapi, Garvin kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tetapi sebelum kemudian suara bel berbunyi membuat ia penasaran siapa yang datang pagi-pagi.

"Siapa yang membukakan pintu?" Tanya Garvin pada salah satu Maid.

"Nyonya besar, Tuan." Jawab Maid tersebut lalu kembali permisi melanjutkan perkerjaan.

Sedangkan disisi lain, dipintu utama yang menjulang tinggi dengan corak coklat yang menghiasi. Terlihat sosok Felicianne bersama dua orang pemuda tak lain adalah Brian dan Alfred.

"Halo Tante!" Sapa mereka berdua.

Felicianne tertawa, sudah lama sekali tidak melihat wajah mereka.

"Yaampun, kalian berdua. Gemas banget deh, sini! Sini! Tante kangen loh." Felicianne mengusak rambut mereka berdua sembari merengkuh penuh hangat.

"Ada perlu apa? Nyari Galen atau Garvin?"

Brian tertawa kecil, "Nyari dua-duanya Tante."

"Yaudah, ayok sini masuk! Sekalian Tante mau nanya kabar soal Tania ya Alfred." Ujar Felicianne diangguki oleh Alfred.

"Iya Tante."

Mereka memasuki Mansion dan secara bersamaan melihat Garvin bertengkar dengan Galen diikuti para Maid yang berusaha keras menghindar agar tidak terkena sasaran empuk mereka berdua.

"Bangsat lo Galen!" Umpat Garvin bersuara lantang, masih belum menyadari keberadaan Felicianne, Brian dan Alfred.

"Dasar bocah sialan! Bantalnya kena muka gue, kampret." Teriak Galen memekakkan telinga.

Secara mendadak sebuah bantal meluncur bebas namun beruntung karena Brian secara sigap langsung menangkap, jika tidak mungkin sudah terkena wajah Felicianne.

"Cukup! Galen, Garvin!" Bentak Felicianne berhasil menghentikan aksi perang-perangan mereka berdua.

"Turun kamu Galen!" Mendengar perintah langsung saja Galen menarik kaki jenjangnya, menghampiri.

Disisi lain Brian dan Alfred dibelakang tubuh Felicianne, menjulurkan lidah mengejek dua pemuda tersebut.

Setelah persidangan mendadak yang dilakukan Felicianne kini keempat pemuda berwajah rupawan berada diruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah persidangan mendadak yang dilakukan Felicianne kini keempat pemuda berwajah rupawan berada diruang tamu. Terlihat sekali raut serius diantara mereka.

"Jadi gimana? Kapan lagi kan liburan?" Alfred bertanya untuk memastikan.

"Kak Ditto juga ikut kok, dia nanti jadi pembina kita disana."

Mendegar nama Ditto, Galen menjadi sedikit ragu pasalnya anak itu terkenal sekali disekolah karena perilakunya yang berandalan, rumor juga mengatakan jika dia adalah bajingan brengsek yang berani memukul para guru tetapi anehnya dia diangkat menjadi ketua Osis tahun lalu.

Mengenai Alfred, setelah dia mengetahui kalau tiga sahabat karibnya bersekolah ditempat yang sama, pemuda tersebut juga secara antusias langsung mendaftar dan berhasil lolos karena pengalaman akademiknya di Amerika serikat.

"Kak Ditto? Serius?" Ragu Galen sembari mengaruk tengkuknya.

"Kenapa?" Brian menatap Galen, "Takut kalau dia ngajak berantem lagi?" Tanya Brian, karena jika diingat-ingat Ditto pernah jual beli pukulan dengan Galen hanya karena Ditto merasa tersaingi oleh Galen dalam bermain bola basket sebelum setelahnya dia memutuskan untuk keluar dari tim.

"Bukan itu tapi sekolah bakal ikut berpartisipasi?" Galen bertanya dan mendapat gelengan dari Brian dan Alfred.

"Nggak! Sekolah nggak tahu apa-apa tentang ini, murid-murid aja yang ngerencanain dan gue karena ngerasa tertarik jadi langsung daftar sekalian nama kalian." Jelas Alfred sembari mengaruk pipi, tertawa canggung.

"Lo denger ini dari mana sebenernya sih, Al?"

Mendengar pertanyaan Brian, Alfred membuka mulut untuk menyahut, "Kak Ditto. Dia nawarin gue."

"Jadi gimana? Ikut atau nggak? Kalau nggak gue bakal bilang dan narik dananya lagi karena gue udah talangin kalian duluan." Ujar Alfred sekaligus bertanya meminta kepastian.

"Gue ikut, tapi kalau Galen sih bodo amat. Dia juga bakal nyusahin kalau ikut." Sindir Garvin terus terang langsung saja mendapat delikkan tajam Galen.

"Sialan lo! Gue ikut." Ucap Galen walupun sedikit ragu namun karena kesal dan ingin membuktikan jika ia tidak menyusahkan.

"Gue juga."

"Oke deal!"

Two brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang