Chapter 6: Meeting Her

242 53 2
                                    

A/N.

Hey, everyone long time no see, everything's been out of hands lately hehe. I highly suggest you to re-read previous chapter before stumbling to this chapter. I realize that it's more than a month since my latest upload and probably you forgot what's this book about (because I did 😭).

As apologize I double updated and gave you some ... surprise scene. I will continue to try weekly upload again whatever the amount of votes for this book. It just gojohime are always on my vision :') 

Okaay, enough monologuing. Enjoy reading.

Satoru sekali lagi mematut diri di depan kaca, memastikan penampilan kasualnya sudah rapi dan menarik dipandang sebelum keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satoru sekali lagi mematut diri di depan kaca, memastikan penampilan kasualnya sudah rapi dan menarik dipandang sebelum keluar. Hoodie abu dibalut jaket hitam dan jeans denim melekat dengan pas di tubuh jangkungnya, dilengkapi sneaker edisi Air Max putih bercorak khaki. Laki-laki itu meraih ponsel untuk memastikan waktu janji temunya dengan Utahime yang masih tersisa sekitar dua jam lagi.

"Gila," gumamnya pada diri sendiri. "Ini bahkan bukan kencan, tapi kau bersiap sebegininya?"

Laki-laki itu merasa dadanya berdebar ketika terbersit ingatan tentang gadis itu yang membuatnya sulit tidur semalaman. Bahkan dengan segala hal yang belum pasti tentang alasan gadis itu menyembunyikan nama keluarganya, Satoru tidak bisa mencegah diri untuk merasa antusias. 

Tidak masalah, ia menenangkan diri sendiri. Entah kenapa, laki-laki itu ingin mendengar terlebih dulu apa yang akan dikatakan oleh Utahime sebelum nantinya memutuskan sesuatu. Entah kenapa, ia bahkan sekarang cenderung tak peduli dengan alasan yang akan dilontarkan gadis itu. Seolah hanya dengan melihat wajah Utahime akan memberinya jawaban untuk bertindak.

Utahime memang sudah bilang melalui iMessage-nya bahwa gadis itu tidak ingin mereka bertemu di ruang klub Ikebana. Namun, ternyata tempat yang diinginkan oleh gadis itu juga berjarak tidak begitu jauh dari kampus dan dapat ditempuh hanya sepuluh menit berjalan kaki. Dua jam lebih dari cukup untuk sekadar dua puluh menit perjalanan dari apartemennya ke kampus. Terlebih, tempat itu merupakan tempat yang sangat familiar bagi Satoru.

____

"Yo, Satoru!" 

Suara berat yang maskulin menyapa telinga Satoru sesaat setelah laki-laki itu membuka pintu kafe yang menyebabkan denting lonceng berbunyi. Suguru Geto, temannya sejak SMA sekaligus putra dari pemilik kafe, menyapa dari balik etalase dengan apron melekat di tubuh pria yang tidak kalah tinggi itu. 

"Oh, kau sedang di sini rupanya," Satoru menghela napas, membuat Suguru menaikkan sebelah alis. 

"Ada apa dengan ekspresi itu? Kau tahu kan, ujian pertengahan semester baru saja beres. Tidak ada yang akan mengganggu waktu kehadiranku di kafe."

Suguru yang banyak berbicara seperti biasa.

Satoru pura-pura mencibir. "Yah, kau benar." Suguru memang sering menghabiskan waktu luang di kafe milik ibunya sebagai barista sekaligus pengelola operasional di sana. Hanya saja, laki-laki berambut panjang yang dicepol itu akan melihat interaksinya dengan Utahime hari itu. Interaksi yang mungkin ... akan sedikit memalukan baginya untuk menunjukkan ekspresi yang jarang ia tampilkan.

Bewitched by My Rival's Sister ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang