ARVASAL 4

539 18 10
                                    

You're waiting for me baby?





03 Maret 2023
______

You're waiting for me baby? •••••03 Maret 2023______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panas dingin menjadi satu bagi Salsa kali ini. Baru pertama kalinya ia ikut meeting dengan Lio karena bosan dirumah dan kuliah juga sedang libur.

Pengalaman pertama yang akan selalu ia ingat kali ini, karena soal kerjaan kantor Salsa tidak pernah paham sama sekali, mempelajarinya saja malas bagi Salsa.

Karena merasakan bosan duduk di sendiri di meja samping sang papi meeting, Salsa beranjak pergi untuk melihat-lihat suasana restoran mahal dan mewah ini. Desainnya cukup unik bagi Salsa, seperti jaman kuno tapi bercampur Chinese.

Bruk

Tanpa Salsa sadari, ia tidak sengaja menabrak seseorang wanita paruh baya. Dengan cepatnya juga Salsa mengambil tas yang terjatuh dengan panik.

“Aaaaa, maaf maaf Salsa gak sengaja, aduh gimana ini. Maaf Tante maafin Salsa ya.” Ujar Salsa panik sampai gemetar.

Wanita ini menatap Salsa dengan baik, padahal tidak papa baginya namun gadis ini malah terlihat amat panik.

“Yaampun nak, gak papa loh. Sampai gematar gini sih badannya.” Ucap wanita ini memegang lengan Salsa.

“Badan Tante sakit gak? Mau kerumah sakit aja? Salsa panggil papi dulu ya biar anter tan— ”

“Hey tenang dulu, Tante gak papa cantik. Lihat sendiri sama kamu, kan tadi gak sengaja kesenggol jadi tasnya aja yang jatuh. Udah atuh jangan panik.” Ucap wanita ini berusaha menenangkan Salsa.

Salsa mengangguk dengan rasa takutnya, baru pertamakali ia merasakan seperti ini. Padahal kalau menyenggol orang ia selalu marah-marah, tapi kali ini malah takutnya minta ampun, mungkin karena yang datang kesini orang kaya semua kali ya.

“Nama kamu Salsa? Soalnya dari tadi kamu sebut nama itu terus.” Tanyanya diangguki Salsa.

“Iya Tante, nama aku Salsabila Adjie.” Ucap Salsa kembali memperkenalkan diri.

“Aaa ini yang namanya Salsa toh, anaknya pak Lio kan?” Serunya.

Salsa mengangguk kecil. “Iya, Tante mau aduin kejadian tadi ya?”

“Enggak dong, orang kecelakaan kecil doang kok. Kebetulan suami Tante lagi meeting sama papa kamu.” Ucap Mira Akira Adhiwijaya. Tak lain adalah ibu dari Aravan.

“Tapi kalau mau diaduin juga gak papa Tante, papi gak bakalan nolak kalau soal ganti rugi.” Ujar Salsa seperti sombong.

Mira terkekeh kecil. “Harga tas Tante bisa buat mahar kamu kalau mau nikah sama anak Tante.”

Salsa mengeleng dengan cepat. “Gak mau, hati Salsa Cuma buat Aravan wisma Adiwijaya aja, gak mau yang lain.”

“Dia anak Tante.” Satu ucapan ini mampu membuat Salsa diam.

Salsa menatap Mira dari atas sampai bawah. Wajahnya terlihat jelas sedang panik kali ini, tanpa membalas apapun ucapan Mira tadi Salsa langsung pergi saja meninggalkan Mira tanpa pamit.

Hatinya berdebar kencang, bertemu dengan mertua tapi sikapnya seperti tadi apakah bisa menjadi menantu keluarga Adhiwijaya nanti? Ah, tidak bisa Salsa bayangkan.

Salsa melihat meeting papinya selesai langsung saja ia hampiri, benar-benar tidak peduli dengan keadaan dirinya langsung memeluk papinya dengan cepat.

“Kenapa ini? Kok gemetar badannya? Salsa kenspa sayang, ayo cerita sama papi.” Ucap Lio panik saat anaknya memeluknya dengan gemetar.

“S—salsa gak sengaja nabrak mamanya Arvan papi, takut banget gak jadi menantu idaman. Gimana ini hiks....” Ucap Salsa diakhir dengan menangis.

Lio mendesah kecil, dirinya dikira Salsa sakit eh taunya malah masalah dengan calon mertua. Padahal pak Gunawan ada di depan mereka, Salsa tidak tau malu.

“Istri saya baik, dia tau mana menantu yang baik dan tidak. Jangan khawatir, dia yang akan memilih istri untuk anak semata wayangnya.” Ujar pak Gunawan mengambil kopinya.

“Mama suka sama Salsa pa.” Ucapan itu membuat mereka semua menoleh.

Mira datang dengan senyumannya, dengan sopan wanita ini duduk di samping suaminya lalu menatap Salsa yang masih sesenggukan, ahh lucunya. Mira suka itu.

“Dia lucu, gadis yang lucu pas buat anak kita. Kalau mama lihat-lihat jiwa rumah tangga sudah melekat di dirinya, pas sekali buat Arvan.” Ucap Mira yang menilai Salsa.

“Kalau mama suka papa juga suka, kita bisa jodohkan Salsa dengan Arvan sekarang juga.”

Bruk

“SALSA!” Lio berteriak saat melihat anaknya terjatuh pingsan.

Bodohnya seorang Salsa adalah jatuh pingsan ke kiri bukan ke kanan yang aman untuk ia jatuh. Saat jatuh ke kiri alhasil kan jadi mengenai pinggiran meja, jadi keningnya sedikit luka dan mengeluarkan darah.

Lio tidak memperdulikan kedua pasangan ini dan langsung membawa putrinya ke rumah sakit. Padahal hanya luka kecil tapi menurutnya itu besar.

Tidak memakan waktu lama juga, mobil Lio berhenti depan UGD, ia meminta satpam yang berjaga untuk memindahkan mobilnya dan dirinya langsung masuk ke UGD.

“Tolong, kening anak saya luka, dia pingsan juga.” Ucap Lio tergesa-gesa.

“Baik pak, kami akan memeriksa keadaan anaknya terlebih dahulu.” Ujar Suster tersebut.

Lio menatap Salsa yang tengah di periksa dari tensi dan suhu. Keadaannya normal semua jadi Suster tersebut langsung mengobati luka di kening salsa.

“Sudah selesai pak, anaknya boleh pulang sesaat sadar nanti, saya permisi ya, mari.” Ucap pamit suster tersebut.

•••


Seminggu dari kejadian itu, Salsa mendadak jadi anak yang benar-benar baik. Seolah ucapan Mira itu adalah motivasi untuknya, ah bisa saja namanya Arvan bilang dirinya ini lucu.

“Lo kenapa sih Sal, senyam-senyum sendiri. Beneran jadi gila?” tanya Casey sedikit memukul pipi Salsa.

“Ishh apaan sih kalian, gue tuh lagi senang aja. Soalnya udah masuk kriteria menantu idaman keluarga Adhiwijaya.” Ujar Salsa memekik kesenangan.

Casey dan Cattleya saling menatap, tak lama mereka tertawa terbahak-bahak. Salsa yang mendengar kedua sahabatnya tertawa langsung mendengus kesal.

“Mimpi apaan semalem Sal? Cewek kek lo gini bisa jadi menantu idaman keluarga Arvan? Mertua mana yang mau punya menantu nakal kek lo.” Ucap Cattleya benar-benar membuat hati Salsa sakit.

“Kok kesannya lo ngehina gue ya? Gak suka kalau gue jadi menantu idaman keluarga Adhiwijaya? Inget Ley, orang tua Jergas masih di bawah keluarga Arvan!” ucap Salsa ketus langsung meninggalkan kedua sahabatnya.

Salsa pergi tanpa arah, entah kemana tujuannya yang paling penting tidak melihat kedua sahabatnya itu dulu. Sakit hati sekali Salsa dengan ucapan Cattleya tadi.

Tujuannya berhenti di taman dekat kampusnya, ia duduk dekat pohon besar. Ingin sekali mengeluarkan rokok tapi rokok miliknya tadi pagi di ambil Marka kembali, jadi ia duduk saja sambil menangis.

“Mami, kok ada ya orang yang jahat sama Salsa. Salsa kan baik, Salsa selalu halu jadi menantu mama Arvan di bilang gila sama sahabat sendiri hiks.....”

“Salsa benar-benar jaga hati buat Arvan, Salsa gak pernah mau terima cinta-cinta cowok di luaran sana mami. Hiks, mereka jahat.”

“Gue gak jahat.”

Salsa menoleh, bukannya diam malah nambah lagi. Tangannya merentang meminta di peluk. Marka langsung saja memeluk tubuh kecil ini.

“Jangan nangis mulu, gue pernah bilang kan? Kalau lo cengeng Arvan gak suka. Dia suka sama cewek yang tegar bukan cengeng.”

“T—tapi omongan Leya tadi bikin Salsa sakit hati Marka hiks....”

“Anggap aja babi yang ngomong. Lagian lo kok sekarang sensitif amat, lo gak hamil kan?”

Buk

Salsa sontak memukul punggung Marka dengan kesal, bisa-bisanya pria ini berpikiran kesana tentang dirinya.

“Apaan sih, gue kan belum nganu sama Arvan, mana bisa hamil lah.”

“Takutnya kan udah, bisa aja kalian diem-diem nganu gitu, hahahaha.” Ujar Marka puas menjahili Salsa.

Salsa mencibir kesal, tapi kalau kenyataan benar itu benar-benar membuat dirinya senang. Ah jadi membayangkan mempunyai anak dari Arvan.

“Hus, ngebayangin apaan lo?!” ucap Marka sedikit memukul lengan Salsa.

“Ngebayangin punya anak sama Arvan. Gimana ya hasilnya, gue kan cantik terus Arvan ganteng, jadi pangeran kodok pastinya nanti.” Seru Salsa berbicara seusai bayangannya.

“Kasian amat anak lo nanti jadi kodok sendiri sedangkan orangtuanya manusia.” Ujar sedih Marka.

“Ihhh bukan gitu anjing, maksudnya tuh ketampanannya seperti pangeran kodok.” Kesal Salsa melepas paksa pelukannya.

“Sini sini cium, biasanya lo kalau habis nangis demen gue cium.” Ucap Marka kembali menarik Salsa namun ia tolak.

“Gak mau, lo jelek!” ujarnya langsung pergi begitu saja.

Marka terkekeh kecil dengan tingkah Salsa tadi, ah rasanya tidak tega melepaskan gadis lucunya itu pada Arvan. Ia takut sepupunya sering sedih jika memiliki suami tembok berjalan.

Tanpa mereka sadari juga, Arvan sedari tadi diam tak jauh dari mereka berbicara. Tampak seperti biasa aja mukanya, gak ada ekspresi wajah yang sedih atau kasian. Harap di maklumi saja, karena Arvan pintar untuk menyembunyikan semuanya di dirinya sendiri.

_____

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARVASAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang