.
.
Hinata bertanya-tanya sepanjang perjalanannya menuju ruangan wakil direktur. Ia mengira-ngira apa yang terjadi hingga salah satu atasannya –yang benar-benar atasan- ingin menemui mahasiswa magang sepertinya. Well, jika yang memanggilnya adalah anggota HR mungkin Hinata tahu bahasan tentang kontrak magangnya.
Tanpa sadar, Hinata sudah berada di lantai sepuluh. Lantai tempat ruang para petinggi perusahaan. General manajer, wakil direktur, dan direktur sendiri. Hinata belum pernah ke lantai sepuluh. Ia menoleh-noleh, mencari seseorang untuk ditanyai. Lalu, matanya menangkap sekelebat bayangan dari pintu yang hendak tertutup.
"Permisi?" Hinata menahan pintu yang hampir tertutup. Dari celah pintu terlihat bayangan pria yang memunggunginya.
"Ya?" pria itu berbalik. Hinata bisa melihat pakaian si pria yang berantakan. Kancing kemejanya terbuka beberapa, ikat pinggangnya melonggar, dan tercium aroma parfum perempuan.
Hinata mengalihkan pandangannya, ia berdeham sebentar. "Maaf, saya ingin bertanya. Di mana ruang wakil direktur?"
Mendengar pertanyaan Hinata, si pria tersenyum miring. Ia menarik dagu Hinata agar menatapnya. Raut terkejut terpatri di wajah Hinata berkacamata. "Ada apa kau mencari atasanmu, Nona?" pria berambut panjang itu melebarkan seringaiannya. "Apa kau mau 'bermain-main' dengan atasan?" dengan tangannya yang lain, dua jari si pria bergerak-gerak, mengutip ketika ia mengatakan bermain-main.
Hinata bersumpah. Ia baru tahu kalau tempat kerja bisa jadi sangat menyeramkan. Ternyata atasan cabul bukan hanya sekadar rumor. Ia tergagap bergitu wajah si pria semakin dekat padanya.
"Itachi, kenapa lama sekali?!" terdengar suara perempuan dari dalam ruangan. "Apa kau berhasil menemukan stocking-ku yang sebelah lagi?"
Hinata dan si pria yang dipanggil Itachi terdiam pada suara tersebut. Mereka berpandangan sebentar. Lalu, Itachi tertawa kikuk. "Ups, husband duty!" Itachi melepaskan tangan dari dagu Hinata. "Kau bisa terus berjalan lurus sampai ujing koridor, Nona." Itachi menolehkan kepalanya ke kanan. Hinata mengikuti arahan Itachi.
"Itachi!!! Kau sengaja membiarkanku basah sendirian?!" suara dari dalam ruangan terdengar lagi. Itachi menegakkan tubuhnya dan menoleh ke belakang sesaat. "Coming, Sakura!!" kata Itachi.
"Bye, cantik!" Itachi memandang Hinata sekilas. Dengan cepat ia menutup pintu dan menguncinya. Terdengar samar-samar obrolan Itachi dan seorang perempuan yang dipanggil Sakura.
Hinata termangu sebentar. Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya agar segera tersadar. Bukan urusannya. Bukan urusannya. Hinata merapal kalimat dalam hati. Sex at the office bukan hal yang baru, 'kan?
TOK TOK
"Permisi. Pak Wakil Direktur?" Hinata mengetuk pintu setelah tiba di ruangan ujung koridor. Ada sebuah papan nama bertulisan "Mr. Sasuke Uchiha". Jujur, Hinata belum mengenal nama-nama atasannya di kantor. Ini baru hari kelimanya di sini.
"Masuklah." sebuah suara terdengar dari dalam. Hinata memegang gagang pintu dan menariknya. Pintu tersebut terbuka. Hinata masuk perlahan ke dalam ruangan.
"Pak Sasuke Uchiha?" Hinata memanggil ragu, sosok di depannya tak terlihat begitu tua. Ia melihat seorang pria berkemeja garis-garis dengan dasi biru gelap sedang duduk di atas kursi kerja yang besar. Jelas menunjukkan posisi kerjanya.
"Akhirnya kau datang juga." Sasuke tersenyum miring pada Hinata. "Hinata Hyuuga?"
"Ya, Tuan???"
"Mendekatlah. Duduk di sofa itu." Hinata menoleh pada sofa yang dimaksud. Seperti sebuah ruangan kecil untuk berbincang dengan tamu sang wakil direktur. Hinata ragu-ragu. Ia ingin bertanya tapi ia memilih untuk mengikuti arahan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look and Lock [SasuHina x Naruto]
Fiksi PenggemarRating: M, 21+ Sasuke Uchiha TIDAK pernah memohon. Ia-lah yang mustinya dipuja dan dimintai permohonan. Dan Hinata Hyuuga TIDAK semudah itu ditaklukan. Apalagi oleh laki-laki yang sudah melecehkan. "Kumohon, mendesahlah untukku, Hyuuga-san." "Sintin...