future

68 8 2
                                    

Hello!

Seperti yang aku bilang sebelumnya, di part ini aku cuma mau jelasin beberapa pertanyaan yang mungkin muncul dari para readers. Misalnya, kapan Eju jatuh cinta sama Melda? Kenapa Eju tiba-tiba ada di SD?

Dan yang lainnya.

So enjoy~

-

Eju's POV

Lihat, gue kayak orang bego saat ini.

Duduk diem dengerin omongan cewek dengan teliti yang padahal gue sama sekali gak kenal. Dia siapa? Anak darimana? Kenapa tiba-tiba ngajak ketemu? Ya dia gak jelas banget.

Siapa namanya tadi?

Ai.

Dia bilang kalau dia ini sahabat baiknya Melda. Nah, apa urusannya Melda sama gue? Oke Melda temen SD gue, tapi apa masalahnya gue sama hati Melda?

"Jadi please jangan bilang lo sama sekali gak tau tentang perasaan Melda?" tanyanya.

"Uhuk..Uhuk.."

Apa-apaan nih cewek, nanya hal yang privasi begini.

Dia menghela nafas kasar, "Oke gue simpulin lo gatau apa-apa,"

Gue tau.

Sebenernya gue udah tau perasaan Melda ke gue. Siapa sih cowok yang gak sadar ada cewek yang suka sama dia? Gue? Awalnya sih iya.

"Kemaren lo ketemu Melda di kereta, ini kali pertama gue berani nyuri nomer lo dan ngajak ketemu. Gue tau gak seharusnya gue yang bilang. Tapi..." ucapannya terhenti karena ucapan gue yang memotongnya.

Cerewet.

Sejenis sama Melda.

"Melda suka sama gue?" ujar gue yakin.

Dia menggeleng.

Hah?

Jadi?

"Melda bukan cuma suka, tapi bener-bener cinta sama lo. 15 tahun dan.." Dia berhenti tapi bukan karena ucapan gue yang memotong.

Ini udah diluar batas dan gue pengen tau. Tapi, gengsi.

"Dan apa?"

Melda melihat gue dengan tajam.

"Dan apa lo gak akan pernah punya rasa yang sama ke dia?"

Deg...

Jangan dipikir cuma cewek yang bisa deg-deg an. Nyatanya, saat ini gue juga.

Siapa sih nih cewek? Kepo amat.

Tapi, kayaknya dia bener-bener peduli sama Melda. Jadi, apa salahnya gue jelasin perasaan gue.

"Gue tau Melda suka sama gue pas gak sengaja minjem handphone Suci dan liat percakapan dia sama Melda. Percakapannya udah lama banget. Disitu, gue diem karena gue gatau harus bilang apa. Gue ngerasa bersalah karena curhat sama dia tentang orang yang gue suka. Yakin gak yakin, dia pasti sakit hati. Awalnya gue ngira dia udah gak punya perasaan itu. Kelas tiga dia gak ada kabar sama sekali. Eh, tiba-tiba lo, dia sama gebetannya Tara dateng ke festival. Gue kira dia cuma iseng pengen nonton aja, tapi setiap kali gue liat dia pasti dia langsung buang muka. Dan, terakhir gue lewat disebelah dia dan muka lo kocak banget, pertanda lo tau tentang perasaan Melda." Ujar gue menjelaskan.

Ini kalimat panjang yang gue keluarin hari ini.

"Dan, lo menyimpulkan kalo Melda masih suka sama lo?" tanya cewek didepan gue ini sambik menyeruput jus alpukatnya.

"Dan, gue menyimpulkan kalo gue jatuh cinta sama dia."

"Kenapa bisa lo nyimpulin gitu?"

"Karena pas saat itu, gue ngerasa pengen banget ngobrol sama dia tapi gak bisa,"

"Hell. Itu namanya kangen. Siapa tau kangen ke temen,"

"Sayangnya, gue tau kangen ke temen itu kayak gimana. Tapi pas liat dia, gue gak tau kenapa. Pokoknya kangen aja,"

"Dan?"

"Sampe rumah, rasanya mau ketemu lagi. Lama-lama gue sadar, gue kangen, pengen ketemu, pengen nge-chat. Tapi, ya gitu. Gengsi."

"Payah lo! Cowok tapi gede gengsi."

-

7 Mei 2008


Dia gak dateng.

Dan, gue dapet kabar dari Ai kalo Melda pergi gitu aja.

Salah gue apa?


Salah gue ya kalo gue nganterin Riska fitting baju?

Salah gue ya kalo gue nyobain jas pasangan gaun pernikahannya Riska?


Oke, gue salah.

Yang paling salahnya lagi adalah gue nyaranin Riska fitting baju ditempat Hafidz. Iya salah banget.


Dan sekarang, gue kehilangan dia lagi.


-


Gue tau ini aneh.

Tapi coba liat cewek didepan gue saat ini.

Gaun putih panjangnya berterbangan kemana-mana.


"Melda." panggil gue.


Yang dipanggil menoleh dengan senyumnya.

"Apa sih? Aku tau kamu gak bisa balap aku kan?"


Lihat. Kepedeannya masih gak pernah berubah.


"Iya aku emang gabisa balap kamu. Kamu goesnya cepet banget. Pake nos."


Aku dapat melihat tawa kecilnya.


"Melda! Kamu istri aku kan?" tanyaku sedikit berteriak.


Dia hanya menjawab dengan anggukan.


"Dimana-mana istri itu disebelah suami."


Gue gak gombal.

Itu bener kan?


Melda tersenyum lagi dan memperlambat goesan sepedanya.


Tanganku terjulur mengusap rambutnya pelan saat sepedanya sudah berada disamping sepedaku. Berjalan lambat.


Aku Mencintaimu.

Seterlambat apapun, aku tetap mencintaimu.

BicycleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang