07

3.1K 222 10
                                    

.

.

"Kumohon, mendesahlah untukku, Hyuuga."

Hinata membelalak. Dengan cepat dan kasar, ia menyentakkan diri, keluar dari pelukan Sasuke. Hinata berdiri agak jauh dari Sasuke. Matanya membola kaget. Di depannya Sasuke masih duduk di atas kursi kerja. Laki-laki itu terlihat hendak bangun tapi tak jadi. Kuat-kuat Sasuke mengepalkan tangannya untuk menahan diri.

"Si-sinting!" maki Hinata akhirnya. "Kenapa kau sangat terobsesi padaku, Tuan?" Sasuke mendongak takut-takut. Benar, mengapa ia bisa begitu terobsesi pada Hinata? "Tidak tahu." Sasuke menjawab lemah. "Aku juga tidak mengerti. Kenapa bisa aku hanya terangsang kalau mengingatmu? Kenapa, Hyuuga?"

Hinata mengernyit bingung. Kan ia yang bertanya. "Apa maksud semua ini? Apa kau mengincarku dengan membeli lingerie-lingerie itu? Apa kau tahu sejak awal kalau aku model lingerie makanya kau pikir aku akan mudah?" Hinata menumpahkan semua pikiran-pikiran yang mengganggu kepalanya sejak kemarin. Salah satu penyesalannya adalah membantu Ino. Kini ia jadi ketakutan sendiri jika rahasianya terbongkar. Apalagi kalau sampai diketahui oleh kakaknya.

"Tidak. Aku hanya kebetulan membeli lingerie yang kau modeli. Kebetulan bertemu denganmu. Dan kebetulan mengetahui identitasmu." Iya, itu semua kebetulan. Mana Sasuke sangka hukumannya saat kalah main game dari Itachi akan membawanya pada Hinata. "Aku juga tersiksa, Hinata." suara Sasuke terdengar bergetar, serak, dan... memohon?

Hinata tercekat. Apa bisa ia anggap jika Sasuke memohon padanya? "Maaf, Tuan. Aku juga sudah tidak bisa seperti ini lagi. Aku tidak bisa meneruskan perjanjian kita. Aku tidak bisa menemanimu makan siang lagi."

"Tapi, kenapa? Aku kan janji tidak akan menyentuhmu saat makan siang." mata Hinata menyipit sambil sedikit mencibir. "Kau baru saja menyentuhku, Tuan." Hinata mengingatkan. "Sedikit, 'kan?" Sasuke bertanya sok polos.

Hinata menghela napas. Ia menggelengkan kepala. Lalu, ia mendekati komputer kerjanya lagi. Menyalin dokumen yang sudah selesai ke dalam flashdisk. Beres dengan pekerjaannya, Hinata segera berbenah barang-barangnya. Tanpa memedulikan Sasuke yang masih diam sembari memerhatikannya.

"Kita akan bicara lagi nanti," Hinata bangkit, menegakkan tubuhnya. Mengambil tasnya dan mulai berjalan keluar ruangan. "Tuan Sa-su-keh~" tepat begitu akan melewati Sasuke, Hinata berbisik pelan di samping tubuh Sasuke. Bicaranya seolah menggoda apalagi dengan tekanan di ujung kata.

Sasuke menegang. Ia termangu dengan mata terbelalak karena mendengar ucapan Hinata. Beberapa detik setelahnya ia baru sadarkan diri. Saat bangun dan berbalik, ternyata Hinata sudah meninggalkan lantai tujuh. "Sialan!"

"Sialan! Sialan! Sialan!" sambil terus memaki, Sasuke berjalan cepat menuju kamar mandi. Masuk ke dalam salah satu bilik toilet pria. Menutup kloset dan duduk di atasnya. Srettt. Sasuke membuka resleting celananya, mengeluarkan 'miliknya' yang menegang. Tanpa bisa berpikir lagi, Sasuke menyentuh dirinya sendiri.

"Tuan Sa-su-keh~"

"Shit! Hinata!" Sasuke bernapas terengah. Alisnya menyatu, menikmati sentuhan yang diberikan oleh dirinya sendiri. Pikirannya kembali mengingat momen saat Hinata berada di pangkuannya. Bagaimana pantat Hinata bergerak gusar ingin melepaskan diri. Tentu saja Sasuke merasakan bokong kenyal itu melalui seragam kerjanya.

"Sa-su-keh~"

Panggilan Hinata tadi seolah terus-terusan berputar di otaknya. Desahan kecil yang mampu membuat Sasuke kalap untuk menyentuh dirinya sendiri. Gerakan Sasuke pada tubuhnya semakin cepat. Ia merasakannya seperti malam kemarin.

Look and Lock [SasuHina x Naruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang