.
.
"Hi-Hinata?" Sasuke meneguk ludahnya gugup. Perempuan di depannya hanya menatap lurus, tak berminat. Pintu elevator mulai menutup setelah cukup lama mereka terdiam. Settt-brak. Sasuke menarik Hinata masuk ke dalam elevator dan mendorongnya ke pojokan.
"Apa yang kau lakukan malam-malam di kantor?" napas Sasuke sedikit terengah dengan suara beratnya yang menahan geraman. Hinata bisa merasakan deru napas Sasuke yang menyapu wajahnya. Baru Hinata sadar saat mendongak, ia terlalu dekat dengan si pria.
Tiba-tiba Hinata jadi merasa malu. Dialihkannya pandangan ke samping dengan semburat merah yang muncul di kedua pipinya. "Tidak ada," gumam Hinata pelan.
"Tsk." Suara decakan terdengar, lalu Hinata bisa merasakan dagunya diambil oleh Sasuke. Memaksanya bertatapan dengan pria raven itu. "Sialan. Baru aku pikirkan cara normal untuk mendekatimu, tapi kau malah muncul dengan penampilan seperti ini." lirikan mata Sasuke merendah, pada bagian dada Hinata yang tercetak. "Senang kau menggodaku, lingerie girl?"
DUG
Hinata mendorong tubuh Sasuke hingga pria itu mencapai sisi lain elevator. Seketika wajahnya berubah menjadi takut dan marah. Setelah mengaduh, Sasuke menatap bingung pada Hinata yang tubuhnya naik-turun. "Kenapa kau mendorongku dengan keras sih? Sakit." keluh Sasuke sembari mengusap belakang bahunya yang membentur dinding.
"Kau yang kenapa?!" bentak Hinata.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya, menatap Hinata yang marah padanya. "Memangnya aku kenapa?" Sasuke mundur, menyandarkan diri pada sudut elevator seberang Hinata. "Apa ini karena kejadian tadi siang?"
"Kau melecehkanku!" suara Hinata bergetar. "Bisa-bisanya kau melecehkanku tapi kau mengingkari janjimu!" Sasuke mengernyit. "Kau yang membocorkannya, 'kan?!"
"Membocorkan apa sih?"
"Membocorkan identitasku yang menjadi model lingerie!"
Mata Sasuke membola, dilihatnya Hinata yang menatap tajam padanya, sudah akan menangis lagi. Kali ini Sasuke yakin Hinata benar-benar terluka. Entah karena perbuatannya atau apa, tapi Sasuke merasa tidak enak hati. "Aku tidak melakukannya," bela Sasuke pada dirinya sendiri.
"Bohong!"
"Sungguh, aku sudah berjanji tidak akan membocorkannya kalau kau memakai lingerie di depanku waktu itu, 'kan?" Sasuke mengingat kembali hari empat minggu lalu. "Lagipula membocorkan hal itu tidak ada untungnya bagiku, malah merugikan."
Hinata tidak mengerti maksud ucapan Sasuke yang terakhir. "Lalu bagaimana kakakku bisa tahu?" Sasuke mengernyit lagi di sandarannya. "Kakakmu?" tanyanya. Bisa Sasuke simpulkan, sepertinya Hinata merahasikan masalah lingerie itu dari keluarganya.
"Aku tidak tahu tentang hal itu, Hinata. Tapi aku bisa pastikan, kakakmu tidak mengetahuinya dariku. Aku hanya bertemu dengannya selasa lalu. Setelahnya setahuku divisi IT yang berkontak dengannya." Sasuke menjelaskan dengan rinci. "Apa hal itu menyebabkan kau terlibat masalah?" oh, kenapa Sasuke peduli?
Hinata menunduk, tubuhnya sudah lebih rileks dan bersandar pada dinding. "Aku diusir," bisiknya pelan.
Sasuke melotot. Kejam sekali. Hubungan adik-kakak beda marga itu untungnya tidak sesuai imajinasinya. Namun, mengusir sosok yang sudah dianggap adik itu berlebihan bukan? Meskipun Sasuke juga yakin Itachi sering memintanya keluar dari rumah sih.
"Aku turut prihatin mendengarnya." simpati Sasuke membuat Hinata mendongak lagi. "Apa kau punya tempat tinggal lain? Aku bisa membantumu kalau kau mau." tawar Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look and Lock [SasuHina x Naruto]
Fiksi PenggemarRating: M, 21+ Sasuke Uchiha TIDAK pernah memohon. Ia-lah yang mustinya dipuja dan dimintai permohonan. Dan Hinata Hyuuga TIDAK semudah itu ditaklukan. Apalagi oleh laki-laki yang sudah melecehkan. "Kumohon, mendesahlah untukku, Hyuuga-san." "Sintin...